Pemerintah melalui Kementerian Pertanian (Kementan) terus mencari peluang meningkatkan ekspor produk pertanian nasional untuk menambah pundi-pundi pendapatan devisa negara. Peluang yang saat ini digenjot, yaitu dengan menciptakan petani yang produknya siap ekspor.
"Kami siapkan petani untuk menghasilkan produknya siap ekspor, jadi kami akan dorong Balai Pelatihan untuk membina petani atau pemuda-pemuda yang siap terjun ke sektor pertanian dan menghasilkan produk siap ekspor," ungkap Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP) Dedi Nursyamsi setelah melantik pejabat eselon III dan IV lingkup BPPSDMP di Jakarta, Jumat (30/8/2019).
Dedi menegaskan, pihaknya memiliki keyakinan bisa menciptakan petani dan pemuda-pemuda atau generasi milenial yang bisa terjun di sektor pertanian untuk menghasilkan produk siap ekspor. BPPSDMP didorong untuk menciptakan petani dan pemuda milenial yang memiliki jiwa enterpreneur.
Asal tahu saja, BPPSDMP memiliki tiga pilar yaitu penyuluhan, pendidikan, dan pelatihan. Objek dari penyuluhan adalah petani, sedangkan pendidikan yaitu generasi muda, serta pelatihan adalah petani dan generasi muda. Ke depan BPPSDMP ingin mencetak petani dan generasi milenial yang cerdas dan kuat untuk menjadi pejuang yang menghasilkan pundi-pundi devisa negara.
"Balai Pelatihan kami sudah banyak membina pemuda dan petani yang menghasilkan produk-produk siap ekspor. Tinggal beberapa sentuhan lagi, insyaallah kami mampu menciptakan petani dan pemuda milenial yang produknya siap ekspor. Kami juga mendampingi dan membina di Pusat Pelatihan Pertanian Perdesaan Swadaya (P4S) yang telah sukses, bahkan menghasilkan produk yang bisa bersaing," tutur Dedi.
Baca Juga: Kementan Pacu Produksi Beras Organik Kualitas Ekspor
Dedi menyampaikan bahwa P4S yang dibina Kementan melalui Balai Pelatihan ini telah banyak menghasilkan produk unggulannya, bahkan ada yang sudah ekspor. Contohnya P4S Sirtanio di Banyuwangi, Jawa Timur, produknya sudah diekspor ke beberapa negara, seperti Italia, Australia, dan Amerika.
Beras organik produksi Banyuwangi tersebut resmi diekspor ke Italia. Italia adalah pasar terbaru dari beras organik Banyuwangi setelah sebelumnya diekspor ke sejumlah negara. Prosesi ekspor perdana tersebut berlangsung di Padepokan P4S Sirtanio, Kecamatan Singojuruh, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur pada awal tahun, tepatnya Maret 2019.
Ketua P4S Samanhudi menyampaikan bahwa beras yang diekspor itu produksi P4S Sirtanio yang merupakan hasil kegiatan agribisnis anak-anak muda dan petani di Banyuwangi. Beras organik yang diekspor adalah beras merah varietas belambangan A3, beras hitam melik A3, dan beras sunrise of java. Varietas-varietas tersebut telah didaftarkan sebagai padi asli Banyuwangi oleh Dinas Pertanian di Kementan.
"Kami saat ini telah melakukan ekspor beras ke Italia rutin setiap bulan, yaitu sebanyak 2,8 ton, ke negara lain, yaitu Australia dan Amerika, memang volumenya masih belum sebesar ke Italia. Tapi kalau permintaan cukup besar dan kami coba untuk terus meningkatkan kualitas produk kami agar bisa merambah ke negara lainnya," ujar Samanhudi.
Samanhudi juga menyampaikan bahwa permintaan dari luar negeri, khusus beras organik dari Banyuwangi, saat ini sangat besar. Dari China, misalnya, sebesar 60 ton per bulan. Belum lagi dari Amerika Serikat.
"Kapasitas kami terbatas, baru bisa kami penuhi secara bertahap. Ke depan, kami terus merangkul petani-petani lainnya agar dapat meningkatkan volume produksinya dan kami siap untuk memenuhi permintaan tesebut," ungkapnya.
Baca Juga: Produksi Beras Mesti Digenjot, Intensifikasi Semakin Intensif
Para petani tersebut awalnya adalah kelompok yang mendapatkan pendidikan dan pelatihan pertanian organik Dinas Pertanian Banyuwangi bekerja sama dengan BBPP Ketindan. Kelembagaan pengelolaan usaha P4S Sirtanio menggunakan sistem corporate farming. Yakni menggabungkan lahan usaha para petani mitra untuk dikelola secara terpadu dalam satu sistem. Saat ini sudah kurang lebih 120 petani yang bergabung menjadi mitra P4S Sirtanio.?
"Kami dorong para petani menjadi mitra P4S Sirtanio, petani mendapat sejumlah keuntungan. Gabah hasil panen mereka pasti dibeli dengan harga 20% sampai 30% lebih tinggi dibanding harga umum. Keuntungan lain menjadi anggota P4S ini, yaitu kami bekali budi daya secara organik, serta bagaimana kami berikan pelatihan untuk penangganan serangan hama dan penyakit," tutup Samanhudi.
Harapannya, ke depan pihaknya dapat mitra petani yang tidak hanya dari Banyuwangi, melainkan daerah-daerah lainnya juga karena permintaan akan beras organik ini cukup besar. Pola kelembagaan P4S juga dapat dikembangkan di daerah-daerah lain sehingga mempunyai produk-produk yang siap diekspor dan menambah pundi-pundi devisa.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Rosmayanti
Tag Terkait: