Demonstrasi di Konsulat Inggris, Massa Hong Kong Nyanyikan Lagu 'God Save The Queen'
Ada sekitar ribuan demonstran di Hong Kong pada Minggu melakukan aksi unjuk rasa di bawah lautan payung usai sebelumnya berkumpul dan menyanyikan ?God Save The Queen? di depan gedung Konsulat Inggris. Para demonstran mendesak agar bekas negara penjajahnya itu memastikan China menghormati kebebasan di kota itu.
Beberapa departemen store kelas atas di distrik perbelanjaan di Causeway Bay dan Pusat Bisnis barat tutup untuk mengantisipasi adanya kekerasan dan kerusuhan. Hong Kong dilanda demonstrasi besar selama lebih dari tiga bulan, yang seringkali berakhir kekerasan. Bentrokan demonstran mudah terjadi dengan apa pun yang mereka anggap sebagai campur tangan Beijing di wilayah yang memiliki status otonomi itu.
Baca Juga: Massa Pro Demokrasi Hong Kong Bentrok dengan Massa Pro Beijing
Diketahui, lewat Deklarasi Bersama Sino-Inggris, yang ditandatangani pada 1984, meresmikan masa depan Hong Kong usai kembali ke China pada 1997. Deklarasi itu adalah kesepakatan mengenai formula satu negara, dua sistem memastikan kebebasan di Hong Kong yang tidak dinikmati di wilayah China daratan.
"Deklarasi Bersama Sino-Inggris BATAL," demikian tulisan pada salah satu plakat dalam protes di luar Konsulat Inggris. Plakat yang lain bertuliskan "SOS Hong Kong".
"Satu negara, dua sistem sudah mati," teriak pengunjuk rasa dalam bahasa Inggris, beberapa demonstran membawa bendera kolonial juga membawa Union Jack, berteriak?
"Bebaskan Hong Kong." Para demonstran menyerahkan petisi dan pergi saat ribuan orang menuju ke arah mereka di sepanjang jalan Hennessy Road.
"Saya di sini untuk menuntut Inggris melindungi hak-hak warga negara kami di Hong Kong dan berbicara untuk Hong Kong di bawah Deklarasi Bersama," kata Jacky Tsang,?
seorang demonstran berusia 25 tahun kepada Reuters.
Diketahui, demonstrasi di Hong Kong diawali dalam rancangan undang-undang (RUU) ekstradisi yang sekarang sudah ?mati?. Tetapi, demonstrasi kemudian meluas menjadi tuntutan untuk kebebasan yang lebih luas dari China.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Abdul Halim Trian Fikri
Tag Terkait: