Indonesia turut berperan aktif dan mengoptimalkan pemanfaatan informasi basis data perdagangan bernilai tambah APEC atau APEC trade in value added (TiVA) database. Hal ini guna meningkatkan partisipasinya dalam rantai nilai global atau?global value chains?(GVCs).
APEC TiVA database sendiri merupakan satu dari tujuh prioritas kerja peta jalan APEC terkait GVCs (Blueprint 2.0).
Demikian ditegaskan Sekretaris Direktorat Jenderal Perundingan Perdagangan Internasional Kemendag Moga Simatupang dalam semiloka bertajuk 'Peningkatan Partisipasi Indonesia dalam Rantai Nilai Global: Memenangkan Kompetisi dalam Era Perdagangan Modern' di Bandung, Jawa Barat, Senin (30/9/2019).
Moga mengungkapkan, Indonesia dipercaya ekonomi anggota APEC sebagai Champion Economy pada salah satu prioritas kerja peta jalan APEC terkait GVC, yaitu dalam APEC TiVA database.
Baca Juga: Mungkinkah APEC Jadi Tempat Pertemuan Putin & Trump?
"Dengan berperan aktif sebagai Champion Economy, Indonesia lebih memiliki peluang dan keleluasaan dalam menentukan arah dan program kerja APEC agar diperoleh manfaat yang optimal, namun tetap sesuai dengan arah kebijakan nasional," ujar Moga.
Sebagai Champion Economy, Indonesia bersama-sama dengan Amerika Serikat (AS) dan Tiongkok akan merumuskan kegiatan peningkatan kapasitas ekonomi APEC selama periode 2020-2025. Hal ini guna mengembangkan kebijakan dan kerja sama yang terarah dalam rantai nilai global di antara anggota ekonomi APEC.
Moga menjelaskan, APEC TiVA database merupakan bank data statistik yang menggambarkan secara detail mengenai arus perdagangan antarnegara. Hal ini tentunya akan mempermudah proses penyusunan kebijakan perdagangan dan strategi bisnis secara lebih cermat dan strategis.
Penyusunan bank data ini telah dimulai sejak 2015 dan Indonesia, melalui Badan Pusat Statistik (BPS) dan Kemendag, berkontribusi aktif selama pengembangan APEC TiVA database tersebut.
Menurut Moga, penyusunan kebijakan dan strategi bisnis yang akurat merupakan kunci utama memenangkan persaingan global.
"Dengan APEC TiVA database, Indonesia dapat mengidentifikasi peluang peran dalam GVC, khususnya di kawasan Asia Pasifik, serta pada bidang yang jadi keunggulan komparatif Indonesia. Ini dapat memicu peningkatan produksi dan aktivitas nilai tambah. Pada akhirnya, akan mendorong peningkatan pendapatan dan mengurangi defisit neraca perdagangan," tegas Moga.
Dalam semiloka, dibahas mengenai pandangan bahwa statistik konvensional yang menggunakan data agregat tidak cukup menggambarkan perkembangan perdagangan modern saat ini dan berpotensi menimbulkan ketidakakuratan informasi.
Oleh karena itu, diperlukan informasi dan dukungan data yang lebih komprehensif seperti TiVA database yang dapat meningkatkan akurasi dan ketepatan dalam mendesain kebijakan maupun strategi bisnis.
Baca Juga: APEC Serukan Penguatan Ekonomi Digital dan Industri 4.0
"TiVA database memberikan informasi akses pasar, identifikasi peluang, dan tantangan dalam perdagangan global, baik dalam rangka strategi ofensif untuk memperluas akses pasar maupun pengamanan akses pasar tradisional. Dengan APEC TiVA database, selain memanfaatkan keunggulan yang sudah ada, Indonesia dapat melihat peluang pengembangan produk atau jasa di bidang tertentu yang akan jadi fokus di masa depan," imbuh Moga.
Pada level domestik, BPS juga sedang mengembangkan Inter-Regional Input Output (IRIO) yang merupakan database statistik yang mengukur perdagangan antarwilayah dan konektivitas antarpulau di Indonesia.
APEC TiVA database dan IRIO dapat dimanfaatkan secara bersama untuk meningkatkan akurasi formulasi kebijakan pemerintah serta penyusunan strategi bisnis yang lebih akurat bagi pelaku usaha.
Semiloka ini menghasilkan beberapa rekomendasi penting sebagai tindak lanjut pemanfaatan APEC TiVA database, yaitu perlunya peningkatan pemahaman seluruh pemangku kepentingan domestik, penyusunan informasi TiVA database yang sederhana dan mudah diakses, serta pentingnya program peningkatan kapasitas dan bimbingan teknis bagi pembuat kebijakan dan pelaku usaha.
Hal utama yang mengemuka adalah perlunya dibentuk suatu tim nasional lintas sektor untuk menyinergikan kegiatan terkait GVC dan menyusun program kerja nasional pemanfaatan APEC TiVA database.
Dalam beberapa dekade terakhir, GVC telah menjadi tren baru dalam era perdagangan modern. Proses produksi berkembang menjadi semakin terfragmentasi dan mengubah struktur perdagangan dunia.
"Untuk dapat mengambil manfaat lebih dari GVC, Indonesia perlu meningkatkan dan memanfaatkan secara optimal partisipasinya dalam rantai nilai global," pungkas Moga.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Rosmayanti
Tag Terkait: