Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        2020, Ekonomi RI Diprediksi Stabil di Tengah Tantangan Ekonomi Global

        2020, Ekonomi RI Diprediksi Stabil di Tengah Tantangan Ekonomi Global Kredit Foto: Fajar Sulaiman
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Ekonomi Indonesia dinilai masih bisa tumbuh stabil tahun depan di tengah tantangan ekonomi global. Daya tahan ekonomi, yang ditopang oleh konsumsi masyarakat serta efek kebijakan makro, seperti penurunan suku bunga dan reformasi struktural yang mendorong investasi bisa menopang pertumbuhan ekonomi.

        Selain itu, pertumbuhan ekonomi digital yang diperkirakan akan naik pesat hingga US$100 miliar pada 2025 turut berpengaruh pada prospek ekonomi Indonesia ke depan.

        Demikian simpulan yang mengemuka dalam talkshow Kafe BCA dengan tema Economy Outlook 2020. Forum Kafe BCA yang dibuka oleh Corporate Secretary BCA Raymon Yonarto menghadirkan ekonom BCA David Sumual, Direktur Riset CORE Indonesia Pieter Abdullah, serta Kepala Kajian Makro LPEM UI Febrio Nathan Kacaribu di Breakout Area Menara BCA, Jakarta, Jumat (18/10/2019).

        Baca Juga: Ini Kebijakan yang Jadi Penyelamat Ekonomi Indonesia

        David memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia di 2020 bisa mencapai 5,0?5,2%, dengan risiko eksternal yang masih terjaga, di mana neraca transaksi berjalan berada di level 2,0?2,5% dari PDB.

        "Asumsi ini didukung oleh kebijakan moneter dan fiskal yang cenderung pro-growth, terlebih dengan backdrop suku bunga global yang semakin menurun, meskipun risiko makro dari pembalikan arus modal masih perlu diwaspadai," kata David.

        Selain asumsi makro tersebut, David menjabarkan beberapa katalis yang bisa mendorong ekonomi tahun depan, antara lain kelanjutan proyek infrastruktur dan rencana pemindahan ibu kota yang akan mendorong kinerja sektor konstruksi dan properti.

        David juga menekankan pentingnya reformasi struktural untuk meningkatkan daya saing nasional dan menarik investasi di tengah disrupsi rantai produksi global.

        Sementara itu, penetrasi teknologi dan ponsel pintar telah memunculkan kekuatan baru ekonomi dalam negeri yang bertumpu pada digitalisasi. Riset yang dirilis Google, Temasek, dan Bain menyatakan, Indonesia berkontribusi US$40 miliar atau Rp567,49 triliun dari total nilai ekonomi digital di Asia Tenggara yang diproyeksikan menembus US$100 miliar pada 2019.

        Nilai ekonomi berasal dari lima sektor ekonomi berbasis internet, yaitu e-commerce, media daring, ride-hailing, wisata atau travel, dan layanan finansial. Pada 2025, ekonomi digital Indonesia bakal bertumbuh US$133 miliar.

        Baca Juga: KPK dan Ekonomi Politik Indonesia

        Dalam kesempatan yang sama, Pieter Abdullah mengungkapkan, ke depan pemerintah harus sadar dengan struktur perekonomian yang ada di tengah terus menurunnya harga komoditas. Artinya, pemerintah sudah tidak bisa lagi mengandalkan komoditas untuk ekspor dalam mendorong pertumbuhan ekonomi.

        "Mengejar pertumbuhan tahun depan tak bisa (andalkan) ekspor. Jadi, fokus tahun depan, domestik dan investasi. Ini sudah didorong dengan kebijakan moneter lebih longgar. Belanja yang lebih besar agar stimulus fiskal. Insentif pajak yang lebih besar. Kalau dilakukan pemerintah, penerimaan turun, belanja naik, defisit melebar, utang makin banyak. Ini terobosan, countercyclical," ucap Pieter.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Fajar Sulaiman
        Editor: Rosmayanti

        Bagikan Artikel: