Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Diskusi Kementan dan Alumni IPB Dorong ABGC Konsolidasi Gerakan Pertanian

        Diskusi Kementan dan Alumni IPB Dorong ABGC Konsolidasi Gerakan Pertanian Kredit Foto: Kementan
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Kementerian Pertanian (Kementan) mendorong academy, business, government, and community (ABGC) untuk bersama-sama mengawal pembangunan pertanian Indonesia.

        Institut Pertanian Bogor (IPB) bersama-sama Kementan diharapkan juga menjadi leading sector gerakan pembangunan pertanian Indonesia ke depan. Gerakan yang dicanangkan untuk mewujudkan kedaulatan pangan ini nantinya akan terkonsolidasi dengan kampus-kampus lain di Indonesia.

        "IPB bagi saya adalah kampus yang memiliki link and match dengan perguruan tinggi lainnya dan teman-teman di sektor lain, yang sebagian besar adalah alumni IPB. Untuk itu, kami akan berusaha menjalin komunikasi untuk menyerap semua potensi di sektor pertanian," ujar Kepala Biro Humas dan Informasi Publik Kementan Kuntoro Boga Andri dalam acara Makan, Ngopi, dan Ngobrol Pertanian Alumni IPB di Taman Koleksi Kampus IPB Baranangsiang, Jumat (29/11/2019).

        Baca Juga: Pupuk di Sumut Langka, Kementan Minta BUMN Ini Siapkan Pupuk Non-Subsidi

        Menurut Kuntoro, konsolidasi dan peningkatan komunikasi ini merupakan langkah konkrit yang lahir dari ide besar Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (SYL) dalam memenuhi kebutuhan pangan bagi 267 juta jiwa penduduk Indonesia.

        "Langkah dari pak menteri dalam 100 hari kerjanya adalah melakukan konsolidasi. Kemudian beliau juga berkali-kali menyampaikan agar lebih banyak mendengar suara teman-teman kampus, termasuk IPB dan para akademisi dari kampus lainnya," katanya.

        Kuntoro menerangkan, saat ini Kementan juga tengah fokus pada penguatan konsolidasi dengan daerah sampai level desa dengan membentuk kelembagaan Komando Strategis Pembangunan Pertanian (Kostra Tani). Komando ini nantinya akan digunakan untuk memantau lalu lintas data dan pembangunan pertanjan di daerah melalui ujung tombak pertanian, yaitu para penyuluh.

        "Artinya kita harus bisa mengoptimalkan semua potensi yang ada di lapangan, baik itu penyuluh, petani maupun masyarakat secara luas. Jadi, Kostra Tani ini bisa disebut sebagai jaringan besar untuk pemantauan dinamika di lapangan yang menggunakan pendekatan teknologi artificial intelligence," katanya.

        Rektor IPB yang diwakili Kepala Surfactant and Bioenergy Research Center (SBRC) Yandra Arkemen menyambut baik dorongan Kementan dalam mendorong kampus termasuk IPB sebagai leading sector gerakan pertanian ke depan.

        "Secara pribadi saya menyambut baik dan memang pertanian ke depan harus menjadi gerakan bersama," katanya.

        Meski demikian, kata Yandra, perampungan data yang dilakukan Kementan sudah tepat sebagai rujukan kebijakan dan program unggulan lima tahun ke depan. Perbaikan data sangat bagus untuk akurasi presisi serta bagian penting pada proses prediksi.

        "Nah itu saya kira harus diimbangi dengan teknologi artificial intelligence. Terus terang saya melihat ada usaha untuk di awal-awal dalam memperbaiki data. Saya pikir itu adalah usaha yang sangat baik sekali," katanya.

        Kepala Pusat Studi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan (PSP3) IPB Sofyan Sjaf yang hadir dalam diskusi ini menyampaikan pentingnya pembekalan teknologi dan mekanisasi kepada generasi muda sebagai persiapan jelang menghadapi bonus demografi yang akan dilewati.

        "Saya ingin mengingatkan bahwa kita akan melewati bonus demografi. Kalau ini tidak dibekali, maka ambruklah generasi kita karena saat ini banyak orang telah meninggalkan desa."

        "Kalau anak muda tidak dibekali pertanian, maka bonus demografi itu akan habis dengan sendirinya karena mereka tidak dibekali ilmu. Inilah tantangan yang harus kita baca di sektor pertanian hari ini," katanya.

        Sofyan mengatakan, tugas sosialisasi dan pembekalan ini merupakan tugas bersama yang bisa dikaitkan dengan konsep konsolidasi kementan. Apalagi Indonesia juga akan menghadapi tantangan resisi ekonomi dunia.

        "Dilemanya adalah ekspor kita akan tertahan. Ini berbahaya bagi stabilitas ekonomi kita. Untuk itu, kita harus fokus pada penguatan SDM dan penguatan ekonomi. Kemudian membangin data sebagai rujukan program serta penerapan teknologi secara besar-besaran," tuturnya.

        Baca Juga: Bangun Pertumbunan Petani Muda, Kementan: Jadi Profesi yang Menjanjikan!

        Selain itu, Sofyan juga mengapresiasi langkah Syahrul Yasin Limpo yang merampungkan data pangan. Harapanya, membangun data presisi tidak bisa top to down, tapi harus dari bawah sehingga penting memetakan potensi desa guna kesuksesan pembangunan pertanian itu yang tepat.

        "Terdapat 74 ribu desa dan 73,14 persenya merupakan desa pertanian. Siapa yang menguasai pangan akan menguasai ekonomi dan sosial. Bonus demografi akan menjadi peluang pembangunan pertanian dari desa," tegasnya.

        Sebagai catatan, diskusi pertanian dan ngopi bareng ini juga hadiri Direktur Utama Indonesia Food Watch sekaligus Koordinator Forum Alumni Independen (FAN) IPB Pri Menix Dey, CEO Perkasa Group Andy Jonaidy, dan moderator dosen Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB Prima Gandhi.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Rosmayanti

        Bagikan Artikel: