Limbah pengolahan kayu sengon ternyata diminati di Korea Selatan. Limbah pengolahan kayu sengon dapat berupa serbuk gergaji (sawdust) dan serpihan kayu (wood chips). Salah satu perusahaan yang sudah mengimpor kedua produk tersebut dari Indonesia ke Korea Selatan adalah Inakor Co.,Ltd.
"Kejelian para pelaku usaha bisa membantunya mendapatkan peluang ekspor. Siapa sangka limbah pengolahan kayu sengon ternyata diminati di Korea Selatan," kata Direktur Pengembangan Produk Ekspor, Ari Satria, dalam keterangan tertulis di Jakarta, Sabtu (30/11/2019),
Baca Juga: Jadikan Patimban Hub Ekspor Otomotif, Jokowi: Tahap I Rampung Juni 2020
Kunjungan ini dilakukan pada Kamis (28/11) yang merupakan rangkaian kegiatan delegasi misi dagang Indonesia di Korea Selatan. Turut mendampingi dalam kunjungan tersebut, Kepala Biro Humas Olvy Andrianita dan Kepala Indonesian Trade Promotion Center Busan Ni Made Kusuma Dewi.
Sawdust kayu sengon dapat dimanfaatkan sebagai animal bedding, sedangkan wood chips kayu sengon dapat digunakan sebagai media untuk budi daya jamur. Saat ini, Inakor telah mengimpor sawdust dari kayu sengon asal Indonesia ke Korea Selatan sebanyak 48 kontainer atau 10.000 ton per tahun. Pemilik perusahaan Inakor Co.,Ltd, Hartono, mengatakan bahwa selama ini tidak mendapat masalah dalam mengimpor produk-produk Indonesia.
"Proses impor produk Indonesia sejauh ini berjalan dengan lancar tanpa hambatan. Aturan perizinan untuk memasukkan hasil limbah kayu tersebut ke Indonesia sudah sangat jelas. Selain itu, pembangunan infrastruktur jalan tol membantunya mengekspor produk Indonesia dengan waktu lebih cepat dan biaya lebih murah," jelasnya.
Selain limbah kayu sengon, Inakor saat ini mengimpor peralatan dapur/peralatan makan dari kayu dengan merek Indonesia Oesing Craft dari Banyuwangi. Oesing Craft terdaftar sebagai produsen produk impor di Korea Selatan sehingga bisa menggunakan merek asalnya. Hal ini merupakan keistimewaan tersendiri karena tidak semua produk Indonesia bisa masuk ke Korea Selatan dengan merek sendiri.
Saat ini jumlah impornya sebanyak satu kontainer per bulan. Selain itu, produk-produk tersebut telah tersertifikasi Sistem Verifikasi Legalitas Kayu (SVLK) karena terbuat dari kayu. Produk-produk tersebut juga juga telah dilengkapi dengan sertifikasi food grade?dari Ministry of Food and Drugs Safety Korea Selatan.
"Kerajinan tangan dari kayu dan produk-produk dapur/alat makan dari kayu juga memiliki prospek di Korea Selatan. Masyarakat Korea Selatan menggemari produk-produk tersebut," tutup Hartono.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Puri Mei Setyaningrum