Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        2019, Ekonomi RI Bukan Cuma Survive,Tapi...

        2019, Ekonomi RI Bukan Cuma Survive,Tapi... Kredit Foto: Fajar Sulaiman
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Direktur Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan, Luky Alfirman, mengungkapkan bahwa ekonomi Indonesia tahun ini tidak hanya mampu bertahan dari gempuran tantangan global. Lebih dari itu, ekonomi RI masih tetap tumbuh di tengah perlambatan dan ketidakpastian global.

        "2019 bukan tahun yang mudah, sangat menantang. Dari sisi global penuh dengan cerita negatif. Perang dagang yang kita pikir sebentar, tapi terus berlangsung. Munculnya pusat-pusat krisis baru. Demo di Hongkong sudah berlangsung lima bulan, gelombang protes di Chile memicu chaos yang cukup berat, krisis Venezuela, gagal bayar utang Argentina, dan tensi politik domestik. Ini menunjukkan 2019 gambaran dunia cukup suram," ujar Luky dalam acara 2019 Asian Insights Seminar dengan tema "Indonesia: Reassessing Growth & Stability in 2020 Amidst Global Dynamics" yang digagas Bank DBS Indonesia di Jakarta, Rabu (4/12/2019) malam.

        Baca Juga: Makin Kecil! ICAEW Proyeksikan Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Tak Sampai 5% di 2020

        Oleh sebab itu, lanjutnya, agar mampu bertahan dari ketidakpastian global, pemerintah dalam hal ini Kementerian Keuangan dan regulator terkait harus bisa melakukan manuver-manuver. Selain itu, koordinasi antar-kementerian dan lembaga juga harus berjalan baik. Beruntung, kini ada Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) sehingga koordinasi antara Kemenkeu, Bank Indonesia, OJK, dan LPS terjalin erat.

        "Alhamdulillah inflasi kita terjaga 3,1-3,2%, nilai tukar terjaga. Jadi, ekonomi kita masih tumbuh cukup baik bukan sekadar survive. Kalau lihat India, dulu mereka mampu tumbuh 8-9% sekarang cuma 5%. Indonesia 2010 6,2% sekarang 5%-an masih sangat bagus. Itu yang patut kita syukuri, ini menjadi modal kita," jelas Luky.

        Sekadar informasi, perekonomian Indonesia pada triwulan III 2019 tumbuh 5,02% (yoy), relatif stabil dengan capaian pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 5,05% (yoy). Perkembangan tersebut utamanya dipengaruhi oleh permintaan domestik yang tetap terjaga ditopang oleh konsumsi rumah tangga yang tetap tumbuh kuat sebesar 5,01%.

        Luky memaparkan, terjaganya permintaan konsumsi, salah satunya karena Kemenkeu melakukan berbagai terobosan dan stimulus fiskal seperti tax holiday dan penerapan PTKP yang cukup tinggi.

        "Pertumbuhan ekonomi perlu distimulus. Jadi, belanja harus tetap digenjot tapi yang produktif karena belanja bisa menimbulkan multiflier effect. Bagaimana penerimaan? Pasti menurun, tapi kita lakukan stimulus seperti tax holiday dan naikkan PTKP 50%. Naikkan PTKP menjaga daya beli kita. Itu mengapa kita masih bisa tumbuh 5%-an, salah satunya bagaimana kita rancang kebijakan tadi. Ini salah satu contoh respons kita dalam kondisi saat ini," ungkapnya.

        Sebagaimana diketahui, pada 2016 Kemenkeu menaikkan besaran Penerimaan Tidak Kena Pajak (PTKP) sebesar 50 persen. Dengan demikian, besaran PTKP untuk tahun 2016 hingga saat ini menjadi Rp54 juta per tahun, atau Rp4,5 juta per bulan.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Fajar Sulaiman
        Editor: Puri Mei Setyaningrum

        Bagikan Artikel: