Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Erick Batasi BUMN Bikin Anak Usaha, Pengusaha Loncat Kegirangan

        Erick Batasi BUMN Bikin Anak Usaha, Pengusaha Loncat Kegirangan Kredit Foto: Sufri Yuliardi
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Ketua Umum BPP Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi) Mardani H. Maming mendukung langkah rencana Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir mengkaji dan membatasi anak dan cucu usaha BUMN.

        Menurut dia, kehadiran anak cucu perseroan hanya menjadi sumber pemborosan dan membuat daya saing BUMN melemah.

        "Maka kita usul, tawarkan saja ke swasta. Ditender ke swasta," ujarnya, Senin, (16/12/2019).

        Lanjutnya, ia mengatakan rantai pasok alias supply chain BUMN saat ini dimonopoli oleh anak dan cucu usaha BUMN itu sendiri. Bahkan, satu BUMN bisa memiliki puluhan bahkan ratusan anak dan cucu.

        Baca Juga: Bersih-Bersih BUMN Ala Erick Thohir, 2 Bulan Jadi Menteri Udah Bikin...

        Baca Juga: Anak Usaha BUMN Bejibun, Reaksi Istana Bikin Kaget!!

        "Mungkin jumlah mereka saat ini hampir seribuan," ujar Maming.

        Karena itu, akibat monopoli dari hulu ke hilir ini, rantai pasok BUMN tidak efisien dan menjadi ajang pemborosan baru.?

        "Memang akhirnya, pengadaan itu diserahkan ke swasta. Tapi panjang. Sebab melalui anak dan cucu-cucu usahanya. Kenapa tidak langsung mother company-nya saja yang langsung tender ke swasta," ucapnya.

        Menurutnya, dengan ditawarkan ke swasta, akan terjadi persaingan ketat dipihak vender atau calon supplier. Dengan demikian, BUMN akan mendapatkan harga yang kompetitif dan kualitas barang dan jasa yang bagus pula.

        "Kita lihat di BUMN itu pemasoknya hampir tidak ada persaingan, ada penunjukan langsung karena anak dan cucu usaha atau tiba-tiba ada aturan anak usaha diminta bermitra dengan swasta. Padahal swasta bisa bersaing secara sehat memasok ke BUMN. Ruang-ruang ini tidak cukup sehat tercipta di BUMN," ujarnya.

        Selain itu, ia mengatakan daya saing BUMN sangat lemah. Misalanya, profitabilitas BUMN sangat memprihatinkan. Tercatat, dari 142 BUMN, hanya sebagian kecil yang bisa dianggap memiliki profit dan punya kontribusi terhadap pendapatan negara. Laba BUMN sebesar Rp189 triliun, hanya 15 BUMN yang berkontribusi hingga 73 persen.

        "Swasta itu kan 100 persen napas atau rohnya daya saing dan persaingan. Kalau BUMN, yang separuh napasnya sosial, bersinergi dengan swasta, marwah kompetitif itu akan tertransfer juga ke BUMN," ucapnya.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Vicky Fadil

        Bagikan Artikel: