PT Intraco Penta Tbk (INTA), emiten penyedia solusi alat berat dan pendukungnya, pembiayaan, fabrikasi, serta pembangkit listrik,?melakukan paparan publik di akhir 2019 untuk menjelaskan apa yang telah perseroan dan grup lakukan sepanjang 2019 dan bagaimana strategi ke depan.
Eddy Rodianto, Direktur INTA, menuturkan, sepanjang 2019 INTA banyak melakukan konsolidasi internal untuk menghadapi kondisi eksternal yang kurang kondusif serta mempersiapkan perseroan dalam memasuki 2020.
"Konsolidasi yang dilakukan INTA difokuskan pada lini bisnis alat berat dengan menambah jumlah merek dan varian produk serta memperkuat penjualan alat berat bekas, mendorong penjualan suku cadang," kata dia melalui siaran pers, Jumat (27/12/2019).
Baca Juga: Nyala Bisnis Listrik PT Intraco Penta di Bengkulu
INTA juga, ungkapnya, menggabungkan bisnis penyewaan alat berat dalam satu lini usaha alat berat dan pendukungnya agar lebih fokus memenuhi kebutuhan pelanggan yang bervariasi.
Di samping itu, dari sisi target pasar yang dituju, INTA mengklaim terus berupaya melakukan diversifikasi pasar ke sektor selain tambang batu bara, misalnya ke sektor pertambangan nikel, emas dan mineral lain, serta sektor agribisnis, konstruksi, infrastruktur dan industri umum lainnya, serta memasuki bisnis penjualan kendaraan niaga.
Eddy menambahkan, "Untuk diversifikasi ke sektor penjualan kendaraan, khususnya kendaraan niaga, saat ini INTA melalui anak usahanya (PT Intraco Penta Wahana/IPW) baru saja menjalin kerja sama dengan Tata Motors Distribusi Indonesia (TMDI) untuk memasarkan produk kendaraan niaga merek Tata Motors."
Melalui anak usaha IPW, yaitu PT Pratama Wana Motor, INTA telah meresmikan diler 3S (Sales, Sparepart, & Service) Tata Motors di Balikpapan, kota terdekat dengan calon ibu kota baru.
Terkait dengan kinerja perseroan, hingga 9M-2019 INTA telah mengantongi pendapatan mencapai Rp1,64 triliun. Meskipun capaian pendapatan ini lebih rendah 27% dibanding periode yang sama setahun sebelumnya, namun beberapa pencapaian penting telah diraih perseroan sepanjang 2019.
Selain bisnis trading alat berat, anak usaha perseroan di bidang pembiayaan investasi dan modal kerja untuk sektor produktif, PT Intan Baruprana Finance Tbk (IBFN), pada 9M-2019 mencatatkan pendapatan sebesar Rp165,87 miliar atau naik 474,74% setelah sebelumnya negatif sebesar Rp44,26 miliar pada periode yang sama tahun sebelumnya.
Baca Juga: Menyibak Berbagai Fakta PLTU dan Residu Batu Bara
Sementara dari lini bisnis pembangkit listrik yang merupakan salah satu sektor yang potensial, PLTU Bengkulu yang telah dibangun sejak 2016 saat ini melalui fase sinkronisasi unit 1 pada November 2019, di mana proyek tersebut berjalan dengan lancar dan sesuai dengan jadwal.
Selanjutnya sinkronisasi unit 2 dijadwalkan pada Februari 2020 dan direncanakan PLTU Bengkulu mulai beroperasi secara komersial pada kuartal pertama 2020.
"Dengan adanya lini bisnis PLTU ini perseroan akan memperoleh jaminan recurring income hingga 25 tahun," ujar Eddy menutup paparan publik.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Rosmayanti
Tag Terkait: