Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Di Tengah Konflik Amerika-Iran, Wanita Timur Tengah Masih Bisa Kerja Berkat . . . .

        Di Tengah Konflik Amerika-Iran, Wanita Timur Tengah Masih Bisa Kerja Berkat . . . . Kredit Foto: PrezLab
        Warta Ekonomi, Bogor -

        Ketegangan antara Amerika Serikat (AS) dan Timur Tengah menambah daftar tantangan yang perlu dihadapi para penduduk wilayah itu. Masalah lainnya adalah kurangnya lapangan pekerjaan, khususnya untuk perempuan.

        Nah, untungnya ada pengusaha Yordania, Nour Al Hassan. Karenanya, ribuan wanita di wilayah itu kini mampu menghasilkan pendapatan yang signifikan. Ceritanya, Al Hassan kesulitan menemukan layanan terjemahan bahasa Arab dengan kualitas tinggi pada 2017.

        "Akhirnya, ia meluncurkan Ureed, pasar editorial daring yang menghubungkan bisnis di seluruh dunia dengan penulis dan editor bahasa Arab yang bekerja dari rumah," begitu bunyi laporan CNBC Internasional, dikutip Jumat (10/1/2020).

        Baca Juga: Masyarakat Timur Tengah Gak Mau AS Masih Ada di Kawasan, Iran Tegas Mendukung!

        Mayoritas pekerja lepas Ureed merupakan wanita yang hingga kini dilarang bekerja di luar rumah. Sampai saat ini, Ureed sudah menyediakan lapangan pekerjaan bagi sekitar 17 ribu pekerja lepas di wilayah Timur Tengah.

        Al Hassan menyampaikan, "banyak perempuan di Timur Tengah yang begitu berbakat dan berpendidikan tinggi. Sayangnya mereka tak diberi kesempatan bekerja di perusahaan yang bernilai ataupun bekerja dari pukul 9 pagi sampai 5 sore."

        Sekadar informasi, hampir semua wanita di Timur Tengah dan Afrika Utara menempuh pendidikan saat ini. Sayangnya, partisipasi wanita dalam angkatan kerja tetap yang terendah di dunia, menurut data Bank Dunia.

        Hanya ada sekitar 20% wanita yang termasuk di angkatan kerja menurut data Organisasi Perburuhan Internasional. Di wilayah lain (di luar Timur Tengah), angkanya ada di angka 40%, 20% di antaranya diyakini bergelar sarjana.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Tanayastri Dini Isna
        Editor: Tanayastri Dini Isna

        Bagikan Artikel: