Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Ingin Hindari Ancaman, Rouhani Desak Pasukan AS dan Eropa Agar Menjauh dari Timur Tengah

        Ingin Hindari Ancaman, Rouhani Desak Pasukan AS dan Eropa Agar Menjauh dari Timur Tengah Kredit Foto: (Foto/Reuters)
        Warta Ekonomi, Teheran -

        Presiden Iran Hassan Rouhani mendesak negara asing untuk menarik pasukan mereka dari Timur Tengah. Dia memperingatkan mereka mungkin dalam bahaya jika tetap di wilayah tersebut, Rabu (15/1/2020).

        "Hari ini, tentara Amerika dalam bahaya, besok tentara Eropa bisa dalam bahaya," kata Hassan Rouhani dalam pidato yang disiarkan televisi.

        Baca Juga: Iran Klaim Tangkap Penyebar Video Penembakan Pesawat Ukraina, Presiden Rouhani Bilang...

        Komentar Rouhani menandai pertama kalinya ancaman terhadap negara-negara Eropa di tengah meningkatnya ketegangan dengan Amerika Serikat (AS).

        Komentar itu muncul sehari setelah Inggris, Prancis dan Jerman menantang Teheran karena melanggar batas-batas kesepakatan nuklir yang ditandatangani antara Iran dan enam negara pada 2015.

        Dikutip dari Al Jazeera, Rouhani mendesak kekuatan Eropa untuk memenuhi komitmen mereka dalam perjanjian nuklir dan tidak menyerah pada tuntutan Amerika Serikat.

        Dia menekankan semua langkah yang diambil Iran dalam menanggapi penarikan AS dari kesepakatan itu dapat dibalik.

        Sedangkan, Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif menuduh pihak-pihak Eropa melanggar ketentuan-ketentuan kesepakatan yang telah dibuat.

        "Mereka tidak membeli minyak dari kami, semua perusahaan mereka telah ditarik dari Iran. Jadi Eropa melanggar," kata Zarif dalam konferensi di New Delhi pda Rabu.

        Baca Juga: Telepon Hassan Rouhani, Presiden Iran Bahas Jatuhnya Maskapai Penerbangan Ukraina

        Zarif mengatakan, masa depan kesepakatan sekarang tergantung pada Eropa. "Uni Eropa adalah ekonomi global terbesar. Jadi mengapa Anda mengizinkan Amerika Serikat menggertak Anda?" ujarnya.

        Negara-negara Eropa mengumumkan mereka memicu mekanisme sengketa yang diatur dalam perjanjian penting untuk memaksa Teheran menghormati komitmennya pada Selasa.

        Perjanjian itu secara resmi dikenal sebagai Rencana Aksi Komprehensif Bersama (JCPOA) dan Presiden AS Donald Trump secara sepihak mengundurkan diri pada 2018.

        Gesekan di wilayah itu meningkat dalam beberapa bulan terakhir setelah serangkaian serangan di wilayah Teluk.

        Baca Juga: Presiden Rouhani Akan Gelar Pertemuan dengan PM Abe, Lagi Tertekan Iran Malah Minta Bantuan Jepang?

        Kekhawatiran perang habis-habisan muncul pada awal Januari setelah serangan udara AS menewaskan komandan militer Iran Qassem Soleimani di Baghdad, mendorong serangan balasan rudal Iran terhadap AS di Irak.

        Pasukan Eropa telah dikerahkan bersama pasukan AS di Irak dan Afghanistan. Prancis juga memiliki pangkalan angkatan laut di Abu Dhabi, Uni Emirate Arab, sementara Inggris telah membuka pangkalan di negara kepulauan Bahrain.

        Juru bicara Komisi Eropa Peter Stano mengatakan, para pejabat mengetahui ancaman itu, tetapi Uni Eropa tidak memiliki rencana untuk meninggalkan Irak.

        Menteri Pertahanan Italia Lorenzo Guerini mengatakan kepada anggota parlemen bahwa pemerintahnya memiliki rencana untuk meningkatkan jumlah pasukan Roma di Selat Hormuz.

        Menteri Pertahanan Jerman Annegret Kramp-Karrenbauer memilih melakukan kunjungan mendadak ke pangkalan Azraq di Yordania, tempat pasukan Jerman bertugas dalam perang melawan kelompok ISIS. Jerman ingin melanjutkan pelatihan pasukan Irak.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Muhammad Syahrianto

        Bagikan Artikel: