Terbaru! Virus Corona Renggut 170 Nyawa dan Infeksi Lebih dari 7.000 Orang
Komisi Kesehatan Nasional China, pada Kamis (30/1/2010), memperbarui data terkait wabah virus corona jenis baru, 2019-nCoV, di negara tersebut. Data komisi itu menyatakan jumlah korban tewas meningkat menjadi 170 orang, jumlah kasus menjadi 7.711, dan pasien yang disembuhkan dan dipulangkan mencapai 170 orang.
Komisi itu, seperti dikutip CNBC, tak merinci detail soal ratusan pasien yang berhasil disembuhkan, termasuk ditangani dengan obat apa. Namun, negara ini dilaporkan menggunakan obat anti-HIV untuk mengobati para pasien 2019-nCoV.
Baca Juga: Warning Pakar Vaksin: Corona di China Lebih Kuat dari Virus Peneror Arab Saudi
Perusahaan ritel Amerika Serikat (AS), Amazon, mulai membatasi perjalanan karyawan ke China? karena virus corona terus menyebar.
"Kami menempatkan nilai luar biasa dan fokus pada kesejahteraan dan keselamatan karyawan kami," kata seorang juru bicara Amazon, kepada CNBC.?
"Karena sangat berhati-hati, kami membatasi perjalanan bisnis ke dan dari China hingga pemberitahuan lebih lanjut dan mendorong karyawan kami untuk mengikuti pedoman kesehatan dan keselamatan yang diberikan oleh lembaga kesehatan internasional seperti CDC dan WHO."
Pejabat kesehatan Hubei, China, mengatakan 37 kematian tambahan dilaporkan di provinsi itu. Komisi Kesehatan Hubei mengatakan bahwa jumlah kematian akibat virus corona baru di provinsi itu bertambah 37 orang menjadi 162 orang pada Rabu (29/1/2020).
Sedangkan hari ini Komisi Kesehatan Nasional China mengumumkkan jumlah korban meninggal sudah mencapai 170 orang.
Sementara itu, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyuarakan "kekhawatiran serius" tentang penyebaran virus Corona jenis baru, 2019-nCoV, dari orang ke orang di tiga negara lain di luar China.
Tiga negara di luar China yang penyebaran 2019 Novel Coronavirus yang membuat WHO khawatir adalah Jerman, Vietnam dan Jepang.
Organisasi ini menyerukan lagi rapat Komite Darurat WHO. Organisasi tersebut memperingatkan semua pemerintah untuk "mengambil tindakan" atas virus mematikan mirip SARS tersebut yang menyebar dari Wuhan, Provinsi Hubei. Saat ini ratusan warga asing dari berbaagai negara sedang dievakuasi dari pusat penyebaran virus.
Kasus-kasus baru dilaporkan di Finlandia dan Uni Emirat Arab. WHO menyerukan pertemuan darurat hari Kamis (30/1/2020) mengenai apakah epidemi virus harus dinyatakan sebagai darurat kesehatan global atau tidak. Penunjukan status itu dapat mengarah pada peningkatan koordinasi internasional.?
Dua kali pertemuan pada pekan lalu, organisasi itu menolak menyatakannya sebagai darurat kesehatan global, dengan alasan perlunya lebih banyak informasi dan bukti. Namun, faktanya, virus telah menyebar dengan cepat dan sekarang telah terdeteksi di 15 negara lain.
"Meningkatnya jumlah kasus dan bukti penularan dari manusia ke manusia di luar China tentu saja sangat memprihatinkan. Meskipun jumlah di luar China masih relatif kecil, mereka memiliki potensi wabah yang jauh lebih besar," kata Ketua WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus, seperti dikutip Reuters.
"Dalam beberapa hari terakhir kemajuan virus terutama di beberapa negara, khususnya penularan dari manusia ke manusia membuat kita khawatir, di Jerman, di Vietnam dan juga di Jepang," kata Tedros dalam konferensi pers sekembalinya dari China.
"Jika ini masuk ke negara dengan sistem kesehatan yang lemah maka itu bisa menjadi masalah," ujarnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Muhammad Syahrianto
Tag Terkait: