Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Wapres Bicara Masalah RI, dari Stunting hingga Radikalisme

        Wapres Bicara Masalah RI, dari Stunting hingga Radikalisme Kredit Foto: Boyke P. Siregar
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Wakil Presiden Republik Indonesia, Ma'ruf Amin mengatakan bahwa visi Indonesia ke depan yaitu Indonesia maju yang sejahtera. Indonesia tidak hanya berhenti pada posisi middle income country, tapi harus naik ke?high-level income country.

        Saat ini, kata dia, pemerintah telah menetapkan lima program prioritas menuju Indonesia maju, yaitu pembangunan sumber daya manusia, pembangunan infrastruktur, penyederhanaan regulasi, reformasi birokrasi, dan transformasi ekonomi.

        "Kondisi faktual dalam negeri dihadapkan pada tantangan adanya berbagai masalah, yaitu kemiskinan, stunting, radikalisme, intoleransi, terorisme, anti-NKRI, anti-Pancasila, bahkan anti terhadap pemerintah yang sah," kata Ma'ruf Amin dalam acara 4 Pilar di Kompleks DPR Senayan Jakarta, Sabtu (23/2/2020).

        Baca Juga: 61,4% Publik Puas dengan Jokowi-Maruf, Tamparan buat Kaum Nyinyir

        Menurutnya, globalisasi jadikan persaingan antarbangsa makin tajam. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah lahirkan disrupsi yang luas serta cepat. Kemunculan media baru di luar media konvensional jadi tantangan tersendiri. Serta, arus informasi makin deras dan dinamis.

        "Kemajuan suatu bangsa tidak pernah dilepaskan dari pembangunan manusia yang unggul sebagai kuncinya. SDM Indonesia harus sehat, cerdas, berdaya saing, dan berakhlak mulia," ujarnya.?

        Membangun Indonesia maju perlu komitmen kebangsaan yang kuat, sejarah perjalanan bangsa, dan negeri jadi bukti bahwa Pancasila, NKRI merupakan hasil dari kesepakatan untuk capaian tinjauan berbangsa dan bernegara.

        "Indonesia adalah negara kesepakatan. Kesepakatan itu potensi kekuatan bangsa yang luar biasa, Bhineka Tunggal Ika merupakan komitmen kebangsaan yang tidak semua bangsa di dunia memilikinya," tuturnya.

        Dalam perspektif Islam, kata dia, kesepakatan itu disebut sebagai konsensus nasional adalah al misak al watoni. Karena itu empat pilar adalah al misak al watoni kesepakatan nasional bangsa Indonesia.

        Baca Juga: Lagi-lagi Jakarta Terendam, Pengamat Cela Gagasan Anies Gak Jelas?

        Maka, konsekuensi dari kesepakatan adalah harus dijalankan, dijaga, dilindungi dari berbagai ancaman. Tidak boleh ada yang menyimpang dan menolak bahkan keluar dari kesepakatan itu.?

        "Yang harus dibangun dari entitas bangsa ini adalah tipologi kerukunan, keinginan untuk selalu rukun dan kemampuan untuk merukunkan," katanya.?

        Penguatan kerukunan kebangsaan, kata dia, dilakukan dengan empat bingkai yaitu politis, yuridis, sosiologis dan teologis.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Rosmayanti

        Bagikan Artikel: