Sudah Jatuh Eh Tertimpa Tangga: Virus Corona Aja Gak Cukup, Hal Ini Bikin Rupiah Ambruk Bertubi-Tubi
Depresiasi rupiah terhadap dolar AS melebihi angka -1% pada perdagangan spot, Senin (9/03/2020). Terhitung hingga pukul 15.50 WIB, rupiah terkoreksi mendalam hingga -1,16% ke level Rp14.395 per dolar AS. Tak cukup sampai di situ, rupiah juga masih tak berdaya di hadapan dua mata uang Benua Biru, yakni poundsterling (-2,05%) dan euro (-1,96%).?
Meski hingga kini masih unggul terhadap dolar Australia, apresiasi rupiah terhadap mata uang Negara Kanguru itu sangatlah tipis, yakni hanya 0,08%. Minimnya amunisi membuat rupiah rela menerima nasib sebagai salah satu mata uang terlemah, baik di Asia maupun di dunia.
Baca Juga: Dolar AS Hajar Rupiah, Akhirnya Jeblos ke Level Terbawah!
Baca Juga: Arab Saudi Pangkas Harga Minyak Mentah, Saham Medco Energi 'Terbakar' Lebih dari 12%
Asal tahu saja, jelang penutupan pasar, rupiah belum beranjak dari posisi terbawah Asia. Sang Garuda lumpuh di hadapan seluruh mata uang Benua Kuning, termasuk yen (-4,03%), dolar Hong Kong (-1,15%), yuan (-0,78%), dolar Taiwan (-0,74%), dolar Singapura (-0,67%), baht (-0,57%), ringgit (-0,12%), dan won (-0,08%).?
Baca Juga: Lumpuhkan Virus Corona, Xi Jinping Tegas: Kemenangan Sempurna Bagi China!
Rupiah sulit membalikkan keadaan karena saat ini ada dua sentimen yang turut menekan rupiah, yakni wabah virus corona dan penurunan harga minyak mentah dunia sebesar 30%. Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo, mengaku terkejut atas penurunan harga minyak mentah dunia yang menjadi bukti adanya penurunan globalisasi. Padahal, hingga saat ini perekonomian global belum juga terlepas dari tekanan yang timbul karena wabah virus mematikan.
"Pagi ini, kita dihentakkan dengan perang oil, perang minyak yang kemudian membuat harganya turun dari 60 jadi US$30. Ini contoh penurunan globalisasi," tegas Perry, Jakarta, Senin (9/3/2020).
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Lestari Ningsih
Editor: Lestari Ningsih