Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Gerindra: Rezim Jokowi Terlalu Genit ke China, Awas Lho Rupiah Merangsek!

        Gerindra: Rezim Jokowi Terlalu Genit ke China, Awas Lho Rupiah Merangsek! Kredit Foto: Boyke P. Siregar
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Waketum Gerindra, Arief Poyuono pencoretan Indonesia sebagai negara berkembang oleh Amerika Serikat, berimbas juga pada dicabutnya kemudahan tarif ekspor atau general system preference.

        Hal ini dinilai tak lepas dari mesranya hubungan Indonesia dengan China."Ini akibat terlalu genit Ke China selama Rezim Joko Widodo," katanya dalam keterangan yang diterima, Kamis (12/3/2020).

        Lanjutnya, saat ini AS lebih memilih negara tetangga seperti, Thailand, Philipina, Malaysia, Vietnam, dan India untuk mengimpor barang-barang kebutuhan masyarakat dari negeri Paman Sam tersebut.

        Baca Juga: Benarkah Bandara Juanda Tolak WN China, Korsel, Italia, dan Iran?

        Baca Juga: WHO Tetapkan Corona Jadi Pandemi, Apa Titah Jokowi? Jangan Panik Gitu?

        Sambungnya, yang menjadi apes, adalah China yang sempat dibangga-banggakan kini justru sedang mati-matian mengatasi wabah virus corona. Jelasnya, saat ini semua negara bahkan menutup lalu lintas warga China masuk ke negara mereka.

        "Belum lagi China harus membereskan krisis utang di perbankannya yang belum selesai. Sudah terasa sekarang, China sudah mengurangi barang-barang dan komoditas impor dari Indonesia seperti batubara, nikel, CPO, dan lain-lain," tegasnya.

        Terkait kondisi ini, ia pun mewanti-wanti kepada pemerintah Indonesia untuk menghadapi kemungkinan ambruknya nilai mata uang rupiah.

        "Siap-siap mata uang dolar ditarik besar-besaran dari Indonesia oleh Amerika Serikat dan sekutunya. Buktinya hari ini harga saham rontok hingga bursa saham di-suspend. Bentar lagi rupiah meroket hingga tembus 15 ribu/dolar," tegasnya.

        "Kalau sudah begini, sangat mungkin krisis ekonomi akan terjadi, ditambah lagi kasus pembobolan Jiwasraya yang makin mengurangi kepercayaan investor untuk berinvestasi di Indonesia," tukasnya.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Vicky Fadil

        Bagikan Artikel: