Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Dipukul Covid-19 Habis-habisan, 10 Sektor Bisnis Ini Paling Babak Belur

        Dipukul Covid-19 Habis-habisan, 10 Sektor Bisnis Ini Paling Babak Belur Kredit Foto: Unsplash/Ph B
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Pandemi virus Corona telah mengubah bagaimana orang bekerja, belajar, memenuhi kebutuhan sehari-hari, bahkan berinteraksi. Bisnis mulai dituntut mengembangkan model bisnis yang lebih sustainable di tengah pandemi Covid-19.

        Beberapa sektor bisnis mengalami kejatuhan akibat pandemi ini. Berikut deretan 10 bisnis yang merugi selama pandemi Covid-19 berlangsung.

        1. Hotel dan Pariwisata

        Hotel dan pariwisata tidak dapat dimungkiri menjadi sektor pertama yang merasakan keterpurukan kala Covid-19 menyerang. Sinergi antara hotel dan pariwisata membuat keduanya tidak dapat dipisahkan. Akibatnya keduanya harus menelan kerugian saat salah satunya merugi.

        Baca Juga: Gelombang PHK Hantam 50 Ribu Lebih Buruh Jakarta, Yang Tak Terima Gaji Nyaris 300 Ribu

        "Dengan pelarangan orang bepergian dan keluar rumah, hospitality dan tourism merupakan sektor yang paling terdampak oleh wabah Covid-19. Okupansi hotel kini sudah mendekati zero dengan pemberlakukan PSBB yang makin ketat. Dalam kondisi amat memprihatinkan tersebut, beberapa hari terakhir hotel-hotel memasuki situasi 'survival mode'," kata Yuswohady, pakar marketing dari Inventure Consulting dalam video conference, Senin (13/4/2020).

        2. Penerbangan

        Adanya pembatasan wilayah hingga lockdown beberapa negara di dunia, membuat industri penerbangan sangat terpukul. Data dari McKinsey April 2020 menyatakan penurunan nilai pasar di industri commercial aerospace sebesar 46% dan menjadi yang tertinggi di antara industri lain. Mulai dari pembatalan penerbangan hingga proses refund menjadi pukulan krisis keuangan bagi setiap perusahaan penerbangan di dunia.

        3. Meeting, Incentives, Conferences, Exhibitions (MICE)

        Tiga tahun terakhir adalah era kejayaan leisure economy yang tumbuh begitu cepat. Namun, Covid-19 membuat pertumbuhan tersebut sontak berbalik arah. Industri ini praktis mati suri 'dibunuh' Covid-19. Padahal tahun lalu kita masih menyaksikan konferensi tingkat nasional, regional global masif berlangsung tiap minggu.

        "Pameran berbagai industri dari UKM hingga kelas raksasa. Begitu juga beragam bentuk festival, baik lokal, nasional, maupun internasional digelar di mana-mana. Kabupaten Banyuwangi misalnya, tahun lalu menggelar 99 festival dan tahun ini 123. Namun, kini seolah semuanya lenyap diterjang Covid-19," kata Yuswo.

        4. Bar dan Resto

        "Dalam buku Millennials Kill Everything, kami meramalkan bahwa resto akan 'dibunuh' oleh Generasi Mager (Males Gerak) milenial. Namun, rupanya resto keburu dibunuh oleh Covid-19," ujar Yuswo.

        Survei mengatakan bahwa 46-48% orang akan lebih sedikit melakukan eating out dan hangout in cafe karena adanya wabah. Dan dengan pemberlakuan PSBB yang kian ketat, resto diminta hanya melayani take away.

        5. Bioskop dan Konser

        Nonton di bioskop mungkin bukan pilihan yang bijak untuk mencari hiburan di kala wabah corona saat ini. Data menunjukkan, pada Maret 2020 lalu sekitar 50% orang akan lebih sedikit melakukan entertainment activities, salah satunya bioskop.

        Hal ini membuat pelaku bisnis sinema, salah satunya XXI melakukan inovasi dengan menciptakan layanan pesan-antar makanan di XXI Cafe mereka. Ini adalah langkah survival agar operasi perusahaan tak sama sekali terhenti.

        6. Olahraga

        Event olahraga semua dibatalkan: olimpiade, liga sepak bola, Formula 1 hingga UFC. Bencana Covid-19 betul-betul momentum kematian industri olahraga.

        7. Mal dan Ritel

        Sebelum Covid-19, mal telah beralih fungsi bukan lagi sebagai tempat belanja, tapi menjadi leisure dan culinary destination. Akibat wabah kini sebagian besar, mal hanya membuka gerai untuk grocery dan essential goods.

        8. Consumer Electronic

        Consumer electronics bukan merupakan kebutuhan esensial bagi masyarakat sehingga di tengah krisis Covid-19, termasuk yang pertama diabaikan oleh konsumen. Tak heran jika nilai pasar sektor ini turun lebih dari 25%.

        Perubahan perilaku konsumen yang lebih fokus pada kebersihan dan kesehatan ditangkap oleh pelaku industri ini dengan menciptakan inovasi produk baru. Sharp dan Xiaomi sudah lebih dulu memasuki pasar dengan meluncurkan air purifier.

        9. Otomotif

        "Tidak banyak yang bisa dilakukan sektor otomotif di tengah krisis Covid-19 saat ini. Nilai pasar industri ini berkurang 30% lebih," ujar Yuswo.

        Hal ini membuat beberapa pabrikan mobil seperti Lamborghini mengubah pabrik mobil mereka menjadi tempat produksi masker untuk memerangi wabah.

        Baca Juga: Dear Pelaku UMKM, Ini 3 Tips untuk Pertahankan Bisnis di Tengah Corona

        10. Bahan Bakar

        Banyaknya pabrik dan fasilitas produksi terhenti karena wabah, ditambah mobilitas dan transportasi jauh berkurang, maka industri minyak dan gas termasuk sektor yang paling terdampak Covid-19. Itu sebanya nilai pasar industri ini turun sampai 40%.

        "Begitu semua pabrik di China tutup, maka hanya dalam beberapa hari polusi berkurang amat signifikan. Hal ini akan semakin menyadarkan pentingnya mengakselerasi penggunaan energi terbarukan. Memang industri ini sudah waktunya surut dari peredaran, dan rupanya Covid-19 mempercepatnya," tulis Yuswo dalam buku The Rise Of Stay @ Home Economy.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Bernadinus Adi Pramudita
        Editor: Rosmayanti

        Bagikan Artikel: