Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        30 April: Führerbunker, Sianida, dan Akhir Hidup Adolf Hitler

        30 April: Führerbunker, Sianida, dan Akhir Hidup Adolf Hitler Kredit Foto: SINDOnews
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Mimpi buruk pemimpin besar Nazi Jerman dimulai pada akhir 1942 ketika pasukannya kalah di pertempuran El-Alamein dan Stalingrad. Tak hanya itu, pendaratan pasukan Amerika Serikat di Afrika Utara pada tahun yang sama juga memicu gelombang perlawanan terhadap Jerman.

        Mengutip laman Biography, Kamis (30/4/2020), pasukan Nazi Jerman di bawah komando Adolf Hitler juga gagal merebut Terusan Suez. Hal itu menyebabkan tentara AS punya kendali penuh di wilayah Afrika Utara. 

        Pada 6 Juni 1944, juga familiar disebut sebagai Hari-D (D-Day), pasukan Sekutu Barat tiba di Prancis Utara. Sebagai akibat dari kemunduran yang signifikan ini, banyak perwira Jerman menyimpulkan bahwa kekalahan sudah di depan mata.

        Dampak buruk yang paling dirasa ialah masalah kesehatan sang Fuhrer. Hitler setiap harinya semakin tak membaik, ditambah terisolasi dan tergantung pada obat-obatan yang diberikan oleh dokter pribadinya.

        Kondisi tersebut rupanya dimanfaatkan pihak musuh. Beberapa upaya pembunuhan dilakukan pada Hitler, termasuk yang hampir berhasil pada Juli 1944, ketika Kolonel Claus von Stauffenberg menanam bom yang meledak selama konferensi di markas Hitler di Prusia Timur. Meskipun pada akhirnya gagal, Plot Juli --kejadian penanaman bom di markas Hitler, dianggap mampu menggertak mental sang diktator.

        Pada awal 1945, Hitler baru menyadari bahwa Jerman akan kalah dalam perang. Uni Soviet telah mendorong tentara Jerman kembali ke Eropa Barat. Tentara Merah (Red Army) mereka telah mengepung Berlin dan Sekutu bergerak maju ke Jerman dari barat.

        Pada 16 Januari 1945, Hitler memindahkan pusat komandonya ke tempat penampungan serangan udara bawah tanah di dekat Kanselir Reich di Berlin. Dikenal sebagai Führerbunker, penampungan beton bertulang memiliki sekitar 30 kamar yang tersebar di sekitar 2.700 kaki persegi.

        Bunker Hitler dilengkapi dengan lukisan minyak berbingkai dan perabotan berlapis kain, air minum segar dari sumur, pompa untuk menghilangkan air tanah, generator listrik diesel dan fasilitas lainnya.

        Selama persembunyiannya di bunker tersebut dan dengan semakin dekatnya pasukan Soviet, Hitler membuat rencana untuk perlawanan terakhir sebelum akhirnya meninggalkan rencana itu.

        Tengah malam pada malam 28-29 April 1945, Hitler menikahi Eva Braun di bunker Berlin. Ia juga menuliskan beberapa wasiat politiknya, disadur dari laman History, Kamis (30/4/2020). 

        Hitler bunuh diri pada 30 April 1945. Menurut pakar alasannya yakni takut ditangkap oleh pasukan musuh. Hitler meneguk sianida dan menembak kepalanya sendiri. Eva Braun diyakini telah meracuni dirinya dengan sianida pada waktu yang bersamaan.

        Tubuh mereka dibawa ke kawah bom dekat Kanselir Reich, di mana jasad mereka disiram dengan bensin dan dibakar. Hitler berusia 56 tahun pada saat kematiannya.

        Berlin jatuh ke tangan pasukan Soviet pada 2 Mei 1945. Lima hari kemudian, pada 7 Mei 1945, Jerman menyerah tanpa syarat kepada Sekutu.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Muhammad Syahrianto

        Tag Terkait:

        Bagikan Artikel: