Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Bangganya Warga Canberra karena Tak Ada Lagi Kasus Positif Virus Corona

        Bangganya Warga Canberra karena Tak Ada Lagi Kasus Positif Virus Corona Kredit Foto: Reuters/David Ryder
        Warta Ekonomi, Canberra, Australia -

        Negara bagian ACT yang meliputi ibu kota, Canberra menjadi kawasan pertama di Australia yang tidak lagi memiliki kasus positif COVID-19.

        • Tidak ada lagi kasus aktif virus corona di ACT setelah 106 dinyatakan positif
        • Di Victoria sebuah panti jompo menjadi tempat munculnya beberapa kasus
        • Pengujian virus corona akan dilakukan di 10 pusat perbelanjaan di Melbourne

        Setelah adanya 106 kasus dan tiga kematian di ACT, warga Canberra yang terakhir mengidap virus corona, Jan Stoop sekarang sudah sembuh.

        Hari Kamis (40/04), Pemerintah ACT mengatakan dengan sembuhnya Jan artinya tidak ada lagi virus corona di negara bagian yang berpenduduk sekitar 412 ribu orang tersebut.

        Jan tertular virus dari istrinya Irene yang kembali dari Afrika Selatan, beberapa hari sebelum larangan perjalanan internasional diumumkan oleh Australia.

        Irene Stoop mengatakan ketika ia pertama kali dinyatakan positif COVID-19, merasa seperti menghadapi 'hukuman mati.'

        "Beberapa anggota keluarga menangis ketika mendengar berita ini," kata Irene.

        Irene merasa letih luar biasa dan makanan yang dimasaknya sendiri terasa tidak enak, karena dia tidak bisa mencium dan merasakan makanan.

        Ketika Irene mulai sembuh, suaminya Jan yang kemudian jatuh sakit.

        "Saya mengalami demam yang luar biasa. Saya sempat ganti baju tiga kali dalam semalam," kata Jan.

        Setelah sembuh, Jan mengatakan semua orang harus tetap waspada dengan virus corona, namun tidak perlu takut.

        "Ini bukanlah hukuman mati," katanya.

        Penyebaran virus di panti jompo Victoria

        Sementara itu di negara bagian Victoria, dengan ibukota Melbourne, pihak berwenang sedang menyelidiki sumber penularan baru COVID-19 di sebuah rumah perawatan lanjut usia di Melbourne.

        Kepala Bidang Medis (Chief Medical Officer) Victoria, Profesor Brett Sutton mengatakan mereka sedang menyelidiki beberapa kasus di rumah tersebut.

        Kepada Radio ABC Melbourne, Profesor Brett mengatakan ada tiga kasus positif di rumah tersebut, termasuk dua lansia dan seorang karyawan.

        Ia mengatakan berbagai langkah pencegahan ketat sekarang sudah dilakukan, karena potensi penyebaran besar sekali.

        Menurutnya sulit mengetahui apakah pengunjung atau salah seorang karyawan yang membawa virus ke dalam rumah tersebut.

        Dengan adanya kasus di rumah lansia ini, selama 24 jam terakhir ada 7 kasus baru di Victoria, sehingga kasusnya menjadi 1.361.

        Profesor Brett mengatakan salah satu positif berasal dari Rumah Sakit Sunshine, dimana sebelumnya 25 staf menjalani karantina, setelah seorang pasien positif terkena COVID-19.

        "Kami melakukan banyak tes di sana, mungkin saja ada kasus baru, namun kami akan bisa menguasai keadaan," katanya.

        Tes corona disediakan di pusat perbelanjaan

        Pemerintah Victoria sedang berusaha untuk melakukan 100 ribu tes virus corona selama dua minggu.

        Sekarang sudah ada 10 tempat tes yang ditempatkan di pusat perbelanjaan di berbagai bagian wilayah di kota Melbourne.

        Kesepuluh pusat perbelanjaan adalah di West Footscray, Werribee, Epping, Watergardens, Fountain Gate, Frankston, Chadstone, Doncaster, Highpoint dan Northland.

        Di pusat pengetesan akan ada dokter, perawat dan staf bagian patologi.

        Sementara di kawasan pinggiran juga akan lebih banyak tempat untuk tes corona.

        Pemerintah Victoria juga telah mengeluarkan larangan pembatasan penjualan obat hydroxychloroquine, obat anti malaria yang sebelumnya disebut Presiden Donald Trump bisa mengobati virus corona.

        Menteri Kesehatan Victoria, Jenny Mikakos mengatakan pernyataan jika obat tersebut bisa menyembuhkan penderita virus corona belum terbukti.

        Menurutnya pembelian berlebihan obat anti malaria malah membuat mereka yang betul-betul memerlukan tidak bisa mendapatkannya.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Muhammad Syahrianto

        Tag Terkait:

        Bagikan Artikel: