PT Matahari Putra Prima Tbk (MPPA) pemilik gerai Hypermart ini pada tahun 2019 lalu membukukan penjualan sebesar Rp8,65 triliun. Angka tersebut turun 19,06% atau Rp2,04 triliun dari Rp10,69 triliun di tahun 2018.
Meski begitu, rugi tahun berjalan yang dapat didistribusikan kepada pemilik entitas induk menjadi Rp552,67 miliar atau turun 38,47% dari Rp898,27 miliar di tahun sebelumnya.
Direktur sekaligus Sekretaris Perusahaan MPPA, David Kojongian mengungkapkan bahwa kinerja keuangan untuk tahun 2019, yang mencerminkan progres peningkatan solid untuk menghadirkan produk-produk segar terbaik dan memfokuskan kembali bisnisnya kepada konsumen ritel dengan fokus utama ditujukan untuk memenuhi sebagian besar kebutuhan dasar harian pelanggan yang berkelanjutan melalui berbagai ragam produk segar, groseri dan kebutuhan rumah tangga lainnya.
“Produk segar mencatat pertumbuhan berkelanjutan yang kuat sebesar 4% dengan kontribusi penjualan 24% dari Total Penjualan 2019.Kami juga terus mengurangi bisnis B2B yang bermarjin rendah dan mengarahkan sumber daya untuk mendukung pertumbuhan bisnis ritel, walaupun hal ini menyebabkan total penjualan bersih yang lebih rendah sebesar pada Rp 8,7 triliun,” ucapnya, dalam keterangan resmi di Jakarta, Selasa (12/5/2020).
Baca Juga: Dua Perusahaan Ritel Punya Lippo, Matahari dan Hypermart Harga Sahamnya Turun Drastis
Di awal 2019, Perusahaan meluncurkan format toko terbarunya - HyFresh, yang merupakan interpretasi terbaru dari supermarket komunitas dengan fokus yang lebih besar pada produk segar dan groseri dengan harga yang kompetitif untuk menarik minat rumah tangga untuk berbelanja kebutuhan sehari-hari.
Sementara, di akhir tahun 2019 perseroan juga mengumumkan kolaborasinya dengan The Walt Disney Indonesia untuk menghadirkan pengalaman berbelanja unik kelas dunia pada produk-produk segar kepada konsumen di semua toko. Buah-buahan, sayuran, dan produk roti berkualitas serta pakaian dan tas yang dapat digunakan kembali dikemas dengan inspirasi karakter Disney.
Prioritas juga difokuskan pada peninjauan manajemen persediaan untuk menghadirkan penawaran produk yang paling tepat dan untuk mengurangi barang yang tidak produktif dengan perputaran lambat untuk memperoleh arus kas yang lebih baik. Upaya ini membuat Perseroan mampu mengurangi Out of Stock ("OOS"), sementara tingkat Perputaran Persediaan juga lebih baik menjadi 55 hari dari 58 hari di tahun sebelumnya.
“Strategi di atas, ditambah dengan kebijakan penetapan harga yang baru, telah secara substansial meningkatkan marjin laba bruto menjadi 18,3% dari penjualan, meningkat 441bps dari 2018. Profitabilitas EBITDA terus memberikan peningkatan positif untuk tahun 2019,” terangnya.
Baca Juga: Tarik Dana Ratusan Miliar di BCA, Asing Pilih Buang Duit di Saham Matahari
Langkah-langkah efisiensi operasional yang telah dilaksanakan sejak akhir 2017 telah menghasilkan perbaikan substansial pada struktur biaya di mana biaya pemasaran dan umum & administrasi pada tahun 2019 turun sebesar 14,3% y.o.y - penghematan total sebesar Rp299 miliar.
“Kami tetap berkomitmen untuk meninjau lebih lanjut dan menerapkan langkah-langkah efisiensi operasional ini untuk meningkatkan profitabilitas di masa mendatang,” pungkasnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Annisa Nurfitri
Editor: Annisa Nurfitri
Tag Terkait: