Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Memanas, Perlombaan Negara-negara di Dunia Ciptakan Vaksin Corona Sarat Kontroversi

        Memanas, Perlombaan Negara-negara di Dunia Ciptakan Vaksin Corona Sarat Kontroversi Kredit Foto: IStockPhoto/Manjurul
        Warta Ekonomi, Washington -

        Perlombaan global untuk mendapatkan vaksin virus corona baru memanas pada Kamis, ketika Amerika Serikat (AS) dan China melanjutkan perseteruan. Pada saat yang sama, Prancis mengecam perusahaan raksasa obat Sanofi karena menyatakan Amerika pada akhirnya akan mendapatkan vaksin corona.

        Para ilmuwan bekerja dengan kecepatan sangat tinggi untuk mengembangkan vaksin untuk virus corona baru, SARS-Cov-2, penyebab penyakit Covid-19. Virus itu telah menyebabkan lebih dari 300.000 orang di seluruh dunia meninggal dan menghantam ekonomi dunia.

        Baca Juga: Trump Ingin Kerahkan Militer Skala Besar Setelah Vaksin Virus Corona Ditemukan

        Dari AS, Eropa hingga Asia, pemerintah nasional dan lokal melonggarkan perintah penguncian (lockdown) untuk membuat orang kembali bekerja. Namun, mereka juga khawatir langkah itu akan memicu gelombang kedua infeksi Covid-19.

        Meningkatnya kebebasan bergerak berarti memicu peningkatan risiko tertular virus, sehingga laboratorium nasional dan perusahaan swasta bekerja keras untuk menemukan formula yang tepat untuk vaksin.

        Badan obat-obatan Uni Eropa menawarkan beberapa harapan ketika mengatakan vaksin bisa siap tersedia dalam satu tahun berdasarkan data dari uji klinis yang sudah berlangsung.

        Tetapi Marco Cavaleri, kepala strategi vaksin EMA, mengakui bahwa waktu adalah "skenario kasus terbaik" dan memperingatkan bahwa kemungkinan ada penundaan.

        Perlombaan untuk mendapatkan vaksin telah memperlihatkan hubungan yang tidak jelas antara AS dan China. China jadi sorotan dunia, karena virus itu pertama kali terdeteksi Desember 2019 di pusat kota Wuhan.

        Dua otoritas AS pada Rabu memperingatkan bahwa peretas China berusaha mencuri penelitian vaksin Covid-19. Namun, Beijing menolak tuduhan itu sebagai langkah Washington mengotori reputasi China.

        Presiden AS Donald Trump, yang telah mengumbar retorika melawan China, mengatakan dia bahkan tidak ingin terlibat apa pun dengan Presiden China Xi Jinping, sebuah langkah yang berpotensi membahayakan kesepakatan perdagangan antara dua ekonomi utama dunia.

        "Saya sangat kecewa pada China. Saya akan mengatakannya sekarang," kata Trump dalam sebuah wawancara dengan Fox Business, yang dilansir AFP, Jumat (15/5/2020).

        "Ada banyak hal yang bisa kita lakukan. Kita bisa melakukan banyak hal. Kita bisa memutuskan seluruh hubungan (dengan China)," lanjut Trump. 

        Di Capitol Hill, seorang pejabat kesehatan AS yang dicopot mengatakan kepada Kongres bahwa pemerintah Trump tidak memiliki strategi untuk menemukan dan mendistribusikan vaksin kepada jutaan orang Amerika. Dia memperingatkan "musim dingin yang paling gelap" berada di depan.

        "Kami tidak memiliki satu titik kepemimpinan saat ini untuk respons ini, dan kami tidak memiliki rencana induk," kata Rick Bright, yang dicopot bulan lalu sebagai kepala badan AS yang ditugasi mengembangkan vaksin virus corona.

        Baca Juga: Awas! Uni Eropa Bilang Vaksin Corona Bisa Direstui dan Dikeluarkan Tahun Depan Asalkan...

        Amerika Serikat telah melaporkan hampir 86.000 kematian yang terkait dengan Covid-19, sebuah angka kematian tertinggi di dunia.

        Para pemimpin dunia termasuk di antara 140 penandatangan surat yang diterbitkan Kamis mengatakan vaksin apa pun tidak boleh dipatenkan dan bahwa sains harus dibagi di antara negara-negara di dunia.

        "Pemerintah dan mitra internasional harus bersatu dalam jaminan global yang memastikan bahwa, ketika vaksin yang aman dan efektif dikembangkan, vaksin diproduksi dengan cepat dalam skala dan tersedia bagi semua orang, di semua negara, gratis," bunyi pernyataan para pemimpin dunia tersebut.

        Tetapi pertikaian pecah di Prancis setelah produsen obat Sanofi mengatakan akan memerintahkan pengiriman pertama dari setiap vaksin yang ditemukan ke Amerika Serikat.

        Komentar itu memicu kecaman cepat dari pemerintah Prancis, di mana Kantor Presiden Emmanuel Macron mengatakan vaksin apa pun harus diperlakukan sebagai "barang publik global, yang tidak diserahkan kepada kekuatan pasar".

        Kepala eksekutif Sanofi Paul Hudson mengatakan AS memiliki model pembagian risiko yang memungkinkan pembuatan dimulai sebelum vaksin akhirnya disetujui, sedangkan Eropa tidak.

        "Pemerintah AS memiliki hak atas pemesanan di muka terbesar karena telah diinvestasikan untuk mengambil risiko," kata Hudson kepada Bloomberg News

        Pejabat tinggi Macron dijadwalkan untuk bertemu dengan eksekutif Sanofi tentang masalah ini minggu depan.

        Pencarian vaksin menjadi lebih mendesak setelah Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan penyakit itu mungkin tidak pernah hilang dan dunia harus belajar untuk hidup dengan Covid-19 selamanya.

        "Virus ini mungkin hanya menjadi virus endemik di komunitas kami dan virus ini mungkin tidak akan pernah hilang," kata Michael Ryan, direktur kedaruratan WHO.

        Baca Juga: Istri Bill Gates Bilang Bisa Aja Vaksin Corona Tercipta Akhir Tahun 2020, Asalkan. . .

        Prospek penyakit yang tersisa membuat pemerintah menghadapi tindakan penyeimbangan yang rumit antara menekan patogen dan meningkatkan ekonomi mereka.

        Di AS, lebih banyak data ekonomi yang suram muncul Kamis, dengan hampir 3 juta orang Amerika mengajukan tunjangan pengangguran. Total keseluruhan menjadi 36,5 juta, lebih dari 10 persen populasi AS.

        Tanda-tanda lebih lanjut dari kerusakan bisnis muncul ketika Lloyd's of London memperkirakan pandemi akan menelan biaya industri asuransi global sekitar USD203 miliar.

        Pasar Eropa ditutup, tetapi Wall Street menguat meskipun ada klaim pengangguran baru. Sebagai tanda kemajuan, lantai perdagangan Bursa Efek New York akan dibuka kembali pada 26 Mei. 

        Pembukaan kembali ekonomi berlanjut dengan sungguh-sungguh di seluruh Eropa, di mana Uni Eropa telah menetapkan proposal untuk memulai kembali perjalanan secara bertahap dan akhirnya mencabut kontrol perbatasan.

        "Mungkin itu sebuah kesalahan, tapi kita tidak punya pilihan. Tanpa turis, kita tidak akan berhasil!" kata Enrico Facchetti, seorang mantan tukang emas berusia 61 tahun saat mengomentari pembukaan kembali Venesia.

        Jepang, ekonomi terbesar ketiga di dunia, mencabut status keadaan darurat di sebagian besar wilayah kecuali Tokyo dan Osaka.

        Sedangkan Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau mengatakan taman nasional akan dibuka kembali sebagian pada 1 Juni.

        Tetapi di Amerika Latin virus itu terus mengamuk, di mana ada lonjakan kasus infeksi 60 persen di Ibu Kota Chile, Santiago. Pihak berwenang mengatakan 2.000 kuburan baru digali di pemakaman utama.

        Selanjutnya, Sudan Selatan melaporkan kematian pertama terkait Covid-19 pada hari Kamis. Di Bangladesh, kasus pertama dikonfirmasi di kamp-kamp pengungsi Rohingya, yang menampung hampir 1 juta orang.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Muhammad Syahrianto

        Bagikan Artikel: