PT Buana Lintas Lautan Tbk (BULL) perusahaanyang bergerak di bidang pelayaran ini optimistis dapat menangkap peluang dan memacu kinerja yang positif di masa pandemi.
"Dengan strategi usaha berimbang yang berasal dari kontrak sewa serta pengoperasian melalui pool, kami berada di posisi yang menguntungkan untuk berkembang dan menangkap peluang di tengah wabah COVID-19," kata Direktur Utama BULL Wong Kevin dalam keterangan di Jakarta, Selasa (19/5/2020).
Pada 2020, BULL yakin akan prospek usaha yang positif karena perkiraan dinamika permintaan dan pasokan kapal tanker yang ketat. Hal itu dikarenakan pasokan kapal tanker minyak yang terbatas dimana jumlah pembuatan kapal tanker baru berada pada tingkat terendah dalam lebih dari 20 tahun terakhir dan tiga peraturan baru dari International Maritime Organization (IMO) yang wajib diimplementasikan antara 2020 sampai 2025 yang dapat mengurangi pasokan kapal tanker dunia.
Baca Juga: Perusahaan Lebih Suka Cari Utang di Luar Negeri, Pasar Modal Indonesia Kebagian Sisaan
Tiga aturan IMO tersebut antara lain kewajiban pemakaian bahan bakar rendah sulfur mulai tahun 2020, kewajiban instalasi dan penggunaan sistem pengolahan air ballast mulai 2021 sampai 2023, dan pengurangan emisi gas efek rumah kaca sebesar 30 persen mulai 2025 yang berpotensi mengurangi kecepatan kapal di laut.
Dengan mempertimbangkan faktor-faktor itu, BULL telah mengembangkan armadanya dari 17 kapal tanker dengan kapasitas efektif sebesar 850.000 DWT di akhir 2018 menjadi 30 kapal tanker di April 2020 dengan total kapasitas efektif sebesar 1.989.898 DWT.
BULL memperkirakan pendapatan sebelum bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi atau EBITDA tahun ini akan menjadi 2,25-2,5 kali dari tahun 2019. Dimana, laba bersih BULL diperkirakan akan menjadi 3,5-4 kali dari tahun 2019, tidak termasuk pos-pos luar biasa karena seluruh peningkatan EBITDA akan menambah langsung ke laba usaha.
Baca Juga: Baru Untung, XL Langsung Bagi-bagi Dana Ratusan Miliar ke Pemegang Saham
Dengan pencapaian itu, rasio perbandingan harga saham dengan laba bersih per saham (PER) perusahaan menjadi sangat rendah yaitu 2,75 kali dan EV/EBITDA juga mengalami hal yang sama yaitu 3,6 kali, dimana dengan menggunakan metode penilaian apapun akan mengindikasikan nilai perusahaan menjadi sangat rendah, terutama dengan kemampuan perusahaan yang telah terbukti untuk berkembang dan meningkatkan laba usaha selama bertahun-tahun.
BULL berkeyakinan seiring dengan pertumbuhan perusahaan yang berkelanjutan, selisih penilaian perusahaan yang terlalu rendah ini akan semakin mendekati kewajaran karena pasar akan menghargai peningkatan nilai yang diberikan kepada para pemegang saham.
Terjadinya wabah COVID-19 telah meningkatkan potensi kemungkinan pencapaian target BULL. Wabah tersebut telah menghentikan sebagian besar ekonomi global dan sangat membatasi mobilitas penduduk dan barang di seluruh dunia. Akibatnya, konsumsi minyak jatuh pada titik terendahnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Annisa Nurfitri
Editor: Annisa Nurfitri
Tag Terkait: