Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Kasus Baru Corona RI Hampir 1.000 per Hari, Ahli: Itu Belum Puncak Wabah

        Kasus Baru Corona RI Hampir 1.000 per Hari, Ahli: Itu Belum Puncak Wabah Kredit Foto: Sufri Yuliardi
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Penambahan kasus baru positif Covid-19 di Indonesia meningkat tajam dalam beberapa hari terakhir bahkan hampi mencapai 1.ooo orang. Namun, pakar epidemologi dari Universitas Indonesia (UI) Syahrizal Syarif menilai kasus corona di Tanah Air belum mencapai masa pucak.

        "Itu belum puncak wabah," kata Syahrizal dilansir Okezone, Minggu (5/24/2020).

        Baca Juga: Idul Fitri di Tengah Corona, Wapres Ma'ruf Ingatkan Janji Allah soal Keberkahan

        Sabtu 23 Mei kemarin, Gugus Tugas Covid-19 melaporkan ada penambahan 949 orang baru terinfeksi corona di Indonesia sehingga total pasien positif 21.745 orang. Pada Kamis lalu, terdapat 973 pasien baru positif Covid-19, tertinggi sejak kasus corona pertama ditemukan di Tanah Air.

        Syahrizal menjelaskan, lonjakan angka pasien positif corona tersebut karena pemeriksaan spesimen di Indonesia yang semakin meningkat. Artinya pemerintah lebih banyak mendeteksi spesimen per hari sehingga banyak pasien yang ketahuan positif.

        Bahkan kata dia, angka pasien positif corona bisa meningkat lebih dari 1.000 orang pasien per hari jika pemeriksaan spesimen yang dilakukan lebih banyak.

        "Menurut saya kalau 10 ribu (spesimen) kemampuan kita memeriksa dari yang diperiksa yang positif itu sekitar 13 sampai13,5 persen. Jadi kalau meriksa 10 ribu (spesimen) kita akan dapat angka sekitar 1200 sampai 1400 (pasien) artinya angka 900 bukan angka tertinggi," tuturnya.

        Selain spesimen, kendurnya pelaksanaan PSBB ditambah maraknya masyarakat yang berkerumun jelang lebaran bisa menjadi peningkatan jumlah pasien virus corona baru.

        "Dampaknya itu biasanya 10 hari kedepan karena masa inkubasi itu kan sekitar 2 sampai 14 hari paling tinggi 5 dan 7 hari jadi dampak itu bisa kelihatan ya 5 atau 7 hari kedepan (setelah lebaran)," jelasnya.

        Syahrizal mencontohkan peningkatan pasien yang terjadi di Jakarta. Padahal kata dia angka tersebut sempat menurun namun belakangan kembali meningkat.

        "Misal kasus DKI sudah mulai turun tapi pada ujung-ujungnya kan naik lagi artinya pada kurva laporan harian yang menaik. Apalagi sekarang lebaran besok orang silaturahmi segala waduh. itu kan akan berdampak nanti, pas arus balik itu juga dua minggu setelah lebaran kasus akan naik lagi," tandasnya.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Fajria Anindya Utami

        Tag Terkait:

        Bagikan Artikel: