Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Negaranya Terpuruk Akibat Pandemi Corona, Presiden Brasil Malah Salahkan Media

        Negaranya Terpuruk Akibat Pandemi Corona, Presiden Brasil Malah Salahkan Media Kredit Foto: Reuters/Adriano Machado
        Warta Ekonomi, Rio De Janiero -

        Brasil menduduki peringkat dua global untuk kasus Covid-19. Presiden Brasil Jair Bolsonaro menuding semua itu akibat kesalahan para wali kota, gubernur, mantan menteri kesehatan, dan media. 

        Namun, ia menggambarkan dirinya sebagai pejuang dengan gagasan yang berpikir jernih. Menurut dia, menghentikan perekonomian demi menghentikan laju kasus Covid-19 hanya akan membuat Brasil lebih menderita daripada membiarkan sang penyakit yang mendikte Brasil.

        Baca Juga: Brasil Jadi 'Neraka' Virus Corona, Pemerintah AS Tegas Ambil Tindakan Ini

        Ia menuding para gubernur negara bagian bertindak otoriter karena menolak dekrit presiden yang membolehkan tempat-tempat olahraga tetap buka. 

        Hingga berita ini ditulis, data Johns Hopkins University menyebutkan Brasil memiliki lebih dari 363 ribu kasus Covid-19. Lebih dari 22 ribu orang meninggal. 

        Ketika ditanya soal jumlah kematian yang melampaui China --tempat virus corona berasal, Bolsonaro mengatakan, "Saya tidak bisa membuat keajaiban. Anda ingin saya berbuat apa?"

        Ketika ditanya tentang AS memberlakukan larangan bepergian ke dan dari Brasil, para penasihat Bolsonaro menyebut itu sebagai histeria media semata.

        Sejak awal wabah, Bolsonari memang selalu menampik dampak yang mengintai akibat kebijakannya. Salah satu kebijakannya yang utama adalah menentang para gubernur negara bagian yang memerintahkan warganya tinggal di rumah.

        Pada April ia memaksa Brasil terus membuka kegiatan perekonomian.

        "Membuka kembali perekonomian adalah risiko yang saya jalankan, karena kalau (virus corona) memburuk, saya juga yang akan kena getahnya," kata Bolsonaro.

        Dua pekan kemudian, jumlah pasien yang meninggal melampaui angka 5.000 orang. Ia berkomentar, "Jangan timpakan hal yang bukan salah saya."   

        Kini, negeri dengan populasi sekitar 211 juta jiwa ini memiliki kasus lebih dari 22 ribu jiwa. Angka itu bahkan terus meningkat. 

        Mahkamah Agung (MA) Brasil akhirnya memutuskan, negara bagian dan kota masing-masing memiliki yurisdiksi untuk menerapkan kebijakan karantina.

        Maka pada 7 Mei, Bolsonaro diiringi para menteri dan pemimpin dunia usaha, mendatangani MA. Ia menuntut aneka pelarangan di tiap wilayah diperlunak.

        "Sejumlah negara bagian bertindak terlalu jauh dalam menerapkan larangan, dan konsekuensinya akan terasa," katanya, menyebutkan ada jutaan warga Brasil kehilangan mata pencaharian. 

        Bolsonaro menuntut tempat olahraga, salon, dan tempat cukur tetap buka karena dipandang sebagai layanan jasa esensial. Namun, para gubernur bagian tak mengindahkan permintaan itu. Bolsonaro langsung mending para gubernur "bertindak otoriter". 

        Maka pada Sabtu (24/5/2020) malam, Bolsonaro memberi contoh dengan berjalan-jalan di ibu kota, Brasilia. Ia membeli hot dog dari penjual kaki lima. Video yang diunggah di akun Facebook menunjukkan para pendukungnya melakukan swafoto dan memanggil-manggil dengan nama panggilannya, "Myth".

        Sementara warga yang melakukan karantina mandiri di sekitarnya muncul di jendela sambil memukul-mukul panci dan wajan, sebagai tanda protes. 

        Pada Senin (25/5/2020) pagi, Bolsonaro menolak menjawab pertanyaan para wartawan, saat sang presiden akan meninggalkan istana kepresidenan. Seorang pendukungnya kemudian meminta Bolsonaro berupaya memperbaiki citranya yang negatif. Barulah, ia bersedia berkomentar.

        "Media global adalah orang-orang kiri," kata Bolsonaro santai, lalu menudingkan telujuk ke arah para wartawan.

        Saat Bolsonaro naik ke mobilnya, giliran para pendukungnya yang mengarahkan perhatian kepada para wartawan. Mereka memaki wartawan dengan kata-kata, "sampah" dan "komunis".

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Muhammad Syahrianto

        Bagikan Artikel: