Herd immunity atau kekebalan gembala kini jadi perbincangan karena dianggap sangat berbahaya bila diterapkan dalam penanganan pandemi virus corona atau Covid-19. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah mengecam wacana ini.
Di Indonesia, isu herd immunity mencuat menyusul ada kelonggaran penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Herd immunity adalah membiarkan orang lain terinfeksi dulu untuk mendapatkan kekebalan tubuh.
Pakar epidemiologi dari Universitas Indonesia, Syahrizal Syarif mengatakan, herd immunity sangat tidak relevan digunakan di Indonesia.
Baca Juga: Covid-19 Terus Serang Jatim, Penambahan Kasusnya Tertinggi se-Indonesia
Menurutnya, jika cara tersebut diterapkan, maka bisa membunuh banyak orang.
"Itu kan enggak relevan, penduduknya habis, kita mau berapa banyak penduduk yang meninggal, bisa jutaan yang meninggal," kata Syahrizal, Minggu (24/5/2020).
Syahrizal menjelaskan, herd immunity merupakan suatu keadaan di mana 80 persen penduduk di suatu tempat memiliki kekebalan penyakit. Sehingga mereka bisa melindungi penduduk yang rentan terhadap penyakit tersebut.
Namun, kata dia, untuk mencapai 80 persen penduduk memiliki kekebalan atau herd immunity hanya ada bisa dilakukan dengan dua cara salah satunya memberikan vaksin.
"Cara pertama ada vaksin lalu kita enggak perlu imuniasasi 100 persen (populasi penduduk) tetapi 80 persen aja," terangnya.
Kedua jenis penyakit yang dihadapi bukan seperti corona, melainkan seperti penyakit rubella, yang mana ketika terjangkit dan sembuh maka akan memiliki kekebalan permanen.
"(Sementara) untuk (penyakit) Covid-19 ini enggak ada (kebal) bisa kena tiga kali empat kali (setelah sembuh)," jelasnya.
Mengutip laporan Business Insider, herd immunity adalah ketika sebagian besar populasi kebal terhadap patogen, sehingga penularan tidak terjadi secara luas. Contohnya, untuk membatasi penyebaran campak, para ahli memperkirakan bahwa 93% hingga 95% dari populasi harus kebal.
Campak sendiri dianggap lebih menular bila dibandingkan dengan Covid-19. Buktinya, para ahli memperkirakan 40% hingga 70% populasi harus kebal untuk menghentikan penyebaran virus corona.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Rosmayanti
Tag Terkait: