Eropa Kini Dihantui Gelombang Kedua Virus Corona karena...
Aksi protes massal anti rasialisme yang pecah di Eropa ditakutkan akan menimbulkan masalah baru di Benua Biru tersebut. Eropa dapat menghadapi lonjakan infeksi Covid-19 dalam beberapa minggu mendatang atau dengan kata lain gelombang kedua pandemi virus Corona.
Aksi demonstrasi yang diikuti puluhan ribu pemrotes pecah di kota-kota besar Eropa dalam beberapa hari terakhir. Mereka turun ke jalan untuk berdemonstrasi menentang rasisme setelah pembunuhan seorang pria kulit hitam, George Floyd, saat ditahan polisi di Amerika Serikat (AS).
Baca Juga: Jutaan Nyawa di Eropa Terselamatkan oleh Kebijakan Lockdown
"Jika Anda menyarankan semua orang untuk menjaga jarak satu setengah meter dari satu sama lain, dan semua orang hanya berdiri berdampingan, saling berpegangan, maka saya tidak memiliki perasaan yang baik tentang hal itu," ujar Jozef Kesecioglu, yang mengetuai Kedokteran Perawatan Intensif Masyarakat Eropa, pada sebuah konferensi seperti dikutip dari Reuters, Jumat (12/6/2020).
Ditanya apakah akan ada lonjakan infeksi dalam dua minggu mendatang, dia berkata: "Ya, tapi mudah-mudahan saya salah."
Sebagian besar negara di 27 negara Eropa telah melewati puncak wabah dan secara bertahap membuka kembali bisnis dan perbatasan, karena infeksi turun dengan hati-hati dalam beberapa pekan terakhir.
Sebelum aksi protes baru-baru ini, para ilmuwan memperkirakan gelombang kedua hanya akan terjadi setelah musim panas. Tetapi pertemuan massal mungkin akan berdampak pada tren positif ini.
"Mengenai penyakit pernafasan infeksius, peristiwa massal bisa menjadi rute utama penularan," terang Martin Seychell, seorang pejabat kesehatan di Komisi Uni Eropa, kepada Reuters ketika ditanya tentang kemungkinan gelombang kedua yang disebabkan oleh demonstrasi.
"Virus itu masih beredar, meski dengan laju lebih rendah dari beberapa minggu lalu," katanya lagi.
Ia mengatakan kemungkinan dan ukuran gelombang kedua akan tergantung pada penegakkan yang efektif dari langkah-langkah jarak sosial (social distancing) dan faktor-faktor lain, banyak di antaranya masih belum diketahui.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Muhammad Syahrianto
Tag Terkait: