Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Hitung-hitungan Astronom Soal Planet Lain Mirip Bumi Munculkan Kesimpulan Mengejutkan Ini!

        Hitung-hitungan Astronom Soal Planet Lain Mirip Bumi Munculkan Kesimpulan Mengejutkan Ini! Kredit Foto: ESA/Hubble, M. Kornmesser
        Warta Ekonomi, Ottawa -

        Hanya ada satu planet yang kita ketahui di seluruh semesta yang mampu menampung kehidupan, yakni Bumi. Untuk mencoba mencari tahu kemungkinan kehidupan di tempat lain di Bima Sakti, maka seseorang harus mulai dengan perkiraan yang masuk akal tentang berapa banyak eksoplanet di luar sana yang memenuhi kriteria.

        Sekarang, dengan data perburuan planet eksoplanet selama bertahun-tahun, para astronom telah membuat perhitungan baru. Mereka menetapkan mungkin ada sekitar 6 miliar planet mirip Bumi yang mengorbit bintang mirip matahari di Bima Sakti.

        Baca Juga: Belasan Asteroid Seukuran 80 Meter Lintasi Bumi pada Juni, Bahayanya Menurut NASA...

        Astronom Michelle Kunimoto dari University of British Columbia (UBC) di Kanada mengatakan perhitungan miliknya batas atas 0,18 planet mirip Bumi per bintang tipe G.

        “Memperkirakan bagaimana berbagai jenis planet di sekitar bintang yang berbeda dapat memberikan kendala penting pada teori pembentukan dan evolusi planet, serta membantu mengoptimalkan misi masa depan yang didedikasikan untuk menemukan exoplanet,” ujar Kunimoto, seperti yang dilansir dari Science Alert, Rabu (17/6/2020).

        Ketika teknologi meningkat, jumlah planet di luar tata surya yang ditemukan telah meningkat pesat. Sampai saat ini, dikonfirmasi ada sekitar 4.164 eksoplanet dan jumlahnya terus bertambah. Selain itu, diperkirakan ada 100 hingga 400 miliar bintang di galaksi Bima Sakti, sekitar tujuh persen, di antaranya seperti matahari: bintang-bintang utama tipe G yang berurutan.

        Sebagian besar eksoplanet yang ditemukan sampai saat ini adalah raksasa gas atau es, seperti Jupiter atau Neptunus. Karena sangat sulit untuk melihat planet secara langsung dari jarak yang sangat jauh. Planet-planet yang lebih kecil dan berbatu seperti Bumi dan Mars jauh lebih sulit ditemukan karena efeknya jauh lebih kecil, dengan rasio signal-to-noise yang jauh lebih rendah.

        Untuk mengakomodasi planet-planet yang hilang, tim menggunakan teknik yang dikenal sebagai pemodelan maju untuk mensimulasikan data berdasarkan parameter model. Tim kemudian menerapkannya pada katalog 200 ribu bintang yang dipelajari oleh pesawat ruang angkasa pemburu planet Kepler yang beroperasi dari 2009 hingga 2018.

        Kunimoto mulai mensimulasikan populasi penuh planet ekstrasurya di sekitar bintang-bintang yang dicari Kepler. Ia menandai setiap planet sebagai ‘terdeteksi’ atau ‘terlewatkan’ tergantung pada seberapa mungkin algoritma pencarian planet.

        “Kemudian, saya membandingkan planet yang terdeteksi dengan katalog planet yang sebenarnya. Jika simulasi menghasilkan kecocokan yang dekat, maka populasi awal kemungkinan merupakan representasi yang baik dan populasi sebenarnya planet yang mengorbit bintang-bintang itu,” kata Kunimoto.

        Dari pendekatan ini, Kunimoto dan koleganya di UBC, astronom Jaymie Matthews dapat memperkirakan jumlah planet mirip Bumi di Bima Sakti. Mereka mendefinisikan ini sebagai antara 0,75 dan 1,5 kali massa Bumi, yang mengorbit bintang tipe G pada jarak antara 0,99 dan 1,7 unit astronomi (AU, jarak antara Bumi dan Matahari).

        Pada batas atas perkiraan bintang-bintang tipe G di galaksi, perhitungan-perhitungan ini menghasilkan maksimum 6 miliar exoplanet. Jumlah sebenarnya, tentu saja bisa jauh lebih kecil dan tidak ada jaminan planet-planet ini akan memiliki kehidupan atau bahkan dapat dihuni.

        Namun, angka tersebut memberikan alat baru untuk bekerja, baik dalam pencarian untuk planet ini dan memahami keberadaan manusia di dalam ruang besar ini.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Muhammad Syahrianto

        Bagikan Artikel: