Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Membaca Bahasa Tubuh Jokowi, Pakar: Marahnya Beneran...

        Membaca Bahasa Tubuh Jokowi, Pakar: Marahnya Beneran... Kredit Foto: Antara/Akbar Nugroho Gumay
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Pakar bahasa tubuh dan Mikroekspresi Monica Kumalasari ikut menganalisa bahasa tubuh Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam sidang kabinet paripurna pada 18 Juni 2020, dan videonya dirilis, Minggu (28/6).

        Diketahui, dalam sidang tersebut, Jokowi memberi teguran keras dan meluapka kejengkelan lantaran kinerja jajarannya selama tiga bulan terakhir. Bahkan, Jokowi tidak segan akan melakukan reshuffle atau membubarkan lembaga.

        Menurutnya, Jokowi bicara secara spontan dan tanpa teks, sambungnya, mungkin catatan berisi poin-poin catatan pribadinya.

        Baca Juga: Lah, PKS Malah Tantang Balik Jokowi: Buktikan Reshuffle, Bubarkan

        Baca Juga: Orang Demokrat: Pantas Dulu Anies Dipecat Jokowi, Ternyata Gak..

        "Akan mengekspresikan perasaan seseorang secara lebih genuine," katanya, Senin (29/6/2020).

        Lanjutnya, ia mencoba menganalisa gestur Jokowi berdasarkan lima kanal, yakni raut wajah, bahasa tubuh, suara, gaya verbal, dan konten.

        Menurutnya, dari ekspresi wajah yang bersifat universal, ia menganalisa raut presiden yang sepanjang pembicaraan memperlihatkan banyak kesedihan.

        Sambungnya, hal tersebut terlihat dari gerakan alis dan bibirnya. "Kemudian juga ada fear, rasa takut, kemudian yang paling dominan mengenai emosi marah," kata dia.

        Tambahnya, emosi marah, juga sangat terlihat di awal meski Presiden mencoba tetap tenang. Menurutnya, hal tersebut terlihat dari bibir yang terlipat dan alis matanya.

        Ekspresi itu jelas terlihat saat presiden mengatakan "ini sudah tiga bulan ke belakang dan bagaimana tiga bulan ke depan," "tidak ada progres secara signifikan" juga "ini saya pertaruhkan reputasi politik saya."

        "Di awal-awal ini Pak Jokowi juga banyak mengatakan bahwa 'kita memiliki perasaan yang sama,' itu lebih dari empat kali dikatakan seperti itu. Saya menganalisa bahwa ini cara beliau mengatakan 'Hei kenapa para menteri ini tidak berempati'."

        Ia juga melihat ada ekspresi merendahkan yang sejalan dengan frase.

        "kita harus memiliki perasaan yang sama" yang diucapkan berulang-ulang.  

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Vicky Fadil

        Bagikan Artikel: