Kinerja PT Lippo Karawaci (LPKR) di kuartal pertama 2020 positif meski situasi ekonomi dan bisnis tengah dihantam Covid-19. Dalam laporan keuangan kuartal I 2020, total pendapatan LPKR meningkat sebesar 8,5% yoy menjadi Rp3,10 triliun dari Rp2,86 triliun pada kuartal I 2019.
John Riady, CEO LPKR, mengatakan, bisnis real estate development tumbuh kuat sebesar 12,3% menjadi Rp678 miliar yang bersumber dari pendapatan Orange Country yang sedang dalam tahap penyelesaian, serta penjualan lahan komersial, rumah toko, dan lahan industri.
Raihan di atas telah mendorong pendapatan Lippo Cikarang (LPCK) sebesar 44% yoy menjadi Rp574 miliar dari Rp399 miliar pada periode yang sama tahun sebelumnya.
Baca Juga: Emiten Properti Akan Pulih di New Normal, Termasuk LPKR?
John menegaskan, pada kuartal pertama 2020, Lippo Karawaci terus menunjukkan kemajuan pada rencana transformasi bisnis perusahaan. Penjualan pemasaran mencapai Rp703 miliar atau 28% dari target tahun ini sebesar Rp2,5 triliun. Lebih penting lagi, penjualan LPKR didorong oleh peluncuran Waterfront Estates di Cikarang.
"LPKR juga akan meluncurkan proyek perumahan baru di kota Lippo Village kami di Karawaci, menargetkan segmen kelas menengah dengan harga yang menarik. Dalam waktu yang belum pernah terjadi sebelumnya ini, LPKR terus menekankan kehati-hatian dalam mengelola arus kas, dan tetap fokus pada keunggulan operasional di bisnis inti, properti, dan layanan kesehatan," tegas John dalam siaran pers, Selasa (30/6/2020).
Di samping itu, kontribusi terbesar terhadap pendapatan, dari segmen bisnis healthcare, terus bertumbuh dengan peningkatan pendapatan sebesar 9,7% yoy, menjadi Rp1,88 triliun dari Rp1,71 triliun pada kuartal I 2019. Tanda positif lainnya pada kuartal I 2020 adalah peningkatan prapenjualan sebesar 13% yoy, menjadi Rp703 miliar dari Rp623 miliar pada kuartal yang sama tahun lalu.
Kompleks apartemen Orange County telah memasuki masa penyelesaian pembangunan dan mencatatkan pendapatan sebesar Rp279 miliar di kuartal I 2020 atau meningkat sebesar 62% yoy dari Rp172 miliar pada periode yang sama tahun lalu.
Selain itu, penjualan lahan industri sebesar Rp59 miliar serta penjualan lahan komersial dan rumah toko sebesar Rp57 miliar di kuartal I 2020, dibandingkan ketidakadaan penjualan pada kuartal I 2019, turut mendorong pertumbuhan pendapatan LPCK.
Adapun Siloam Hospitals mencatat pertumbuhan pendapatan yang sehat di kuartal I 2020 sebesar 9,7% yoy menjadi Rp1,88 triliun dari Rp1,71 triliun di tahun sebelumnya, berkontribusi terhadap 77,5% dari total pendapatan recurring di kuartal I 2020 dibandingkan dengan kontribusi sebesar 75,9% di kuartal I 2019.
Pada kuartal I 2020, Siloam mengoperasikan 37 rumah sakit di seluruh Indonesia. Secara keseluruhan, pendapatan LPKR dari segmen bisnis Real Estate Management & Services meningkat 7,3% yoy menjadi Rp2,4 triliun, yang merupakan 77,0% dari total pendapatan di kuartal I 2020 dibandingkan dengan 77,9% di kuartal I 2019. Secara keseluruhan, LPKR membukukan laba bruto sebesar Rp1,33 triliun di kuartal I 2020 dibandingkan dengan Rp1,24 triliun di kuartal I 2019, ketiga pilar bisnis semuanya melaporkan peningkatan laba bruto.
Real Estate Development melaporkan peningkatan laba bruto sebesar 10,4% yoy menjadi Rp337 miliar di kuartal I 2020 dari Rp305 miliar di kuartal I 2019. Sementara itu, bisnis Real Estate Management & Services mencatat pertumbuhan laba bruto yang sehat sebesar 5,6% yoy menjadi Rp958 miliar di kuartal I 2020 dari Rp907 miliar di tahun sebelumnya.
Adapun EBITDA LPKR di kuartal I 2020 meningkat sebesar 50,4% menjadi Rp705 miliar dari Rp469 miliar di kuartal I 2019. Sementara itu, LPKR harus menyesuaikan dengan adanya adopsi PSAK 73 baru-baru ini. PSAK 73 menyebabkan perubahan dari beban sewa ke biaya bunga, sehingga EBITDA tampak menjadi lebih tinggi.
Dampaknya sebesar Rp128 miliar yang menyiratkan normalisasi EBITDA sebesar Rp577 miliar atau naik sebesar 23% yoy. Real Estate Development memimpin pertumbuhan EBITDA, meningkat sebesar 108% yoy menjadi Rp148 miliar di kuartal I 2020 dari Rp71 miliar di kuartal I 2019.
Di samping itu, Siloam membukukan pertumbuhan EBITDA yang kuat sebesar 31,3% yoy menjadi Rp304 miliar (marjin 21,5%) di kuartal I 2020 dari Rp231 miliar (marjin 17,9%) di kuartal I 2019. Secara keseluruhan marjin EBITDA telah membaik menjadi 23% di kuartal I 2020 dari 16% di kuartal I 2019.
Pada kuartal I 2020, LPKR memperkuat posisi kasnya dan memperbaiki jatuh tempo utangnya dengan pembiayaan kembali obligasinya dari 2022 menjadi 2025. Saldo kas dan setara kas pada kuartal I 2020 sebesar Rp5,36 triliun dibandingkan dengan Rp4,69 triliun pada akhir 2019.
Perseroan meningkatkan saldo kas sebesar Rp860 miliar dengan melepas posisi lindung nilai yang ada dan menggantinya dengan lindung nilai collar pada Rp15.000 hingga Rp17.500 serta menambah kas sebesar Rp356 miliar dari pelepasan saham first REIT di kuartal I 2020.
Perseroan melaporkan total utang yang lebih tinggi dalam rupiah, mencapai Rp14,54 triliun dibanding dengan Rp12,25 triliun pada akhir 2019, terutama disebabkan oleh pelemahan rupiah. Pada kuartal I 2020, rupiah terdepresiasi terhadap dolar sebesar 17,7% menjadi Rp16.367 dibandingkan Rp13.901 pada akhir 2019.
Sebagai hasilnya rasio utang bersih terhadap ekuitas menjadi 0,29 kali pada kuartal I 2020 dibandingkan dengan 0,22 kali pada kuartal IV 2019. Perseroan menjajaki peluang untuk mendiversifikasi sebagian utang dalam bentuk dolar, dengan lebih banyak utang dalam mata uang rupiah karena saat ini utang berdenominasi dolar sebesar 91% dari total utang.
LPKR juga telah melepaskan kepemilikan pada bisnis non-core di first REIT serta meningkatkan kepemilikannya di PT Siloam Hospitals Tbk dan PT Lippo Cikarang Tbk. Sejak kuartal II 2019, Lippo Karawaci telah melepaskan sahamnya di first REIT dari 10,5% menjadi 0%, di mana telah mengumpulkanlebih dari Rp868 miliar dalam tiga kuartal terakhir serta lebih dari Rp356 miliar kas pada kuartal I 2020.
Lippo Karawaci meningkatkan kepemilikannya di Siloam Hospitals sebesar 4,3% menjadi 55,4%. Dalam transaksi terpisah, LPKR juga meningkatkan kepemilikannya di PT Lippo Cikarang Tbk sebesar 3,0% menjadi 84%. Kedua transaksi tersebut adalah bagian dari strategi manajemen untuk melepaskan aset-aset yang non-strategis dan fokus pada bisnis properti dan healthcare.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Agus Aryanto
Editor: Rosmayanti
Tag Terkait: