Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        TMS: Tampil Sebagai Solusi

        TMS: Tampil Sebagai Solusi Kredit Foto: Sufri Yuliardi
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Pandemi Covid-19 telah menyebar ke hampir seluruh wilayah di dunia. Masyarakat terpaksa harus membatasi interaksi fisiknya dengan orang lain sebagai upaya untuk meminimalisasi potensi persebaran virus tersebut. Dalam skup yang lebih luas, pemerintah di berbagai negara juga terpaksa harus membatasi interaksinya dengan negara lain dengan menghentikan aktivitas ekspor-impor dan juga bisnis pariwisata.

        Kondisi ini terbukti "sukses" memukul berbagai sektor industri dan perekonomian secara keseluruhan. Tak terkecuali di Indonesia. Di satu sisi, sektor Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) terpuruk karena masyarakat seketika memilih tinggal di rumah dan mengurangi interaksi sekaligus konsumsi hariannya. Di sisi lain, pengusaha kelas menengah dan besar juga kalang-kabut karena pasar tiba-tiba stuck. Aktivitas jual-beli seketika berhenti. Roda ekonomi seolah dengan serta-merta dipaksa melambat atau bahkan berhenti sementara waktu.

        Baca Juga: Perbaikan UMKM Lewat RUU Cipta Kerja Harus Ada Upaya Konkret

        Namun, di tengah maraknya kabar tak mengenakkan tersebut, sejumlah sektor industri lain sebenarnya justru sedang menangguk untung seiring tekanan pandemi Covid-19. Sektor perbankan, misalnya, kini sedang menikmati lonjakan transaksi digital banking yang cukup signifikan. Atau pemilik aplikasi Zoom, Eric Yuan, yang seolah ketiban durian runtuh karena kini layanan aplikasinya menjadi primadona untuk digunakan oleh kalangan pekerja kantoran untuk meeting secara virtual.

        Terkait kondisi di atas, Warta Ekonomi berkesempatan berbincang dengan Chief Operating Officer PT Trans Media Sosial (TMS), Aryo Hendarto. TMS adalah satu bentuk terobosan baru CT Corp untuk secara lebih serius menggarap potensi bisnis dari dunia media sosial. Lalu, bagaimana bisnis media sosial ini dapat merayu pasar di tengah kondisi perekonomian yang sedang tidak kondusif seperti saat ini? Berikut rangkuman dari hasil wawancara kami.

        Apa target dan visi-misi utama yang diberikan oleh grup dengan berdirinya TMS ini?

        Awal mula pemikiran kami dari CT Corp adalah bahwa dunia dan pola interaksi di masyarakat dewasa ini berubah sangat cepat. Kita bisa lihat keterikatan masyarakat dengan adanya media sosial kini sudah makin tinggi. Orang ingin hiburan hingga informasi-informasi yang dia butuhkan, referensinya kini lebih ke media sosial.

        Karena itu, tidak heran ketika sekarang bermunculan para youtuber atau selebgram yang mungkin di dunia entertainment lima hingga sepuluh tahun lalu tidak pernah kita kenal profesi itu. Ini menunjukkan pada kita bahwa media sosial kini telah memiliki pengaruh yang cukup signifikan di masyarakat.

        Dari pemikiran itu, tantangan selanjutnya bagi kami adalah bagaimana memanfaatkan kekuatan media sosial ini agar bisa memberi pengaruh juga ketika diterapkan dalam dunia bisnis. Bagaimana agar kemudian strategi-strategi di media sosial ini bisa membawa impact langsung berupa peningkatan penjualan, pertumbuhan pendapatan, hingga secara lebih jauh pada loyalitas konsumen terhadap produk-produk dan brand yang kita garap?

        Dengan begitu, kehadiran TMS ini memberi opsi lebih bagi perusahaan-perusahaan yang selama ini berkutat dalam pendekatan marketing konvensional untuk juga mulai masuk ke ranah media sosial ini. Karena, efeknya di pasar terbukti jauh lebih efektif dan efisien.

        Bagaimana bila dikaitkan dengan kondisi perekonomian yang saat ini sedang tertekan oleh pandemi Covid-19 ini? Bukankah sebuah hal sulit memperkenalkan pendekatan baru dalam strategi marketing, sedangkan kondisi perusahaan sedang tidak dalam kondisi baik?

        Justru kami melihatnya secara berkebalikan. Ketika banyak sektor industri saat ini mengeluh dengan tekanan yang ada, bisa jadi kami mampu menawarkan jalan keluarnya. Saat ini, kita tahu banyak perusahaan yang strategi bisnisnya masih bisa dibilang konvensional, lalu mengeluh karena gerainya di mal harus tutup atau penjualannya secara offline jadi sepi. Tidak ada pembeli yang datang karena terimbas oleh pembatasan sosial yang diterapkan oleh pemerintah.

        Jika mereka-mereka ini ingin survive, mau tidak mau mereka harus berubah. Mereka secara keadaan dipaksa untuk segera beradaptasi dengan kondisi pandemi ini. Caranya gimana? Ayo, segera mulai beraktivitas bisnis di dunia digital!

        Baca Juga: Digital Marketing, Cara Ampuh Hadapi Kebuntuan di Era Pandemi

        Calon konsumen diam di rumah, maka hampiri mereka lewat media-media sosial yang mereka punya karena mereka pasti tetap terhubung dengan gadget-nya. Pasar pelaku bisnis konvensional ini merupakan potensi yang sangat besar bagi kami yang terhampar di depan mata. Mereka harus mulai dipahamkan bahwa lewat media sosial mereka bisa mencapai audiens-audiens yang sebelumnya tidak bisa dicapai lewat konvensional based.

        Bisa dianggap, media sosial ini menjadi semacam perpanjangan tangan kita untuk going digital, untuk bisa meng-create something dengan pasar yang jauh lebih luas lagi. Jadi, dengan kondisi seperti saat ini, kami justru hadir sebagai solusi.

        Dengan perannya sebagai solusi, apakah hadirnya TMS ini memang hanya disiapkan oleh CT Corp untuk menopang bisnis perusahaan-perusahaan di dalam grupnya saja? Atau secara komersial bisa juga menggarap pasar lain di luar grup?

        Bila bicara peluang bisnis, tentu makin luas dan besar pasar yang bisa kita garap tentu akan lebih baik. Namun, perhitungannya bisa digambarkan seperti ini. Di internal grup kami saja, itu sudah ada 34 perusahaan yang captive untuk digarap. Artinya, sudah lebih dari cukup bagi kami dalam hitung-hitungan bisnis.

        Karena itu, untuk tahun pertama dan kedua oleh grup kami lebih diarahkan untuk support ke arah sana dulu. Ketika kemudian support kami ini benar-benar sudah dirasakan dampaknya secara positif oleh klien di dalam grup, Pak CT (Chairul Tanjung-red) juga membuka peluang bagi kami untuk ekspansi lebih luas lagi ke klien-klien di luar CT Corp.

        Dalam dua tahun ini, dari total 34 perusahaan di dalam CT Corp, kami sudah bisa bantu 22 perusahaan. Kami sudah bisa tunjukkan bahwa kekuatan media sosial ini benar-benar dapat memberikan impact langsung ke capaian bisnis mereka. Ini yang kami terapkan ke klien-klien internal kami, seperti Bank Mega, Transmart, Trans Hotel, dan lain-lain.

        Alhamdulillah, sejauh ini mereka happy dengan apa yang telah kami kerjakan. Pak CT juga happy dengan capaian kami sejauh ini sehingga di tahun ini kami sudah putuskan untuk mulai keluar menggarap potensi klien di luar grup kami.

        Anda yakin TMS akan mampu berbuat banyak meski dengan klien-klien di luar grup?

        Tentu saja kami yakin. Sangat yakin. Selama ini pun kami bergerak secara bisnis bukan karena sesama grup, melainkan kami memang memiliki kekuatan bisnis yang kami tawarkan sebagai benefit dan opportunity bagi klien, terlepas status kami sebagai bagian dari CT Corp. Dengan kekuatan itu, kami yakin memiliki bargaining position yang kuat di pasar sehingga dapat secara objektif dilirik oleh klien untuk dapat membantu memaksimalkan kinerja mereka dalam platform media sosial.

        Jika harus mempresentasikan dalam sebuah penjelasan ringkas, apa sih yang menjadi garis besar atau poin-poin utama dalam menjalankan strategi bisnis lewat platform media sosial ini?

        Setidaknya, ada beberapa hal yang selalu kami tekankan pada klien di dalam mengembangkan bisnisnya di media sosial ini. Pertama adalah keharusan bagi kita untuk selalu responsible terhadap pasar. Dengan kita bisa tampil responsive, itu akan memberikan image bagus di market bahwa kita selaku produsen tidak semata berorientasi pada profit, tetapi juga care terhadap pelanggan dan masyarakat sekitar dalam skup yang lebih luas.

        Hal itu ditunjukkan dengan apa? Maka, poin selanjutnya adalah soal giving. Kita bisa lihat saat ini banyak pihak yang mem-publish aktivitas donasi mereka. Atau juga pihak-pihak yang mencoba memanfaatkan media sosial untuk mengumpulkan crowdfunding atau mengumpulkan bantuan untuk suatu masalah. Image ini penting untuk dibangun lewat media sosial.

        Selanjutnya adalah rasa empati. Hal ini bisa ditunjukkan bahwa brand atau perusahaan ini memiliki empati terhadap konsumen dan bahkan para karyawannya. Kita bisa lihat lewat media sosial banyak orang bersumbangsih ke orang-orang yang kehilangan pekerjaannya. Ini memberikan dampak secara sosial yang sangat besar.

        Kami beberapa waktu lalu juga ada program buy one get one. Atau misal ada juga program membeli lewat ojek online, mereka lalu bisa membantu sang driver berupa tambahan paket sembako dan sebagainya. Melalui berbagai aktivitas yang sepintas seolah tidak berhubungan dengan persoalan bisnis ini, tanpa disadari sebuah brand atau perusahaan justru tengah membangun image positif di masyarakat. Itu dampaknya terhadap bisnis juga jauh lebih maksimal dibanding sekadar placing iklan, sponsorship, dan semacamnya di platform konvensional.

        Menurut Anda, saat ini sejauh mana awareness kalangan dunia usaha nasional dengan fenomena create the corporate image melalui media sosial tadi?

        Ketika ditanya apakah semua perusahaan sudah menyadari dan mulai menggarap strategi media sosial itu, jawabannya tentu belum semuanya memahami dan mulai doing something. Namun, secara tren, kita bisa melihat bahwa tingkat kesadaran itu sudah mulai meningkat secara gradual dan makin banyak pengusaha yang sadar bahwa pendekatan dunia media sosial ini tidak lagi bisa dipandang sebelah mata.

        Kita tahu saat ini di dunia kerja hampir semua generasi masih ada dan exist, mulai dari generasi baby boomers, generasi X, generasi Y, hingga generasi milenial. Secara jumlah juga relatif cukup merata. Namun, yang perlu diperhatikan adalah bahwa secara perlahan generasi milenial ini juga terus tumbuh dan mulai pegang peranan di berbagai bidang di perusahaan.

        Baca Juga: Hebat Banget! Milenial Ini Sukses Jual Sepatu Lokal ke Luar Negeri

        Ini jelas memberikan pengaruh dan sentuhan baru dalam dunia bisnis, terkait dengan pengelolaan kinerjanya di internal perusahaan. Dengan begitu, mau tidak mau, generasi-generasi di atasnya juga akan menyesuaikan diri.

        Ke depan, tidak lama lagi, generasi milenial ini juga akan semakin exist di dunia kerja sehingga tren pemanfaatan media sosial ini juga kami yakin akan makin bagus. Bagaimana kemudian perusahaan tidak lagi melulu berfokus pada pendapatan, penjualan, atau marjin yang mereka peroleh, tetapi juga mulai aware dengan hal-hal lain berkaitan dengan image mereka, terutama di dunia digital melalui platform media sosial.

        Bagaimana kemudian mereka mencari cara untuk sebisa mungkin membangun engagement yang kuat antara sebuah brand dengan konsumennya karena harus diakui hal ini juga akan berimbas positif terhadap capaian keuangan dan justru impact-nya lebih kuat dan jauh ke masa yang akan datang.

        Terakhir, apa yang bisa TMS sampaikan terhadap dunia usaha secara keseluruhan, terutama dalam menghadapi kondisi yang tidak bagus saat ini?

        Yang sering juga kami sampaikan pada para klien kami selama ini bahwa disukai atau tidak, kondisi yang ada saat ini merupakan sebuah kondisi disruption baru yang harus dihadapi. Tidak ada pilihan lain. Kita tidak bisa lagi menunggu agar situasi kelak kembali normal. Yang ada adalah akan segera munculnya kondisi new normal.

        Jika sebelumnya kita mengenal adanya gelombang disrupsi dari datangnya era teknologi 4.0 dan berbagai pembahasan soal itu, saat ini kami melihatnya juga merupakan sebuah gelombang disrupsi baru yang juga mewajibkan kita untuk segera menyesuaikan diri. Jangan lagi berharap situasi akan kembali seperti sebelumnya. Akan ada kondisi new normal yang kita semua harus beradaptasi terhadapnya.

        Caranya bagaimana? Ya dengan memanfaatkan seluruh platform yang saat ini tersedia. Interaksi penjual dan pembeli bisa dianggap tidak akan sama lagi seperti dulu. Proses jual-beli bisa jadi juga akan berubah. Semua akan makin going digital.

        Jika selama ini masih ada sebagian masyarakat yang siap dan ada juga yang tidak siap untuk go digital, hari ini kondisi memaksa kita semua untuk siap menjalani itu semua. Tinggal kemudian apakah dunia korporasi ini siap? Itu tantangannya. Jika siap, kita bisa lanjut. Namun, jika tidak siap, bisa saja kita tidak lagi bisa bertahan. Itu saja.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Taufan Sukma
        Editor: Puri Mei Setyaningrum

        Bagikan Artikel: