Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Tarik Investasi Relokasi China? Indonesia Perlu...

        Tarik Investasi Relokasi China? Indonesia Perlu... Kredit Foto: Antara/Sigid Kurniawan
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Instruksi Presiden Joko Widodo agar kementerian dan lembaga meningkatkan pelayanan investasi untuk menjaring investasi dari perusahaan-perusahaan yang akan merelokasi pabriknya dari China disambut positif oleh pelaku usaha. Jokowi berharap, masuknya investasi tersebut dapat mendorong perekonomian di saat pandemi Covid-19.

        Ada dua hal yang ditekankan Jokowi untuk menarik investasi dari perusahaan yang ingin melakukan relokasi, yakni mengenai ketersediaan lahan dan kemudahan perizinan. Peneliti ekonomi Indef (Institute for Development of Economics and Finance) Enny Sri Hartati mengatakan, selain ketersediaan lahan dan kemudahan perizinan, juga perlu ada insentif lain yang ditawarkan.

        Baca Juga: Pemerintah Terus Tarik Investasi China ke Indonesia

        Misalnya saja, Vietnam memberikan kemudahan regulasi investasi, biaya ekspor yang lebih efisien, sampai infrastruktur yang dipersiapkan untuk mendukung industri. "Kalau kebijakan mereka itu bagus, kenapa kita tidak copy paste saja," ujar Enny, di Jakarta, kemarin.

        Hanya saja, Enny menekankan, insentif tersebut harus bisa diterapkan oleh pelaku usaha. Jangan sampai kebijakan tersebut bagus di atas kertas, tetapi ketika akan dieksekusi sulit untuk diapikasikan. "Sebenarnya, kita sudah menyediakan insentif. Namun, sering kali sulit untuk diapilkasikan," katanya.

        Sebagai contoh, Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan, Febrio Kacaribu, mengungkapkan bahwa di masa pandemi ini, pemanfaatan insentif oleh pelaku usaha baru mencapai 6,8% dan dianggap masih jauh dari optimal. Hal ini terjadi karena masih menghadapi berbagai tantangan di tingkat operasional.

        Ia mengaku, pemerintah terus mengkaji ulang bentuk pemberian insentif agar lebih tepat sasaran dan dapat dirasakan langsung manfaatnya oleh pelaku usaha. Oleh karena itu, kebijakan kemudahan berinvestasi sebaiknya dibuat fleksibel atau tailor-made. Sebab, kebutuhan dari masing-masing perusahaan atau industri tentu berbeda-beda.

        Seperti diketahui, ada sekitar 119 perusahaan dari berbagai industri yang akan hengkang dari China dan berelokasi ke negara lain. Pemerintah sebaiknya melakukan pendekatan customer centric dan mengkaji kebutuhan industri-industri yang berpotensi berinvestasi di Indonesia. Sebab, struktur biaya dan jenis pajak yang ditanggung oleh tiap-tiap industri berbeda hingga tidak bisa dipukul rata.

        Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) juga telah membentuk Tim Satuan Tugas (Satgas) khusus untuk memfasilitasi investor yang akan merelokasi investasi dari China. Kepala BKPM, Bahlil Lahadalia, mengatakan bahwa satgas tersebut ditujukan untuk "menjemput bola" perusahaan-perusahaan yang akan melakukan relokasi investasi agar tertarik masuk ke Indonesia. "Saya buat Satgas di bawah pimpinan saya langsung," kata Bahlil.

        Tim Satgas tersebut memiliki tiga tugas khusus. Pertama, mendeteksi perusahaan-perusahaan yang akan melakukan relokasi. Kedua, mengecek kemudahan-kemudahan yang diberikan negara-negara lain. Ketiga, memberi kewenangan kepada mereka untuk membuat keputusan dalam bernegosiasi. "Itu penting diberikan agar cepat jalannya," tegas Bahlil.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Fajar Sulaiman
        Editor: Puri Mei Setyaningrum

        Bagikan Artikel: