Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Aplikasi Inaexport Pertemukan Eksportir dengan Pembeli dari LN

        Aplikasi Inaexport Pertemukan Eksportir dengan Pembeli dari LN Kredit Foto: Antara/M Risyal Hidayat
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Kementerian Perdagangan (Kemendag) makin memudahkan para eksportir untuk mendapatkan informasi peluang pasar baru di luar negeri melalui aplikasi Inaexport.id. Aplikasi tersebut sudah disosialisasikan kepada perwakilan perdagangan di luar negeri terdiri dari Atase Perdagagangan (Atdag), Indonesian Trade Promotion Center (ITPC), Kantor Dagang dan Ekonomi Indonesia (KDEI), serta Konsulat Dagang Indonesia.

        Menteri Perdagangan Agus Suparmanto mengatakan, aplikasi Inaexport.id. dikembangkan dengan tujuan mempertemukan eksportir produk lndonesia dengan pembeli di luar negeri. Melalui aplikasi ini, diharapkan dapat meningkatkan hubungan antara eksportir Indonesia dengan buyer di luar negeri.

        Baca Juga: Era Normal Baru, Kemendag Pacu Pertumbuhan Kinerja Perdagangan Berjangka Komoditas

        Aplikasi inaexport merupakan pengembangan dan penyempurnaan dari aplikasi CSC Membership Ditjen PEN (http://djpen.kemenendag.go.id/membership.go.id) yang sudah dihentikan pengoperasiannya. Aplikasi tersebut juga dapat diakses telepon seluler lewat pengunduhan melalui Android play store dan Apple App Store.

        Inaexport menampilkan informasi yang dapat diakses untuk umum. Pada aplikasi itu pun terdapat informasi yang hanya bisa diakses oleh pengunjung yang sudah terdaftar sebagai anggota. Ada beberapa jenis keanggotaan dalam aplikasi Inaexport. Pertama sebagai eksportir, selain mendapat informasi secara umum, eksportir juga dapat melihat informasi lain yang lebih lengkap seperti laporan hasil intelijen pasar, informasi kegiatan pameran, misi dagang, serta pelatihan ekspor.

        Eksportir yang terdaftar juga dapat mempromosikan perusahaannya, menampilkan profil produk yang diproduksi. Lalu, mendapat peluang untuk memperoleh permintaan (inquiry) dari buyer dan  perwakilan perdagangan di luar negeri, serta mendapat fasilitas berkomunikasi langsung atau chatting.

        Kedua, sebagai buyer, dapat memperoleh informasi tentang profil perusahaan pemasok dan produknya; menyampaikan permintaan (inquiry) kepada satu atau beberapa pemasok; melakukan order produk; melakukan tawar-menawar melalui komunikasi langsung dengan pemilik produk; serta informasi terkait lainnya. Ketiga, perwakilan perdagangan di luar negeri, perwakilan perdagangan bertugas memverifikasi profil buyer yang berasal dari negara akreditasi, menyampaikan permintaan.

        Aplikasi ini juga dapat digunakan sebagai sarana berpromosi Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) secara digital. Melalui aplikasi  Inaexport  Kemendag ingin terus mendorong peningkatan ekspor produk nonmigas.

        Mendag menyampaikan, ekspor produk makanan dan minuman (mamin) masih terbuka lebar. Bahkan, saat ini ekspor mamin ke Jepang meningkat 200 persen. Karena itu, Mendag terus mendorong para pelaku usaha di dalam negeri untuk memanfaatkan peluang. Geliat pasar di luar negeri harus terus digarap dengan serius, termasuk oleh pengusaha UMKM.

        Menteri Agus terus menyemangati agar UMKM makin optimis dan menjadikan krisis akibat Covid-19 sebagai peluang dan yang baik untuk melakukan akselerasi sehingga dapat memanfaatkan peluang ekspor ke pasar Jepang, juga negara-negara lain, secara optimal. Untuk dapat menembus pasar Jepang, sejumlah hal yang perlu diperhatikan para pelaku usaha Indonesia.

        "Misal, pelaku usaha di Indonesia diharapkan dapat mengidentifikasi selera pasar di Jepang, mempersiapkan standardisasi dan sertifikasi berkaitan produk pangan olahan seperti izin BPOM dan HACCP untuk terjamin keamanan produknya, menjaga kualitas produk, sanitasi dan higienitas, perlunya uji kandungan nutrisi untuk persyaratan label, kesiapan kapasitas produksi, dan kecepatan merespons permintaan calon buyer," jelas Agus.

        Selain itu, perlu memenuhi regulasi dan persyaratan standar yang berlaku di pasar Jepang untuk produk pangan olahan sehingga produk ekspor Indonesia dapat bersaing di pasar Jepang, terutama dengan Thailand, Vietnam, Malaysia, dan Tiongkok. Apalagi, para importir Jepang, saat ini juga tak ingin bergantung lagi pada satu negara sebagai pemasok produk impor dan mulai memikirkan alternatif negara lain untuk membuat rantai pasok yang lebih terjamin keberlangsungannya, sustainable. Hal itu makin membuka peluang ekspor mamin yang lebih luas.

        Menteri Agus menegaskan, berbagai strategi disiapkan Kemendag untuk mengantisipasi penurunan kinerja ekspor yang lebih dalam pada semester ke-2 tahun 2020. Antara lain, memaksimalkan keberadaan perwakilan perdagangan di luar negeri untuk tetap mengawal berjalannya ekspor ke negara akreditasi dengan cara memonitor dan melaporkan perkembangan kondisi negara tujuan ekspor sehingga diperoleh info mengenai peluang dan hambatan ekspor secara cepat dan real time.

        Baca Juga: Kemendag Setujui Ekspor Bahan Baku Masker, Masker, dan APD

        Kemudian, melakukan promosi, business matching maupun one on one meeting antara eksportir dengan buyer di luar negeri secara virtual. Salah satu contohnya adalah pada tanggal 20 Mei 2020 lalu, ITPC Sydney telah memfasilitasi perjanjian kerja sama perdagangan antara Indonesia dan Australia dengan total transaksi sebesar sekitar US$1,4 juta.

        Seluruh kantor Atase Perdagangan dan ITPC akan digerakkan untuk terus mendorong promosi ekspor Indonesia secara virtual di masa pandemi Covid-19 ini. Kemudian, mendorong pelaku usaha ekspor segera memanfaatkan akses pasar ke negara mitra FTA, seperti Indonesia-Australia CEPA (IA-CEPA) yang akan berlaku mulai 5 Juli 2020.

        Dalam jangka pendek, Kemendag terus mendorong pelaku usaha untuk pengembangan ekspor yang difokuskan  pada sektor yang tumbuh positif di dalam negeri selama Covid-19 seperti makanan dan minuman olahan, alat-alat kesehatan, produk pertanian, produk perikanan, produk agroindustri, dan lain-lain. Selain itu, ekspor difokuskan pada negara yang kondisi penanganan pandeminya sudah pulih atau mulai pulih seperti China, Australia, Selandia Baru, Jepang, Korea Selatan, dan beberapa negara tujuan ekspor lainnya.

        "Tidak dimungkiri, terdapat perubahan tren pasar. Menyikapi hal itu dilakukan strategi peningkatan ekspor dibagi ke dalam tiga fokus produk, yaitu produk yang tumbuh positif selama pandemi Covid-19, produk yang kembali pulih pasca pandemi Covid-19, dan produk baru yang muncul akibat pandemi Covid-19," ungkap Agus.

        Mendag menyebut, selama penanganan Covid 19 hingga masuk tahap era normal baru, peningkatan ekspor fokus pada sektor yang tumbuh positif selama pandemi, seperti makanan dan minuman olahan, alat-alat kesehatan, produk pertanian, produk perikanan, serta produk agroindustri. Strategi berikutnya fokus ke produk yang kembali pulih pasca pandemi Covid-19, seperti otomotif, TPT, alas kaki, elektronik, besi baja, dan lain-lain.

        "Berikutnya yang akan dijalankan akan fokus pada produk baru yang muncul akibat Covid-19, seperti produk farmasi dan produk-produk ekspor baru yang merupakan hasil relokasi industri dari beberapa negara ke Indonesia," tutup Agus.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Agus Aryanto
        Editor: Puri Mei Setyaningrum

        Bagikan Artikel: