Total nilai ekspor Indonesia pada Juni 2020 jauh meningkat dibanding Mei 2020. Berdasarkan sektornya, hanya ekspor pertanian saja yang konsisten menunjukan kenaikan positif bulanan, maupun secara tahunan atau year on year (yoy).
Hal ini menunjukkan bahwa walaupun di tengah pandemi Covid-19 yang masih melanda dunia, kinerja sektor pertanian Indonesia terus konsisten dan positif.
Kondisi dari capaian ini, menurut Kepala Biro Humas dan Informasi Publik Kementerian Pertanian, Kuntoro Boga Andri, harus dijaga dan ditingkatkan dengan melakukan pemetaan daya saing (keunggulan komparatif) produk pertanian Indonesia, serta identifikasi produk dan negara pesaing bagi komoditas pertanian.
Baca Juga: Cetak Petani Milenial, Babel & BPPSDMP Mau Dirikan Polbangtan
"Hasil FGD Indonesia-Malaysia-Thailand Growth Triangle (IMT-GT) dan Brunei-Indonesia-Malaysia-Phillipines East Asean Growth (BIMP-EAGA) yang dilakukan rekan-rekan kami di Biro Kerjasama Luar Negeri, Senin (13/7/2020), menunjukkan komoditas subsektor perkebunan, seperti minyak atsiri, pinang, kapas, cempedak, kakao, sangat potensial di pasar Filipina. Kemudian kelapa kita di Thailand mampu bersaing dengan kelapa Vietnam," kata Kuntoro.
Kuntoro lebih lanjut menjelaskan perdagangan pertanian Indonesia dengan mitra dalam kerangka kerja sama IMT-GT dan BIMP-EAGA masih mengalami surplus.
Berdasarkan catatan Kepala Badan Pusat Statistik (BPS), ekspor Indonesia pada Juni 2020 mencapai US$12,03 milar. Capaian ini meningkat 15,09 persen dibandingkan Mei 2020 yang mencapai US$10,53 miliar. Hal tersebut menurut BPS Suhariyato merupakan sinyal bagus.
"Komoditas pertanian yang memiliki peran besar dalam peningkatan ekspor ini antara lain kopi, tanaman obat aromatik dan rempah, biji kakao, dan sarang burung walet," katanya.
Suhariyanto berharap, ke depan ekspor Indonesia bisa terus meningkat dan capaian baik ini tidak hanya terjadi di Juni, tetapi di bulan-bulan selanjutnya. Ia juga meminta sektor lain untuk mencontoh sektor pertaian yang terus tumbuh.
Untuk menjawab harapan itu, selain pemetaan daya saing dan identifikasi produk pesaing yang dilakukan oleh Kementan, menurut Guru Besar Ilmu Ekonomi IPB Prof Muhammad Firdaus, strategi utama yang harus dilakukan adalah peningkatan infrastruktur.
"Infrastruktur merupakan hal mendasar untuk mengurangi biaya logistik yang nantinya dapat mendorong daya saing produk Indonesia. Untuk meningkatkan daya saing bisa melalui pengendalian mutu dan kuantitas produksi, diversifikasi produk terutama transformasi produk bernilai tambah, peningkatan kapasitas pelaku usaha khususnya UMKM, implementasi revolusi industri 4.0, serta pemanfaatan e-commerce juga diperlukan," ungkap Firdaus.
Dalam hal peningkatan keunggulan kompetitif komoditas pertanian Indonesia, Firdaus mendorong peran Kementerian Perdagangan agar lebih akseleratif dengan meningkatkan peran diplomasi dalam perjanjian perdagangan di negara-negara tujuan ekspor.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Rosmayanti
Tag Terkait: