Ketua DPD Gerindra DKI Jakarta Mohamad Taufik menyatakan bahwa proyek reklamasi kawasan Taman Impian Jaya Ancol tidak memerlukan bahan lain selain yang didapat dari proyek Jakarta Emergency Dredging Initiative (JEDI).
Ia menilai bahan dari tempat lain merupakan perbedaan antara reklamasi Ancol dengan pulau buatan saat era mantan Gubernur Basuki Tjahaja Purnama (Ahok).
"Kan makanya tadi saya bilang ada perbedaan antara reklamasi. Kalau reklamasi ngapain bertahun-tahun diuruk? Setahun juga kelar." ujar Taufik di kawasan Ancol, Jakarta Utara, Minggu (19/7/2020).
Baca Juga: Anies Berhenti Bersilat Lidah, Kamu Gak Ada Bedanya dengan Ahok
Baca Juga: Ada Desas-desus Buni Yani Menyesal Penjarakan Ahok, Beneran?
Lanjutnya, ia menyebut ada kemungkinan penggunaan teknologi baru untuk mengurangi kekurangan material membuat lahan imitasi.
Teknologi baru yang dimaksud adalah dengan cara menyedot air laut. Sambung Wakil Ketua DPRD ini, nantinya kawasan yang akan menjadi lokasi reklamasi akan dibatasi dengan tanggul untuk memisahkan air.
Selanjutnya air yang tertampung di dalam tanggul akan disedot habis sampai membuat daratan baru.
Dengan demikian, tidak diperlukan material tambahan untuk memperluas Ancol selain lumpur dan tanah dari kerukan sungai, waduk, dan proyek pembuatan MRT.
"Sekarang itu kalau soal reklamasi teknologinya banyak. Ada yang tak pakai diuruk. Disedot airnya. Bendung dulu, airnya disedot," ujarnya.
Namun, ia mengaku belum bisa memastikan penggunaan teknologi itu. "Kan kita belum tahu dari mana. Sementara ini bahwa buatnya itu dari pengerukan itu," katanya.
Sebelumnya, Ahok menganggap rencana Gubernur Anies Baswedan melakukan reklamasi Ancol dari tanah dan lumpur hasil kerukan sungai dan waduk tak memungkinkan.
Sebab, material untuk membuat daratan tak bisa diambil hanya dari bahan hasil kerukan saja.
Diketahui Anies melakukan reklamasi Ancil dengan dalih ada tanah dan lumpur buangan hasil program Jakarta Emergency Dredging Initiative (JEDI) atau proyek darurat penanggulangan banjir Jakarta. 13 sungai dan 5 waduk dikeruk dalam program itu.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Vicky Fadil