Isu Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan dengan Presiden Joko Widodo tidak harmonis di saat pandemi corona ternyata cuma rumor belaka. Anies memastikan hubungannya dengan Jokowi baik-baik saja. Anies selalu lapor dan melakukan koordinasi dengan Presiden Jokowi.
Selama pandemi melanda, Anies memang paling disorot mengingat DKI Jakarta sebagai ibu kota negara dan menjadi episentrum pertama penyebaran Covid-19 di Indonesia. Jakarta juga selalu menempati posisi teratas jumlah pasien penderita corona.
Baca Juga: Anies Baswedan: Kita Kerja Senyap dan Sunyi
Ada juga isu yang paling disorot adalah adanya anggapan kebijakan Anies yang berkantor di Medan Merdeka Selatan (Balaikota DKI) sering tidak klop dengan kebijakan Jokowi yang berkantor di Medan Merdeka Utara (Istana Merdeka). Terkait isu ini, Anies menyampaikan fakta sebenarnya.
"Merdeka Selatan dan Merdeka Utara baik-baik saja, masih bersumbu di Monas untuk kepentingan nasional," kata Anies di kegiatan RM Insight, beberapa waktu lalu.
Anies juga memastikan dirinya dan Jokowi selalu diskusi soal penanganan corona. "Rabu lalu ketemu Presiden di Istana Bogor," kata Anies.
Anies menduga munculnya isu perpecahan tersebut karena dia dan Jokowi jarang terlihat menggelar rapat-rapat yang bisa dilihat langsung oleh publik. Karena selama ini, dia dan Jokowi seringnya melakukan rapat lewat video conference atau vicon.
"Semuanya serba virtual, enggak keliatan. Jadi, enggak dieskpos media dan kalau virtual kan tidak diumumkan atau live di Youtube. Tapi, sesungguhnya proses koordinasiya jalan, laporan jalan," ungkapnya.
Anies mengakui, dalam menjalankan pemerintahan, perbedaan kebijakan pasti terjadi. Hal itu, dianggapnya lumrah.
"Kami dari awal eksplisit mengatakan dalam fase awal pandemi Maret-April, keselamatan nomor satu. Waktu saya ditanya, apa prioritas Jakarta? Saya bilang ada tiga: keselamatan, keselamatan, dan keselamatan," jelasnya.
Saat itu, Anies mulai meningkatkan ketersediaan rumah sakit, memperbanyak testing, dan membatasi pergerakan sosial.
"Itu sebabnya kita bergerak cepat, mendorong PSBB diizinkan di Jakarta," terang Anies.
Baca Juga: Anies Blak-Blakan Covid-19 Jakarta Hampir 20.000, Itu Gara-Gara..
Sementara, saat disinggung soal bursa Pilpres 2020, Anies enggan menjawabnya termasuk enggan mengomentari elektabilitasnya yang terus menanjak dari beberapa hasil lembaga survei. "Perasaan masih tahun 2020, pilpresnya masih lama. Yang sedang di depan mata ini covid, kita beresin covid dulu," cetusnya.
Soal corona, Anies berbagi resep yang dilakukannya. Dimulai dari strategi menaklukan corona. Kata dia, jumlah testing yang dilakukan DKI sudah melampaui anjuran WHO, bahkan hampir 4 kali lipat. Alhasil, banyak warga yang dijaring terinfeksi corona. Namun angkanya masih aman karena positivity rate-nya masih sekitar 5 persen.
Tak hanya itu, DKI saat ini sudah punya 67 RS dengan kapasitas 4.556 tempat tidur dan 659 ruang ICU yang menangani covid. Laboratorium juga terus bertambah menjadi 48 unit dengan total kemampuan menguji 9.769 spesimen per hari. Bahkan minggu lalu, capaian uji spesimen per pekan tembus 39.268 orang. Padahal anjuran WHO hanya 11 ribu per minggu.
Dengan masifnya testing yang dilakukan, tak heran bila yang positif pun terlihat banyak. Sayangnya, masih ada orang yang belum paham sehingga kritikan datang dan menyebut kinerja Anies tidak beres. Namun, dia tak terlalu ambil pusing dengan penggiringan opini yang ada. Anies juga tidak takut pamornya akan turun dengan naiknya jumlah yang positif karena masifnya testing ini.
"Saya tidak takut atas apa yang dikatakan orang hari ini. Saya lebih takut atas apa yang akan dituliskan sejarawan di masa depan," kata mantan Rektor Universitas Paramadina ini.
Dari awal, Anies berkomitmen menyelamatkan warga DKI Jakarta dan bukan menurunkan grafik Covid-19 yang menjadi rujukan banyak orang. Dia mencontohkan, misalnya DKI testing 4.000 per hari, 200 di antaranya positif.
Artinya, hanya 5 persen. Di daerah lain, testing juga, 1.000 spesimen per hari, yang positif 200 orang. Meski sama-sama 200, positivity rate-nya berbeda. DKI Jakarta sebesar 5 persen, sedangkan daerah lain mencapai 20 persen.
Untuk itu, dia sering mengatakan ke rekan-rekannya di Pemprov DKI, semoga apa yang dijalankannya merupakan jalan yang benar. Mengingat, Covid-19 ini persoalan baru bagi umat manusia. Kehadirannya pun sangat mendadak, dengan penyebaran yang sangat cepat.
"Benar tidaknya, suatu saat baru tahu. Semoga jalan yang kita pilih jalan yang benar," harapnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Cahyo Prayogo