Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Ketika Hollywood Soroti Kebebasan Karya Film di China

        Ketika Hollywood Soroti Kebebasan Karya Film di China Kredit Foto: Reuters/Mike Blake
        Warta Ekonomi, New York -

        Organisasi nirlaba Pen America merilis sebuah laporan yang memperingatkan tentang efek jangka panjang penyensoran terhadap kebebasan berekspresi. Studi secara khusus menyoroti keputusan perusahaan produksi Hollywood melakukan sensor pada film yang tayang di China.

        Pen America yang berkecimpung di bidang sastra dan hak asasi manusia, memaparkannya dalam laporan setebal 94 halaman. Organisasi merinci kasus di mana deretan studio dan sineas mengubah karakter, plot, dialog, atau latar cerita dalam upaya menghindari pertentangan dengan pemerintah China.

        Baca Juga: Donnie Yen Siap Bintangi Sebuah Film Hollywood, Apa Itu?

        Penulis utama laporan, James Tager, menyadari kontrol ketat pemerintah China atas perbedaan pendapat, pemikiran independen, dan kreativitas di negaranya. Wakil direktur penelitian dan kebijakan kebebasan berekspresi di Pen America itu khawatir keputusan China membentuk tontonan audiens global.

        "Perpanjangan tangan penyensoran China yang didukung oleh insentif ekonomi yang luas telah menjangkau jauh ke Hollywood, membentuk persepsi, menanamkan kepekaan, dan membangun kembali batasan dari apa yang dapat ditunjukkan, dikatakan, dan diceritakan," kata Tager.

        Melalui lusinan wawancara dan studi kasus, tim penulis menunjukkan banyak perubahan yang dipaksakan pada film sebelum rilis ke pasar China yang menguntungkan. Misalnya, penghapusan konten LGBT dari Bohemian Rhapsody, Star Trek: Beyond, Alien: Covenant, dan Cloud Atlas.

        Adegan pembunuhan massal orang-orang China dihilangkan dari Skyfall dan Mission: Impossible III. Begitu pula salah satu karakter utama di Doctor Strange yang diubah dari Tibetan menjadi Celtic, demi menghindari risiko berkonflik atau tidak diterima miliaran penonton China.

        Pada 2019, film-film AS menghasilkan lebih dari 2,6 miliar dolar AS di China. Beberapa di antaranya seperti Avengers: Endgame, Spider-Man: Far from Home, dan Fast & Furious Presents: Hobbs & Shaw, meraup lebih banyak uang di China daripada di AS.

        Profesor ilmu politik dan hubungan internasional di University of Southern California, Stanley Rosen, turut menyampaikan pandangannya dalam laporan itu. Dia mengatakan bahwa pemerintah China selalu memperhatikan segala sesuatu yang memiliki komponen Cina di dalamnya. 

        "Jangan berpikir bahwa jika sineas membuat sesuatu yang tidak ditujukan untuk China, misalnya film indie yang hanya diperuntukkan bagi pasar kecil, itu tidak akan diperhatikan China dan tidak akan merugikan film blockbuster.  Itu pasti akan terjadi," tuturnya.

        Perilisan laporan hadir setelah pemerintah AS secara terbuka mengkritik Hollywood karena tunduk pada intervensi China, juga menyalahkan studio karena menyensor atau menghentikan proyek-proyek yang berpotensi sulit. Jaksa agung William Barr turut mengomentari hal itu Juli silam.

        "Banyak skrip mengalami penolakan karena penulis dan produser tahu untuk tidak melampaui batas. Sensor pemerintah China tidak perlu banyak bertindak karena Hollywood melakukan pekerjaan tersebut untuk mereka.  Ini adalah kudeta propaganda besar-besaran oleh Partai Komunis China," ujar Barr.

        Laporan merekomendasikan agar studio Hollywood berkomitmen membagikan informasi kepada publik tentang semua permintaan sensor yang diterima dari regulator pemerintah untuk film mereka. Pada Juni, Richard Gere ikut memperingatkan Senat AS mengenai bahaya membiarkan China mengontrol konten. 

        "Kombinasi penyensoran ditambah dengan keinginan studio film Amerika untuk mengakses pasar China, dapat mengarah pada penyensoran sepihak dan mengabaikan masalah sosial yang pernah diusung oleh film-film hebat Amerika," kata Gere, dikutip dari laman The Guardian, Kamis (6/8/2020).

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Muhammad Syahrianto

        Bagikan Artikel: