Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Nadiem Bikin Kurikulum Lebih Simpel, Kepala Sekolah Semringah

        Nadiem Bikin Kurikulum Lebih Simpel, Kepala Sekolah Semringah Kredit Foto: Antara/Wahyu Putro A
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Kepala sekolah menyambut baik kebijakan Menteri Pendidikan Nadiem Makarim yang menyesuaikan kurikulum saat masa darurat pandemi Covid-19.

        Sejumlah kepala sekolah menilai, memberikan kebebasan kepada sekolah untuk melakukan penyederhanaan kurikulum secara mandiri adalah pilihan terbaik.

        Baca Juga: 'Pak Nadiem' Dilaporkan ke Komnas HAM, Warganet Pecah Kubu

        Ketua Musyawarah Kerja Kepala Sekolah (MKKS) Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Kota Bandung Euis Purnama mengatakan, dengan perampingan jam belajar saat belajar daring, target pencapaian kompetensi dasar tentu tidak akan tercapai.

        Saat ini, durasi satu jam mata pelajaran hanya 30 menit. Lebih singkat dibandingkan saat kondisi normal selama 45 menit. Oleh karena itu, pengurangan kompetensi dasar dalam kurikulum darurat dinilai sudah tepat.

        "Meski demikian, kompetensi dasar yang esensial tidak boleh hilang," ucap Euis.

        Dia pun mulai menerapkan penyederhanaan kurikulum secara mandiri di sekolahnya, SMKN 3 Bandung. Para guru diminta menganalisa pelajaran mana yang bisa dikolaborasikan sehingga kegiatan belajar mengajar lebih efektif. Jadi, dalam satu jam mata pelajaran, guru bisa memberikan empat mata pelajaran sekaligus kepada siswa.

        Penggabungan mata pelajaran itu diambil dengan mempertimbangkan kemampuan siswa dalam menyimak pelajaran saat belajar daring.

        Anak-anak hanya bisa fokus belajar daring selama maksimal 3 jam. Dengan pilihan seperti itu, bahasan materi yang tidak terlalu penting, tidak perlu disampaikan kepada siswa.

        Ketua Umum Forum Kepala Sekolah Swasta (FKKS) Jawa Barat yang juga Kepala Sekolah SMA Guna Dharma Ade Hendriana menambahkan, kebijakan penyederhanaan kurikulum memiliki dampak negatif dan positi.

        Dampak negatifnya, dengan adanya penyederhanaan kurikulum, standar isi, standar proses dan standar penilaian tidak akan tercapai.

        Dampak positifnya, penyederhanaan kurikulum akan memudahkan pembelajaran dan akan mengurangi beban baik guru dan peserta didik.

        Masalah lain yang perlu diselesaikan oleh pemerintah, selain kurikulum, yakni penyediaan kuota internet gratis. Hal itu karena, dengan penyederhanaan kurikulum pun, siswa tetap perlu kuota internet untuk melaksanakan pembelajaran jarak jauh.

        Kepala Sekolah SMAN 17 Bandung Agus Setiamulyadi mengatakan, dalam masa pandemi Covid-19, kebijakan paling ideal adalah memberikan kebebasan kepada sekolah untuk menyusun kurikulum secara mandiri.

        Namun, tantangannya, pihak sekolah belum terbiasa melakukan hal yang tergolong baru itu. Dengan menyederhanakan kurikulum, penyampaikan mata pelajaran pun bisa lebih sederhana.

        "Matematikan tidak usah terlalu berat. Materi yang krusial saja yang disampaikan," ujar Agus.

        Materi yang diberikan juga dipilih yang kontekstual. Misalnya, materi mata pelajaran matematika dipilih yang paling dibutuhkan oleh siswa IPS.

        Agus pun menilai, kebijakan pemerintah yang tidak mengharuskan guru mengajar 24 jam per pekan merupakan kebijakan yang tepat saat pembelajaran jarak jauh. Hal itu karena pada kenyataannya, guru bisa mengajar dua hingg tiga kelas sekaligus saat mengajar secara daring.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Fajria Anindya Utami

        Bagikan Artikel: