Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Jokowi Target Ekonomi RI 4,5-5,5%, PAN: Bisa! Asal...

        Jokowi Target Ekonomi RI 4,5-5,5%, PAN: Bisa! Asal... Kredit Foto: Reuters/Anton Vaganov
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Anggota DPR RI Fraksi PAN, Eddy Soeparno, menanggapi proyeksi Presiden Joko Widodo tentang pertumbuhan ekonomi tahun 2021 mencapai 4,5-5,5 persen. Eddy menilai, hal tersebut sebagai bentuk optimisme.

        "Jika Indonesia mampu memproduksi vaksin anti-Covid-19 secara massal di akhir tahun ini dan kita kembali ke kehidupan yang relatif normal, saya kira target pertumbuhan 5–5,5 persen dapat tercapai di tahun 2021," kata Eddy yang juga Sekjen PAN, Senin (17/8/2020).

        Baca Juga: Bidik Ekonomi Tumbuh 4,5%, Fadel: Ini Pecutan Buat Para Menteri

        Bagi Eddy, optimisme ini cukup berdasar karena pemerintah tetap menggenjot stimulus fiskal di tahun yang akan datang dan kehadiran vaksin akan meningkatkan keyakinan konsumen untuk mulai melakukan belanja untuk rumah tangga, hiburan, berpergian, dan lain-lain.

        "Jika kapasitas produksi dan rantai pasok global berangsur-angsur pulih, kegiatan ekspor pun dapat meningkat pesat karena banyak barang yang sedianya siap diekspor mendadak disetop. Bukan semata-mata karena permintaan di negara tujuan turun, melainkan juga karena impor bahan baku masih terganggu dan transportasi antarnegara masih belum pulih," lanjut Eddy.

        Berkaitan dengan pembiayaan anggaran untuk membiayai defisit APBN senilai Rp971,2 triliun, Wakil Ketua Komisi VII DPR RI ini menganalogikan kondisi ekonomi Indonesia seperti rumah tangga yang dihantam krisis penghasilan.

        "Jika kita sedang kekurangan uang, ada beberapa pilihan yang kita miliki. Pertama: menjual barang/aset; kedua: berhenat; dan ketiga: pinjam uang. Nah, saat ini Indonesia tidak mungkin melakukan penjualan aset atau IPO dari sejumlah BUMN. Pasarnya sedang tidak kondusif," ucap dia.

        "Akhirnya, tinggal opsi untuk menarik utang baru yang sesungguhnya bukan hal yang pantang dilakukan, sepanjang pricing-nya kompetitif, digunakan secara tepat sasaran, dan bisa dipertanggungjawabkan," sambung mantan bankir dari Merrill Lynch ini.

        Eddy mengingatkan bahwa pandemi Covid ini merupakan variabel yang punya daya rusak yang besar terhadap perekonomian dan sulit diprediksi berakhirnya.

        "Jika penemuan dan produksi vaksinnya berlarut-larut, kita perlu bersiap untuk melakukan lebih dari satu kali perubahan APBN 2021. Yang penting kita awasi penggunaan dan penyerapan anggarannya agar setiap rupiah yang digelontorkan bermanfaat bagi masyarakat," kata dia.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Puri Mei Setyaningrum

        Bagikan Artikel: