Menteri Agama Jenderal TNI (Purn) Fachrul Razi mengimbau masyarakat untuk terus mengembangkan trilogi kerukunan, utamanya dalam kerangka memperingati Kemerdekaan RI ke-75 dan menyambut Tahun Baru Hijriyah 1442 Hijriyah yang akan jatuh pada besok tanggal 20 Agustus 2020.
Trilogi kerukunan tersebut meliputi kerukunan internal umat beragama, kerukunan antar-umat beragaman, dan kerukunan antara umat beragama dengan pemerintah.
Baca Juga: Nah Lho, Menag Dikepret Ferdinand Demokrat: Bapak Baru Bangun?
Hal itu diungkapkan Menteri Agama Fachrul Razi dalam acara webinar Nalar Kerukunan, Merawat Keberagaman Bangsa, Mengawal NKRI yang diselenggarakan oleh Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) di Jakarta, Rabu (19/8/2020).
Fachrul Razi menjelaskan bangsa Indonesia seharusnya bersyukur memiliki negara yang mampu mempersatukan kemajemukan negaranya oleh Pancasila. Menteri Agama menyebut landasan negara menjadi tuntutan bagi bangsa dan negara serta semua elemen bangsa dalam menjalankan fungsinya masing masing dengan segala umat beragama.
"Lima sila dalam pancasila adalah titik temu yang mempersatukan keberagaman bangsa menjadi dasar dan norma norma memberikan arah dalam membangun bangsa yang besar ini, untuk itulah saya sangat mengapresiasi webinar merawat keberagaman bangsa yang dibuat oleh BPIP," ucapnya saat memberikan sambutan.
Fachrul juga mengatakan, keragaman yang dimiliki Indonesia saat ini sebagai bangsa harus dikelola secara arif dan adil merupakan tanggung jawab bersama.
Menteri Agama selalu mendukung program keagamaan yang sudah dijalankan oleh semua umat beragama serta gagasan sosialisasi yang sudah dibentuk secara bersama.
"Program moderasi merupakan program jangka panjang nasional yang ingin mewujudkan revolusi mental. Moderasi beragama bukan berarti tidak sungguh-sungguh menjalankan agama. Moderasi atau wasatiyyah justru merupakan esensi beragama,” ucapnya.
Senada dengan Menteri Agama, Kepala BPIP Prof Yudian Wahyudi menjelaskan bahwa momentum peringatan HUT RI dan Tahun Baru Hijriyah selayaknya dipakai sebagai refleksi tentang hubungan mutualistik antara agama dan kebangsaan.
Hijrah Nabi ke Madinah menunjukkan kesamaan dengan kemerdekaan dalam hal pembebasan dari keterbelakangan. Ikrar kemerdekaan yang menggarisbawahi persatuan di antara keberagaman juga sejalan dengan Piagam Madinah dalam risalah Nabi.
"Dalam sejarah keislaman, Nabi muhammad menunjukkan keberagaman dalam bentuk piagam Madinah, keberagaman diterima dalam suatu kenyataan yang menjadi konsensus bersama untuk mengelola keberagaman," ucap Yudian Wahyudi.
Prof Yudian juga menjelaskan, dalam menyambut momentum Tahun Baru Hijriah yang berdekatan dengan kemerdekaan Bangsa, Yudian ingin bangsa Indonesia terbebas dari eksploitasi penindasan dan kolonialisme.
"Dalam momentum menyambut tahun baru hijriah kita harus berefleksi secara simbolik untuk pembebasan manusia dari pembebasan eksploitasi penindasan dan kesamaan dari kemerdekaan titik dari pembebasan dari kolonialisme", tegas Prof Yudian.
Webinar bedah buku Nalar Kerukunan, Merawat Keberagaman Bangsa, Mengawal NKRI, selain menghadirkan penulis Prof. Saidurrahman, juga mengundang pembicara Prof. Jamal Wiwoho (Rektor Universitas Sebelas Maret) dan Anggota Dewan Pengarah BPIP yaitu: Dr. (HC). Sudhamek dan Pdt. Dr. Andreas Anangguru Yewangoe.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Cahyo Prayogo
Tag Terkait: