Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Ada Warning dari India untuk Minyak Kelapa Sawit, Hmm....?

        Ada Warning dari India untuk Minyak Kelapa Sawit, Hmm....? Kredit Foto: Antara/Syifa Yulinnas
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Sejak tahun 2000, India sudah menjadikan minyak kelapa sawit sebagai minyak nabati yang paling banyak dikonsumsi oleh masyarakat di negara tersebut. Konsumsi minyak sawit di India bahkan mampu menggeser dominasi minyak rapeseed dan soybean dalam struktur konsumsi minyak nabati India.

        Data Oil World mencatat bahwa selama tahun 2019, India menjadi konsumen minyak sawit terbesar nomor dua di dunia setelah Indonesia dengan pangsa konsumsi sebesar 13 persen dari total konsumsi minyak sawit dunia atau rata-rata sekitar 9,4 juta ton per tahun.

        Sebagian besar minyak sawit di India digunakan untuk memenuhi kebutuhan minyak goreng baik dengan rincian 60 persen minyak goreng curah (unbranded), 30 persen minyak goreng kemasan (branded), dan sisanya digunakan untuk kebutuhan industri.

        Baca Juga: Perangi Black Campaign Sawit? Ini Strateginya!

        Lebih kompetitifnya harga minyak kelapa sawit dibandingkan harga minyak nabati lain menjadi faktor yang mendorong tingginya konsumsi minyak sawit di India. Hal ini sesuai dengan preferensi dan kelas sosial masyarakat India yang didominansi oleh masyarakat dengan pendapatan rendah.

        Pemerintah India melalui skema National Mission on Oilseeds and Oil Palm (NMOOP) telah membuat kebijakan untuk memproduksi minyak nabati (termasuk minyak kelapa sawit) di lingkup domestik, namun produksi domestik tersebut belum mampu memenuhi tingginya kebutuhan minyak nabati, khususnya minyak kelapa sawit masyarakat India.

        Hal itulah yang menyebabkan kebutuhan minyak nabati di India masih dipenuhi dari impor. Mengingat kondisi tersebut, sebagai bentuk proteksi, pemerintah India seringkali mewarna impor minyak kelapa sawit dan produk turunannya dengan tarif yang tinggi dan berubah-ubah.  

        Baca Juga: Kebun Sawit Lebih Seabad, Upaya Pengembangan di Masa Mendatang?

        Tidak hanya itu, saat ini, dinamika impor pasar minyak nabati India juga mulai mengarah pada tuntutan terpenuhinya Certified Sustainable Palm Oil (CSPO) untuk minyak sawit yang akan diekspor ke negara tersebut.

        Mengutip laman Palm Oil Indonesia, “Gerakan tersebut digagas oleh RSPO India yang berkolaborasi dengan Centre for Responsible Business, Rainforest Alliance, dan WWF India. Bahkan, kolaborasi tersebut juga telah melahirkan Sustainable Palm Oil Coalition for India pada Oktober 2018, yang bertujuan untuk mempromosikan dan me-lobby pemerintah India untuk mendorong konsumsi dan perdagangan minyak sawit berkelanjutan (bersertifikat CSPO) di India”.

        Minyak kelapa sawit yang telah bersertifikat CSPO tersebut akan diperdagangkan di pasar India dengan estimasi harga premium sekitar US$30 per ton. Dengan mayoritas penduduk India berkategori low-middle income consumers, harga minyak sawit tersebut dirasa sangat mahal dan masyarakat akan kesulitan untuk memenuhi kebutuhan minyak nabatinya.

        Selain itu, resiko ancaman terhadap ketahanan pangan masyarakat India dan tingginya inflasi yang dapat memicu permasalahan makroekonomi lainnya, mungkin saja akan terjadi di India jika kebijakan CSPO tersebut diimplementasikan.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Ellisa Agri Elfadina
        Editor: Lestari Ningsih

        Bagikan Artikel: