Perang Yunani-Turki di Depan Mata, Athena Ambil Langkah...
Wilayah Mediterania Timur kini diambang peperangan besar. Dua aktor penyebabnya tak lain adalah Turki melawan Yunani.
Uni Eropa melalui Jerman sebenarnya sudah melakukan mediasi antara Athena-Ankara. Namun Yunani tetap saja kolot mengklaim lautan Mediterania dan menantang perang Turki yang sedang melakukan eksplorasi di sana.
Baca Juga: Didekati Hamas, Turki Bikin AS Galau
Kekolotan Yunani ini lantas diwujudkan dengan menggelar latihan militer bersama tiga negara lain dan berniat memperluas teritori lautnya di Mediterania.
Dikutip dari Al Jazeera, Kamis (27/8/2020) rencana perluasan teritori laut itu diungkap oleh Perdana Menteri Yunani Kyriakos Mitsotakis pada Rabu (26/8/2020).
Kyriakos Mitsotakis di hadapan anggota parlemen Yunani mengatakan batas barat perairan Yunani di Laut Ionia akan diperlebar dari enam mil menjadi 12 mil.
Kyriakos mengklaim Italia dan Albania yang menjadi jiran di wilayah itu telah mengetahui rencana ini secara resmi dan belum memberikan tanggapan apapun. RUU pun akan segera diajukan kepada parlemen Yunani.
Kendati demikian, langkah tersebut takkan dilakukan di perairan Aegean yang menjadi penghubung Turki-Yunani.
Karena jika nekat memperluas perairan Aegean Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan memperingatkan itu bisa menjadi casus belli alias pemicu peperangan fisik.
Meski demikian Athena tetap akan menggelar latihan militer di perairan Mediterania Timur yang membuat Ankara panas dingin.
Mereka mengajak Siprus, Italia, dan Prancis yang menjadi sekutu dekat Yunani dalam agenda itu.
Prancis yang dianggap sebagai ancaman serius, menyinggung Turki dengan menyebut perairan tersebut 'tak boleh jadi tempat bermainnya ambisi'.
"Mediterania Timur sedang bersitegang. Penghormatan terhadap hukum internasional harus jadi kewajiban tanpa pengecualian," ujar Menteri Angkatan Bersenjata Prancis Florence Parly, Rabu 26 Agustus 2020.
Menurut Florence, pihaknya akan mengirim tiga pesawat tempur Rafale dan kapal perang yang disertai helikopter dalam latihan tersebut.
Hubungan Prancis dan Turki selama beberapa bulan terakhir pun semakin meregang. Pemicu utamanya ialah sikap Ankara di NATO, Libya dan Mediterania yang tak sesuai keinginan Paris.
Presiden Prancis Emannuel Macron mendesak Uni Eropa (UE) untuk solid mendukung Yunani dan Siprus terkait sengketa Mediterania Timur dengan Turki.
Macron mendorong penerapan sanksi di level UE, meskipun negara-negara Eropa tak sepenuhnya ingin membantu kedua negara tersebut.
Menanggapi hal ini, Erdogan memberi peringatan keras lewat pidato dalam perayaan kemenangan Pertempuran Manzikert, Rabu 26 Agustus 2020 kemarin.
"Kami tak main mata pada wilayah, kedaulatan, ataupun kepentingan orang lain, tetapi kami takkan memberi kelonggaran sedikit pun pada apa yang menjadi milik kami!" kata dia.
"Kami takkan mengompromikan apa yang menjadi milik kami. Kami menentukan langkah yang kami butuhkan sendiri," pungkasnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Muhammad Syahrianto