Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Mulutmu Harimaumu, Mulut Ahok Senjata Makan Tuan!

        Mulutmu Harimaumu, Mulut Ahok Senjata Makan Tuan! Kredit Foto: Istimewa
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Gara-gara Pertamina rugi hingga Rp11 triliun, Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok terus jadi bulan-bulanan netizen. Kemarin, video lama Komisaris Utama Pertamina itu yang sesumbar akan "berhenti" bahkan "bubarkan" Pertamina kalau rugi, ramai diputar ulang hingga jadi trending topic di medsos. Mulut Ahok kembali jadi senjata makan tuan nih.

        Mulutmu harimaumu, begitu kata orang bijak. Pepatah lama itu mungkin pas menggambarkan apa yang menimpa Eks Gubernur DKI Jakarta itu saat ini. Sejak awal, kehadiran Ahok di Pertamina memang sudah menuai polemik.

        Para pendukungnya tak habis memberikan pujian. Ahok dinilai mampu membuat kinerja perusahaan minyak pelat merah itu berkibar. Sebaliknya, pembencinya menilai Ahok tak layak diangkat sebagai komisaris.

        Baca Juga: Adu Mulut Ributin Ahok, Said Didu Vs Ferdinand

        Baca Juga: Warganet Terus Bombardir Ahok, Bawa-bawa Ucapan RR & Ngabalin

        Menanggapi para kritiknya saat itu, Ahok sesumbar mampu membawa Pertamina berjaya. Kini, saat laporan keuangan Pertamina muncul, Ahok kena batunya. Dalam laporan keuangan semester I-2020, Pertamina rugi hingga Rp11 triliun. Padahal di periode yang sama tahun lalu, Pertamina masih untung hingga Rp9,5 triliun.

        Warganet pun langsung mengunggah kembali video lama Ahok soal Pertamina. Salah satunya dilakukan @HukumDan. Di video tersebut, Ahok mengatakan akan membubarkan Pertamina jika dalam waktu tujuh bulan tidak ada perkembangan berarti di perusahaan pelat merah itu. Kata dia, sudah saatnya BUMN berubah.

        Tak ada lagi ceritanya APBN menyuntik duit ke BUMN. Mestinya sebaliknya. BUMN yang setor duit ke APBN. "(BUMN) enggak beres dibubarin entar digabung," ujar Ahok dalam video berdurasi 22 detik itu. Kemudian ada yang bertanya kepada Ahok apakah dia optimistis akan membenahi perusahaan pelat merah tersebut.

        "Ya tujuh bulan juga udah mulai keliatan kok, gua bilang kalau enggak gua bubarin. Gua berhenti kalau enggak," ujarnya sambil tertawa.

        Potongan video itu, ramai mendapat respons. Sampai tadi malam, kata kunci Ahok memuncaki daftar trending topic. Selain itu, Ahok juga pernah sesumbar bahwa merem saja, Pertamina akan untung asal diawasi.

        Mantan Sekretaris Kementerian BUMN, Said Didu mengomentari soal kerugian Pertamina. Kata dia, Pertamina sebenarnya bisa untung kalau Ahok menjalankan tugasnya dengan baik. Tugas Ahok adalah menagih utang ke pemerintah, minta blok migas dari Menteri ESDM, minta ke Presiden agar tidak membebani Pertamina.

        "Keempat, menemui DPR agar diberikan anggaran untuk penugasan," tulisnya @msaid_didu. Menurut dia, salah satu kerugian Pertamina adalah utang dari pemerintah yang belum dibayarkan. Didu menilai aksi sesumbar Ahok sudah biasa. "Kalau tidak sesumbar, berarti Ahok sudah berubah," ujarnya.

        Sementara akun @eklesia menilai wajar kalau Pertamina sekarang mengalami kerugian. "Namanya juga lagi masa pandemi, sekelas perusahaan minyak asing aja bisa rugi," kicaunya. Akun @irwanstanjung menyebut omongan Ahok yang sesumbar kini jadi bumerang. "Senjata makan tuan namanya," kicaunya.

        Anggota Komisi Energi DPR dari PKS, Mulyanto mengusulkan agar Ahok dicopot saja. "Jika memang tidak mampu, pecat saja," kata Mulyanto.

        Pengamat Hukum Tata Negara, Refly Harun ikut menanggapi soal ini. Kata dia, wajar kalau tema ini jadi polemik karena nilai kerugian Pertamina besar. Namun, kata dia, kerugian atau keuntungan sebuah perusahaan bukan karena faktor tunggal. "Risikonya kalau orang ngetop, padahal belum tentu kerugian tersebut atau keuntungan perusahaan karena satu orang," ujarnya.

        Sementara itu, VP Corporate Communication Pertamina, Fajriyah Usman menjelaskan, Pertamina mengalami kerugian karena menghadapi triple shock, yakni penurunan harga minyak mentah dunia, penurunan konsumsi BBM di dalam negeri, serta pergerakan nilai tukar dolar yang berdampak pada rupiah sehingga terjadi selisih kurs yang cukup signifikan.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Rosmayanti

        Bagikan Artikel: