Politisi Partai Demokrat, Ferdinand Hutahaean (FH) ikut menanggapi banyakanya hujatan yang dilemparkan kepada Komisaris Utama PT Pertamina (Persero), Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) terkait kerugian yang dialami perusahaan migas negara.
Ia pun kemudian membandingkan dengan kerugian yang dialami PT PLN (Persero) yang mencapai 38 triliun atau tiga kali lipat kerugian yang dialami Pertamina.
Namun, sambungnya, terkait kerugian PLN tidak ada yang ribut menyalahkan komisarisnya. Ia pun berkesimpulan kritik keras terhadap kerugian Pertamina adalah bentuk kebencian kepada Ahok.
"PT @pln_123 rugi sebesar 38 T, 3 kali lipat kebih kerugian @pertamina, kenapa ngga ada yang ribut nyalahin Komisarisnya? Jd intinya, kritik atas Pertamina itu basis satu2nya adalah kebencian kpd @basukibtp secara pribadi. Kalian lucu..!" cuitnya dalam akun Twitternya, @FerdinandHaean3, seperti dikutip, Jumat (28/8/2020).
Baca Juga: Ahok Terus Dipelihara, Eks Menteri SBY: Dia Pegang Kartu AS
Baca Juga: Mulutmu Harimaumu, Mulut Ahok Senjata Makan Tuan!
Diberitakan sebelumnya, Direktur Utama PLN Zulkifli Zaini, perusahaan setrum negara mengalami kerugian sebesar Rp38,88 triliun pada triwulan I-2020 yang diakibatkan selisih nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS).
Ia menyebut nilai tukar rupiah sempat menyentuh Rp16.367 per US$, dibandingkan dengan 31 Desember 2019 sebesar Rp14.244 per US$.
"Maka berdasarkan PSAK 10, perusahaan berkewajiban untuk mencatat selisih kurs sebesar Rp 51,97 triliun sehingga berdampak pada rugi bersih perusahaan adalah Rp 38,88 triliun. Itu adalah rugi accounting akibat selisih kurs," kata dia dalam rapat dengar pendapat (RDP) dengan Komisi VII DPR RI yang disiarkan secara langsung di situs web DPR RI, Rabu (17/6).
Namun demikian, ia menjelaskan pada triwulan 1-2020, perusahaan listrik negara itu masih mampu membukukan laba usaha Rp6,81 triliun, EBITDA positif Rp16,93 triliun dan EBITDA margin Rp19,78 triliun.
Sampai dengan triwulan 1-2020, pihaknya juga membukukan kenaikan volume penjualan listrik sebesar 4,62 persen atau kenaikan sebesar 2,727 gigawatt hour dibandingkan dengan 59,059 gigawatt pada triwulan I-2019, menjadi 61,785 gigawatt pada triwulan I-2020.
"Dengan kondisi tarif yang tetap, tidak naik, pendapatan masih tumbuh 5,08 persen atau Rp 3,4 triliun dari Rp 66,85 triliun pada triwulan I-2019 menjadi Rp 70,25 triliun pada tahun berjalan," lanjutnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Vicky Fadil