Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Kisah Perusahaan Raksasa: Samsung Si Taipan Elektronik Korsel

        Kisah Perusahaan Raksasa: Samsung Si Taipan Elektronik Korsel Kredit Foto: Reuters/Yves Herman
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Saat ini, seluruh dunia memasuki era digital. Kurun waktu ini bagi banyak orang diartikan sebagai masa ketika informasi relatif mudah dan cepat diperoleh. Dengan alasan itu, banyak orang dengan mudah menyebarluaskan informasi tersebut tentunya menggunakan teknologi digital. 

        Teknologi digital sendiri merupakan perangkat yang sudah dikomputerisasi. Perangkat tersebut umumnya terkoneksi dengan jaringan internet. 

        Baca Juga: Kisah Perusahaan Raksasa: CSCE, Konglomerat Konstruksi dari China

        Seiring perkembangannya, manusia memiliki gaya hidup baru yaitu lifestyle yang tak lepas dari perangkat elektronik. Ada dua perangkat elektronik yang umum dan sering digunakan banyak orang, seperti telepon pintar (smartphone) dan komputer atau laptop. Semua teknologi itu pada dasarnya digunakan manusia untuk mempermudah melakukan sejumlah pekerjaan atau tugas. 

        Penjelasan tersebut diambil dari perspektif positif. Sementara jika diambil dari perspektif yang berlawanan, muncul istilah baru yakni perang teknologi. Contoh nyata bisa dilihat dari memanasnya perang teknologi Amerika Serikat dan China. Seperti dalam laporan Reuters disebutkan, sejumlah perusahaan lokal China berencana mengganti perangkat teknologi Intel, Microsoft, Oracle dan IBM, yang semua itu bermarkas di AS. 

        Hal itu dianggap wajar karena China adalah negara dengan pengguna ponsel pintar terbanyak di dunia, diperkirakan sebanyak 574 juta jiwa. Sementara AS membuntuti di posisi kedua. Meski begitu, AS rupanya harus berhadapan dengan raksasa dari Asia lainnya, yakni Korea Selatan dengan Samsungnya. 

        Raksasa teknologi asal Korea Selatan itu sudah tak asing di telinga banyak orang. Untuk urusan ponsel pintar, Samsung adalah saingan kuat dari Apple. Di sisi lain, produk elektronik keluaran Samsung juga cukup bersaing di pasar global.

        Pada 2020 saja, Samsung Electronics membukukan pendapatan tahunannya sebesar 197 juta dolar AS. Sayangnya, pendapatan perusahaan ini ternyata minus 10,8 persen. Untuk perolehan laba bersih perusahaan tercatat mencapai 18,4 juta dolar AS di tahun yang sama. Namun lagi-lagi, angka tersebut dihasilkan dari laba minus 53,7 persen. 

        Alhasil, Samsung harus turun empat peringkat, ke urutan 19 daftar Global 500 versi Fortune pada 2020. Kejadian itu disebabkan berbagai soal, di antaranya penurunan dalam industri chip memori, persaingan dengan Huawei, serta yang terbaru kasus sang bos, Lee Sang-hoon dan Lee Jae-yong. 

        Di balik kesuksesan besar Samsung tentunya ada cerita panjang yang menarik untuk diulas. Lantas pada kali ini, Selasa (2/9/2020), Warta Ekonomi berkesempatan menguraikan kisah perusahaan raksasa asal Korsel ini menjadi artikel sebagai berikut. 

        Jangan kaget, Samsung mengawali bisnisnya sebagai perusahaan pengekspor bahan kebutuhan sehari hari, seperti mie, sayur, hingga ikan kering. Adalah Lee Byung-chull, pendiri perusahaan pengekspor itu pada 1938 dan berlokasi di Taegu, Korsel. Hal lainnya adalah, raksasa Korsel itu memulainya hanya bermodal 30.000 won Korsel (sekitar 27 dolar AS), dan dijalankan dengan 40 karyawan. 

        Lee menamai perusahaanya "samsung" yang berarti "tiga bintang" dalam bahasa Korea. Perusahaan itu kemudian tumbuh dan berkembang ke ibu kota, Seoul pada 1947. Sayang, Perang Korea pecah pada 1950 sampai 1953. Dalam kondisi itu, bisnis Lee terancam karena terjadi penjarahan, sehingga membuat bisnisnya tekor. 

        Perang Korea usai pada 1953. Lee segera menjalankan bisnisnya lagi dengan memulai penyulingan gula di Busan dengan uang tabungan salah satu manajernya, sekitar 1953. Tindakan Lee sempat dikritik karena gula pada saat itu dapat dengan mudah diperoleh dari bantuan AS. Namun dia beralasan bahwa itu adalah pabrik pertama yang dibangun di Korsel. Di periode yang sama, Lee juga membuka jalan ke bisnis tekstil dan membangun pabrik wol terbesar di negara itu

        Perluasan ragam bisnis Lee menjadi awal strategi tumbuh dan berkembang Samsung. Dia sangat fokus pada industrialisasi. Tujuannya, membantu membangun dan memperbaiki negaranya usai perang saudara itu. Selama periode ini, bisnisnya diuntungkan oleh kebijakan perlindungan yang baru diadopsi pemerintah Korea. Isinya adalah melindungi konglomerat domestik besar (Chaebol) dalam persaingan sekaligus memberikan pembiayaan mudah. 

        Dengan berbagai keuntungan yang diterima, Lee merasa kurang puas dengan bisnisnya saat itu. Pada gilirannya, pengusaha itu mulai menjajal bisnis elektronik pada 1960-an. 

        Namun di saat yang sama, Samsung masih dikenal masyarakat Korsel sebagai perusahaan dagang dalam bidang pemanis dan tekstil. Terlepas dari itu, perusahaan mengambil langkah besar dengan bekerja sama dengan perusahaan besar asal Jepang. Keputusan itu memicu protes publik yang menggaungkan anti-Jepang dengan keras. Untuk meredam amarah publik, Samsung menyatakan bahwa perusahaan akan hanya fokus pada kegiatan ekspor. 

        Toshio Iue, pendiri Sanyo sekaligus berperan sebagai penasihat Lee membuat kejutan. Pada 1969, keduanya bersama-sama mendirikan perusahaan elektronik baru bernama Samsung-Sanyo Electronics. Di awal, ada empat divisi yakni Samsung Electronics Devices, Samsung Electro-Mechanics, Samsung Corning, Samsung Semiconductor & Telecommunications. 

        Produk awal perusahaan gabungan tersebut adalah peralatan elektronik dan listrik meliputi televisi, kalkulator, lemari es, pendingin ruangan, mesin cuci dan produk konsumen lainnya. Selama periode ini, Samsung-Sanyo mengakuisisi DongBang Life Insurance dan mendirikan Joong-Ang Development (sekarang dikenal sebagai Samsung Everland).

        Lee sempat mengalami beberapa kemunduran pada akhir 1960-an, tak lama sebelum Samsung-Sanyo Electronics dibuat. Pengusaha itu dituduh melakukan penjualan barang ilegal senilai 50.000 dolar AS.

        Untungnya, tudingan itu ternyata palsu dan dibuat oleh pejabat pemerintah yang tak puas karena Lee menolak suap. Namun sayang, salah satu putra Lee ditangkap, sehingga dia terpaksa merelakan pabrik pupuk untuk diberikan kepada pemerintah untuk membebaskan anaknya. 

        Terlepas dari semua masalah tersebut, perusahaannya terus berkembang. Samsung untuk pertama kalinya menghasilkan lebih dari 100 juta dolar AS pendapatan di tahun pertama.

        Gejolak sosial dan politik pada awal 1970-an tidak menghentikan langkah Samsung.  Samsung kemudian berinvestasi besar-besaran. Perusahaan lekas meminjam dan membujuk perusahaan teknologi asing dengan memanfaatkan koneksi bisnis dan politik pribadi Lee. Itu semua bertujuan mengukir nama Samsung dalam industri elektronik. 

        Samsung-Sanyo berganti nama menjadi Samsung Electro-Mechanics, pada Maret 1975. Seusai pergantian nama, dan masuknya Samsung ke dalam bisnis semikonduktor menjadi pijakan penting perusahaan. Lee mengatakan bahwa pada pertengahan 1970-an itu, elektronik berteknologi tinggi adalah industri yang sedang berkembang di masa depan. Dan, dia yakin Samsung akan menjadi pemain utama. Alhasil, dia membentuk Samsung Semiconductor and Telecommunications Co. pada 1978.

        Untuk menutupi kekurangan ahli teknologi di Korsel, pemerintah negara itu secara efektif mengharuskan produsen peralatan telekomunikasi asing untuk menyerahkan teknologi semikonduktor canggih sebagai imbalan akses ke Pasar Korea. Hal ini terbukti penting bagi Samsung, yang memperoleh teknologi eksklusif dari Micron AS dan Sharp dari Jepang pada 1983.

        Memanfaatkan pengetahuan yang baru diperolehnya, Samsung menjadi produsen Korea pertama untuk sistem acak dinamis 64 kilobit berbiaya rendah, berteknologi rendah, dan relatif rendah biaya.

        Tak lama setelah memperkenalkan chip 64K-nya, Samsung bekerja sama dengan beberapa pesaing Korsel dalam proyek penelitian yang dikoordinasikan oleh Lembaga Penelitian Elektronik dan Telekomunikasi milik pemerintah. Hasilnya, chip DRAM 1 megabit (dan kemudian DRAM 4 megabit). Selama pertengahan dan akhir 1980-an, Samsung menjadi pemasok mirip chip DRAM tapi berbiaya rendah untuk produsen komputer dan elektronik di seluruh dunia. 

        Sementara itu, operasi elektronik lainnya terus berkembang, baik di dalam maupun luar negeri. Samsung membuka pabrik perakitan televisi di Portugal pada 1982 untuk memasok pasar Eropa dengan 300.000 unit per tahun.

        Pada 1984, ia membangun pabrik senilai 25 juta dolar AS di New York yang dapat memproduksi satu juta televisi dan 400.000 oven microwave per tahun. Kemudian, pada 1987, ia membuka fasilitas 25 juta dolar AS lainnya di Inggris dengan kapasitas untuk 400.000 televisi berwarna, 300.000 VCR, dan 300.000 oven microwave.

        Antara 1977 dan 1987, pendapatan tahunan Samsung Group melonjak dari 1,3 miliar menjadi 24 miliar dolar AS (atau sekitar 20 persen dari seluruh produk domestik bruto Korsel). Sebagian besar pertumbuhan itu disebabkan oleh Samsung Electronics. 

        Lee Byung-Chull meninggal pada 1987 dan digantikan oleh putranya, Lee Kun-hee. Kun-hee menyadari pentingnya divisi elektronik dan bergerak cepat untuk menjadikannya pusat perhatian Samsung. Untuk itu, dia mengkonsolidasikan banyak divisi grup dan menghilangkan beberapa operasi.

        Kun-hee juga memperkenalkan berbagai inisiatif yang dirancang untuk meningkatkan motivasi karyawan dan kualitas produk. Kun-hee dikenal dengan meningkatkan upaya kemitraan Samsung Electronics dengan perusahaan asing sebagai bagian dari tujuannya untuk menempatkan Samsung di garis depan teknologi semikonduktor.

        Penjualan Samsung Group tumbuh lebih dari 2,5 kali lipat antara 1987 dan 1992. Yang lebih penting, Samsung memanfaatkan potensi keuntungan untuk meningkatkan  biaya investasi penelitian dan pengembangan menjadi lebih dari dua kali lipat. Itu semua dilakukannya sebagai bagian dari upaya agresif untuk menjadikan Samsung pemimpin teknologi dalam elektronik, industri semikonduktor, dan komunikasi. 

        Selain bermitra dengan perusahaan elektronik AS dan Jepang, Samsung mengakuisisi perusahaan yang memiliki teknologi penting, termasuk Harris Microwave Semiconductors dan Integrated Telecom Technologies. Pada 1993, Kun-hee menjual sepuluh anak perusahaan Samsung Group, memperkecil ukuran perusahaan, dan menggabungkan operasi lain untuk berkonsentrasi pada tiga industri: elektronik, teknik, dan bahan kimia.

        Di bawah kepemimpinan kepala eksekutif Kim Kwang-Ho, Samsung menggemparkan dunia microchip ketika memperkenalkan chip DRAM 4-megabit pada 1994. Penjualan chip tersebut membantu mendorong penjualan Samsung dari 10,77 miliar dolar AS pada 1993 menjadi 14,94 miliar pada 1994. Laba bersih melonjak dari 173.000 dolar AS menjadi hampir 1,3 miliar dolar AS.

        Selain itu, Samsung telah mengambil langkah berani untuk pangsa pasar domestik pada 1995. Perusahaan memangkas harga elektronik konsumen dan peralatan rumah tangga sebanyak 16 persen dan telah memukau orang dalam industri saat meluncurkan layar kristal cair transistor film tipis yang canggih (Layar TFT-LCD) --digunakan untuk komputer laptop-- pada pameran dagang dunia di Jepang.

        Kenaikan pesat Samsung dan pencapaian teknis menempatkan perusahaan dalam sorotan di industri semikonduktor. Chip 4-megabit-nya telah menjadikannya produsen chip DRAM global terkemuka pada awal 1995. 

        Selain itu, Samsung terus meningkatkan investasinya dalam pengembangan, sebagaimana dibuktikan dengan pengeluaran dana 2,5 miliar dolar AS untuk mengembangkan DRAM 64-megabit chip pada 1998. Pada Desember 1995, pengembangan chip DRAM sinkron 1-gigabit pertama di dunia juga sedang dikerjakan. Ekspor untuk tahun ini meningkat menjadi lebih dari 10 miliar dolar AS.

        Pada 1996, harga DRAM turun drastis karena kelebihan pasokan di industri. Sementara segmen peralatan telekomunikasi dan komputer perusahaan menunjukkan pertumbuhan substansial, penjualan terkait semikonduktor Samsung turun 31,8 persen. 

        Sebagai tanggapan, perusahaan menerapkan struktur manajemen baru yang berfokus pada peningkatan efisiensi dengan menerapkan strategi bisnis baru. Inisiatif tersebut termasuk mereformasi manajemen harga untuk mengenali pasar pertumbuhan dengan lebih baik, meningkatkan komunikasi antara manajer perusahaan, meningkatkan dukungan manajemen di luar negeri, menerapkan strategi pemasaran baru, dan berfokus pada pertumbuhan di bidang telekomunikasi, mikroprosesor, dan produk non-memori lainnya. Yun Jong-Yong ditunjuk sebagai CEO pada Januari 1997 untuk mengawasi strategi baru.

        Sebagai bagian dari fokus baru perusahaan, Samsung terus mengurangi ketergantungannya pada chip memori. Ini mengembangkan teknologi baru dan dengan cepat membuat nama untuk dirinya sendiri di pasar telekomunikasi dan telepon seluler. 

        Pada Mei 1997, Samsung ditunjuk sebagai mitra resmi Olimpiade untuk peralatan komunikasi nirkabel untuk Olimpiade Musim Dingin 1998 dan Olimpiade Sydney 2000. Perusahaan juga mendirikan sistem pengalihan telepon di Ekuador, memasuki pasar nirkabel China dengan bekerja sama dengan Shanghai Great Wall Mobile Communications Co., dan mulai menjual telepon selulernya ke AT&T di Amerika Serikat.

        Krisis melanda ekonomi Asia pada musim gugur 1997, dan pada awal 1998, won Korea dihargai 1.800 won per dolar AS, yang kurang dari setengah nilainya hanya satu tahun sebelumnya. Samsung terpaksa secara drastis mengubah cara operasinya di masa lalu dan mulai menjual segmen yang tidak terkait dengan bisnis intinya. Selain itu, dia memangkas 26 persen tenaga kerja domestik dan 33 persen tenaga kerja internasional, dan memperlambat produksi.

        Sementara banyak perusahaan berbasis di Asia goyah, namun Samsung terus maju. Perusahaan ini mendirikan anak perusahaan Alpha Processor Inc. yang berbasis di AS untuk mengawasi penjualan dan pemasaran untuk lini produk prosesor Alpha 64-bit. 

        Perusahaan juga mengamankan posisi teratas di pasar global TFT-LCD dengan menguasai 18 persen pasar. Pada Agustus 1998, perusahaan tersebut mengembangkan televisi layar datar. Meskipun mengalami masa-masa ekonomi yang sulit, Samsung mencatat peningkatan penjualan kotor lebih dari delapan persen. Pada Januari 1999, Forbes Global Business & Finance mengakui firma tersebut sebagai perusahaan barang dan jasa konsumen pertama di dunia.

        Di bawah kepemimpinan Yun, Samsung telah berhasil mendiversifikasi lini produknya dari ketergantungan pada chip memori. Pada akhir 1999, chip tersebut menyumbang 20 persen dari penjualan --pada 1995 mereka telah mendapatkan 90 persen keuntungan dan setengah dari total penjualan. 

        Perusahaan itu mendivestasikan lebih dari 57 bisnisnya dan mengurangi utang jangka panjang sebesar 10,8 miliar dolar AS. Selain itu, semua kelompok produknya mampu memperoleh keuntungan sepanjang tahun. 

        Samsung juga memegang pangsa yang kuat di pasar telepon seluler dan merupakan salah satu dari enam produsen telepon nirkabel teratas dan produsen monitor komputer terkemuka. Penjualan pada 1999 meningkat 24 persen menjadi 22 miliar dolar AS sementara keuntungan mencapai 2,4 miliar dolar AS. Saham perusahaan juga naik secara dramatis, meningkat 233 persen menjad 227 dolar AS per saham.

        Kepemimpinan Yun yang sukses di perusahaan selama restrukturisasi dan krisis Asia dicatat di seluruh industri. Pada Januari 2000, majalah Fortune menobatkan Yun Asia's Businessman of the Year. 

        Samsung yang telah mengadopsi frase 'Memimpin Revolusi Konvergensi Digital' untuk milenium baru, terus mengembangkan teknologi baru dan mencari pertumbuhan di pasar margin tinggi. Perusahaan bermitra dengan Yahoo! untuk memanfaatkan jaringannya untuk menjual produknya secara daring. 

        Perusahaan itu juga bekerja sama dengan Microsoft untuk merancang dan mengembangkan lini telepon seluler. Pada saat yang sama, ekspor ponsel Samsung meningkat di Kazakhstan, Meksiko, Asia Tengah, serta Amerika Tengah dan Selatan. Pada saat ini, ia beroperasi sebagai produsen telepon terbesar keempat.

        Hasil positif Samsung berlanjut pada 2000 karena perusahaan memperoleh 26 miliar dolar AS dalam penjualan dan 4,7 miliar dolar AS laba bersih. Chip memori menyumbang 38 persen dari penjualan, informasi dan peralatan telekomunikasi mengamankan 22 persen, media digital mengambil 27 persen, dan peralatan rumah menyumbang 8 persen dari penjualan. 

        Perusahaan memandang kemitraan strategis, penelitian dan pengembangan, dan pertumbuhan, untuk mempertahankan catatan keuangan yang positif. Pada Maret 2001, perusahaan bekerja sama dengan Dell Computer Corporation dalam perjanjian teknologi dan penelitian dan pengembangan senilai 16 miliar dolar AS. Selain itu, perusahaan tersebut dipilih oleh China untuk menyediakan jaringan telepon seluler CDMA di empat kota besarnya.

        Angka penjualan memang sedikit menurun pada paruh pertama 2001, bagaimanapun, karena perlambatan di pasar komputer pribadi, kelebihan pasokan LCD, dan perlambatan di pasar seluler. Meski demikian, manajemen Samsung tetap fokus untuk tetap menjadi pemimpin di industri elektronik.

        Samsung memasuki pasar telepon dengan SPH-1300, prototipe layar sentuh awal yang dirilis pada 2001. Perusahaan juga mengembangkan telepon pengenalan suara pertama pada 2005. 

        Sayangnya, pada Oktober 2005, Samsung mengaku bersalah atas tuduhan ikut serta dalam konspirasi untuk memanipulasi harga chip memori DRAM secara tidak sah. Perusahaan itu terjerat denda sebesar 300 juta dolar AS.

        Pada akhir 2000-an dan awal 2010-an, Samsung mengakuisisi perusahaan yang mengembangkan teknologi untuk perangkat elektronik. Pada 2011, Samsung merilis Galaxy S II, diikuti pada 2012 oleh Galaxy S III, salah satu smartphone terpopuler di dunia. Pada tahun yang sama juga menandai Samsung menjadi pembuat ponsel terbesar di dunia dan akuisisi mSpot untuk memberikan hiburan kepada pengguna perangkat Samsung.

        Pada Maret 2012, Samsung kembali didenda 14,2 miliar won Korea karena terlibat dalam penetapan harga seluler (bersama dengan LG, Pantech, dan lainnya) yang membuat produsen menaikkan harga ponsel. Perusahaan kemudian didenda 400 juta won Korea lagi karena menghalangi Fair Trade Korea. Komisi menyelidiki masalah itu satu minggu kemudian.

        Pada Agustus 2012, juri California menyatakan Samsung bersalah karena melanggar enam paten Apple dengan berbagai perangkat seluler. Meskipun ada banding yang kuat dari kedua belah pihak (Samsung ingin kasus ini dipertimbangkan kembali, Apple menginginkan lebih banyak uang), Hakim Lucy Koh menetapkan denda awal lebih dari 1 miliar dolar AS.

        Pada Februari 2013, Samsung telah menunda pelaporan kebocoran gas hidrofluorik di pabrik chip di Hwaseong sampai seorang karyawan meninggal. Dia kemudian didenda sedikitnya 1 juta won Korea (sekira 923 dolar AS).

        Perusahaan melakukan akuisisi tambahan di tahun-tahun berikutnya, termasuk organisasi yang akan membantunya memperluas penawarannya dalam teknologi medis, smart TV, layar OLED, otomatisasi rumah, solusi pencetakan, solusi cloud, solusi pembayaran, dan kecerdasan buatan.

        Pada September 2014, Samsung mengumumkan Gear VR, perangkat realitas virtual yang dikembangkan untuk digunakan dengan Galaxy Note 4. Pada 2015, Samsung memiliki lebih banyak paten AS yang disetujui daripada perusahaan lain, dengan lebih dari 7.500 paten utilitas diberikan sebelum akhir tahun. 

        Pada 2017, Samsung diberi izin pemerintah untuk mulai menguji mobil self-driving. Tahun berikutnya, Samsung mengumumkan bahwa mereka akan memperluas rencana energi terbarukannya dan mempekerjakan 40.000 karyawan selama tiga tahun ke depan.

        Pada Mei 2019, untuk pertama kalinya di Eropa, konten demonstrasi 8K diterima melalui satelit tanpa memerlukan penerima eksternal atau dekoder terpisah menggunakan TV Samsung. Pada konferensi Hari Industri SES 2019 di Betzdorf, Luksemburg menyiarkan konten 8K berkualitas (dengan resolusi 7680x4320 piksel pada 50 frame/dtk) dikodekan menggunakan encoder Spin Digital HEVC (pada kecepatan data 70 Mbit/dtk), ditautkan ke transponder tunggal 33 MHz pada satelit SES Astra 28,2 derajat E dan downlink diterima dan ditampilkan pada TV model produksi Samsung 82in Q950RB.

        Dengan kesuksesan bisnis elektroniknya, kini Samsung telah diakui dunia sebagai pemimpin teknologi. Ini juga termasuk dalam 10 merek teratas di global.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Muhammad Syahrianto
        Editor: Muhammad Syahrianto

        Bagikan Artikel: