Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Kisah Perusahaan Raksasa: Daimler, Otomotif Mewah dari Jerman

        Kisah Perusahaan Raksasa: Daimler, Otomotif Mewah dari Jerman Kredit Foto: Reuters/Regis Duvignau
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Pandemi virus corona atau Covid-19 yang terus menjamur di seluruh dunia bukan hanya membawa krisis kesehatan besar-besaran. Tapi, hal itu juga dengan cepat memukul perekonomian global. 

        Di masa-masa sulit ini, banyak pemimpin gagal mengambil keputusan yang tepat dan cepat, sehingga peluang potensial lenyap begitu saja. Pemerintah mesti menghadapi ketidakpastian tanpa arah, dan pasar terjerembab dalam kekacauan. Ujungnya, resesi ekonomi global mengintai tiap negara. 

        Baca Juga: Kisah Perusahaan Raksasa: Samsung Si Taipan Elektronik Korsel

        Pusat bisnis dan ekonomi banyak yang tutup. Pembatasan dan penguncian wilayah untuk mencegah penularan virus corona adalah penyebabnya. Pada gilirannya, salah satu industri yang masih berjuang adalah bisnis perakitan kendaraan atau otomotif.

        Perusahaan otomotif secara umum bergejolak di tengah pandemi Covid-19. Seperti banyak industri lain di seluruh dunia, sektor otomotif nampaknya mengalami penurunan tajam dalam permintaan kendaraan. Beberapa alasan memperkuat hal ini antara lain gangguan rantai pasokan suku cadang dari China, Eropa dan Amerika Serikat, serta keterlambatan jadwal produksi dan ketidakpastian pasar. 

        Dalam laporan CounterPoint Research pada Selasa (1/9/2020), penjualan kendaraan penumpang (passenger vehicle) di dunia turun hampir 7 persen dari tahun ke tahun (year on year) pada Juli 2020. Secara keseluruhan, penjualan kendaraan penumpang di dunia dari Januari hingga Juli tercatat turun 25 persen yoy. 

        Meski sebagian besar negara sudah menampakkan tanda-tanda pemulihan ekonomi, itu bukan jaminan kepastian situasi pasar. Akibatnya, CounterPoint memperkirakan penurunan penjualan di angka 20 persen akan bertahan di 2020.

        Selaras dengan itu, salah satu raksasa otomotif dunia, Daimler AG, mengalami kontraksi signifikan. Raksasa asal Jerman mencatatkan penurunan sekitar 2 persen untuk pendapatan tahunan mereka dari 197,5 juta pada 2019 menjadi 193,3 juta dolar AS pada tahun ini. Namun yang terparah adalah adanya minus 68,9 persen pada laba bersih, sehingga tahun ini perusahaan hanya membukukan keuntungan 2,6 juta dolar AS. 

        Jika dilihat dari pendapatannya, Daimler kini menduduki peringkat ke-20 daftar perusahaan raksasa versi Global 500, Fortune. Di sisi lain, aset perusahaan dan harga pasar terlihat aman masing-masing di angka 339,5 juta dan 47 juta dolar AS. 

        Masalah tak hanya terjadi karena penjualan lemah, Daimler juga menghadapi serangkaian tantangan mulai dari kerusakan airbag hingga tuduhan terhadap perusahaan atas emisi gas beracun dari beberapa kendaraan dieselnya. Namun, perusahaan dilaporkan menyangkal melakukan kesalahan. 

        Sang CEO Ola Kallenius menyampaikan bahwa perusahaan berfokus pada pemotongan biaya dan peningkatan bisnis di China. Daimler juga ingin merealisasikan agenda besar pengembangan kendaraan listrik pada akhir tahun ini.

        Lantas bagaimana perjuangan Daimler untuk mencapai posisi tersebut? Pada Kamis (3/9/2020) hari ini, Warta Ekonomi siap mengulas kisah perjalanan perusahaan raksasa asal Jerman itu. Dikutip dan diolah dari berbagai sumber, kami sajikan uraian tersebut menjadi artikel sebagai berikut.

        Asal-usul Daimler AG dimulai pada 1886 ketika Carl Benz dan Gottlieb Daimler masing-masing menciptakan kendaraan penumpang secara independen. Benz sukses merakit mobil yang ia beri nama Patent-Motorwagen di Mannheim, sedangkan Daimler di Stuttgart menciptakan Daimler Motorized Carriage. 

        Benz dan Daimler kemudian mendirikan perusahaannya masing-masing Benz & Cie. pada 1886 dan Daimler Motoren-Gesellschaft (DMG) pada 1896. 

        Mesin berbahan bakar bensin pertama yang dikembangkan oleh Carl Benz adalah unit satu silinder dua langkah yang dijalankan pertama kali pada Malam Tahun Baru 1879. Benz memiliki begitu banyak kesuksesan dengan mesin ini sehingga dia dapat mencurahkan lebih banyak waktu untuk mimpinya menciptakan mobil ringan yang didukung oleh mesin bensin dengan sasis dan mesin membentuk satu kesatuan.

        Benz menyelesaikan kendaraan dua tempat duduk bermesin empat langkah silinder tunggal pada 1885. Mesin itu berkecepatan tinggi dan dipasang secara horizontal di bagian belakang, rangka baja tubular, roda diferensial, dan tiga roda dengan ujung kawat. 

        Antara 1886 itu, Benz duduk mengendarai kendaraannya untuk mengitari jalan setapak di samping pabrik kecilnya. Sementara istri dan para pekerjanya berdiri menyaksikan di dekatnya. Mobil itu memiliki tiga roda dengan kecepatan kira-kira 10 mil per jam. 

        Peristiwa itu kemudian membuat mobil ciptaan Benz dengan cepat dikenal. Selain itu berkat kualitas bahan dan konstruksinya, banyak orang menyukai roda empatnya. 

        Pada 29 Januari 1886, Benz mengajukan paten untuk kendaraan bertenaga mesin miliknya. Paten dapat dianggap sebagai akta kelahiran mobil. Pada Juli 1886, surat kabar memberitakan tentang peluncuran pertama mobil Benz Patent Motor Car roda tiga, model no. 1.

        Benz menjalankan perusahaannya dibantu oleh 50 karyawan pada 1888. Dua tahun kemudian dia mulai merakit kendaraan roda empat. 

        Di sisi lain, keyakinan Daimler soal mesin pembakaran internal sama kuatnya dengan Benz. Berawal sebagai ahli senjata api, Daimler kemudian sekolah insinyur di Jerman, Inggris, Belgia, dan Prancis. Usai menamatkan studinya, pria Stuttgart itu bekerja di sejumlah perusahaan Jerman dan Inggris. 

        Tak butuh waktu lama, Daimler berhasil menjabat direktur teknis untuk Gasmotorenfabrik Deutz, Jerman. Kecewa dengan terbatasnya visi perusahaan, dia dan seorang rekan dan peneliti di perusahaan itu, Wilhelm Maybach, mengundurkan diri pada 1882, untuk mendirikan bengkel eksperimental mereka sendiri. 

        Daimler dan Maybach menguji mesin pertama mereka dengan sepeda kayu. Mereka kemudian memasukan mesin ke dalam kendaraan roda empat dan perahu. Daimler lantas menjual mesinnya pada orang Prancis, Panhard-Levassor --yang kemudian melawannya karena menggunakan namanya. 

        Pada 1896, pabrik Daimler di Inggris mendapat lisensi paten. Hal itu kemudian menandakan berdirinya perusahaan independen dari Daimler Motoren-Gesellschaft Jerman. Mobil mewah produksi Daimler pertama dijual kepada sultan Maroko pada 1899.

        Kisah bagaimana Daimler menemukan nama merek baru untuk mobilnya telah menjadi legenda. Pada 1900, Konsulat Jenderal Austro-Hongaria dan pengusaha Emil Jellinek mendekati perusahaan tersebut dengan sebuah saran. Dia menawarkan untuk menjamin produksi mobil performa tinggi baru. Sebagai gantinya, dia meminta agar kendaraan itu diberi nama sesuai putrinya, Mercedes. 

        Mercedes-Daimler terus membuat sejarah dalam dunia otomotif. Pada 1906, insinyur muda Ferdinand Porsche menggantikan putra tertua Daimler, Paul, sebagai insinyur kepala di pabrik perusahaan di Austria. Alasannya, Paul Daimler kembali ke pabrik utama di Stuttgart.

        Selama lima tahun Porsche bersama Daimler, dia menghasilkan 65 desain, yang menjadikannya salah satu perancang otomotif paling berpengaruh dan produktif yang pernah ada. Kira-kira pada waktu yang sama, pada 1909, lambang bintang Mercedes didaftarkan. Dalam waktu singkat lambang itu telah menghiasi radiator semua mobil perusahaan sejak 1921.

        Pada 1924, perusahaan Daimler dan Benz mulai mengoordinasikan desain dan produksi, tetapi mempertahankan nama merek mereka sendiri. Mereka bergabung sepenuhnya pada 1926 untuk memproduksi mobil dengan nama Mercedes-Benz. Penggabungan tidak diragukan lagi menyelamatkan kedua perusahaan dari kebangkrutan dalam kemiskinan dan inflasi Jerman pasca-Perang Dunia I.

        Perusahaan terus berkembang sepanjang dekade 1930-an. Peserta paling sukses secara konsisten dalam sejarah balap mobil, Mercedes-Benz mencetak kemenangan internasional yang menambah reputasinya. 

        Keberhasilan balap perusahaan juga digunakan sebagai propaganda oleh Third Reich pada tahun-tahun sebelum Perang Dunia II. Mercedes-Benz menjadi transportasi parade Adolph Hitler. Setiap kali dia difoto di dalam kendaraan, itu adalah Mercedes. 

        Pada 1939 negara mengambil alih industri otomotif Jerman, dan selama perang Daimler-Benz mengembangkan dan memproduksi truk, tank, dan mesin pesawat untuk Luftwaffe. Pentingnya perusahaan untuk mesin perang Jerman menjadikan Daimler-Benz sebagai target utama serangan pengeboman Sekutu. 

        Serangan udara selama dua minggu pada September 1944 menghancurkan 70 persen atau lebih pabrik perusahaan. Meskipun hanya sedikit yang tersisa dari perusahaan, para pekerja kembali melanjutkan pekerjaan lama mereka setelah perang. Yang mengejutkan banyak orang, pabrik pulih dan perusahaan kembali menjadi salah satu pabrikan mobil paling sukses di dunia.

        Sebagian besar pertumbuhan Daimler-Benz pada periode 1950-an terjadi di bawah arahan pemegang saham Friedrich Flick. Flick, seorang terpidana penjahat perang, kehilangan 80 persen dari kekayaannya pada akhir Perang Dunia II. Namun dia masih memiliki cukup uang untuk membeli lebih dari 37 persen saham di Daimler-Benz antara 1954 dan 1957. 

        Pada 1959, investasinya sebesar 20 juta dolar AS atau setara 200 juta saat ini, menjadikannya industrialis peringkat kedua di Jerman. Kepemilikan saham Flick memungkinkan dia untuk mendorong perusahaan tersebut membeli 80 persen saham pesaingnya, Auto Union, untuk mendapatkan mobil yang lebih kecil untuk lini produk Daimler. Akuisisi tersebut menjadikan Daimler-Benz sebagai produsen mobil terbesar kelima di dunia dan terbesar di luar AS.

        Akuisisi ini mungkin mengurangi dampak kompetitif dari mobil kompak AS yang baru diperkenalkan pada 1950-an. Selain itu, Daimler-Benz menghadapi ancaman yang lebih kecil daripada pembuat mobil Eropa lainnya karena Mercedes menarik segmen pasar yang terdiri dari pelanggan kaya yang sadar status, dan daya tariknya tumbuh dengan mantap. 

        Pada 1960 Daimler-Benz telah memiliki 83.000 karyawan di tujuh pabrik Jerman Barat. Pabrik tambahan berlokasi di Argentina, Brasil, dan India, dan perusahaan telah mendirikan jalur perakitan di Meksiko, Afrika Selatan, Belgia, dan Irlandia.

        Pandangan konservatif Daimler-Benz terbukti dalam strategi pertumbuhan bertahap, konsentrasi pada bidang keahlian, pandangan ke depan, dan kemauan untuk mengorbankan penjualan dan pendapatan jangka pendek untuk keuntungan jangka panjang. Konservatisme ini membantu melunakkan efek resesi dan kekurangan bahan bakar yang telah sangat memengaruhi produsen mobil lain pada 1970-an. 

        Sementara banyak pabrikan menutup fasilitas dan memotong jam kerja pekerja, Daimler-Benz mencatatkan rekor perolehan penjualan. Sang bos, Joachim Zahn, yang juga seorang pengacara, mengatakan perusahaan telah memperkirakan fase sulit yang akan dihadapi industri otomotif. Antara 1973 dan 1975, Zahn telah menyisihkan sekitar 250 juta dolar AS sebagai persiapan untuk masa-masa sulit. 

        Sementara pembuat mobil lain menghabiskan waktu dan uang untuk perubahan model, Daimler-Benz telah berinvestasi pada mesin yang ditenagai oleh bahan bakar diesel yang murah. Kendaraan ini menghasilkan 45 persen dari produksinya pada pertengahan 1970-an. Perusahaan bukannya tanpa masalah selama tahun-tahun ini, karena biaya tenaga kerja yang tinggi dan nilai merek Jerman yang meningkat,  membuat mobil Mercedes-Benz lebih mahal dari sebelumnya. Namun, alih-alih mengurangi biaya atau mengambil jalan pintas, perusahaan itu mulai menyebut mobilnya sebagai "investasi".

        Beberapa pengambilan risiko tidak bisa dihindari, tapi biasanya itu terbayar. Daimler-Benz meningkatkan produksi mobilnya dari 350.000 menjadi 540.000 unit per tahun antara 1975 dan 1983. 

        Sebagian besar peningkatan tersebut disebabkan oleh pengenalan model 190 pada 1983, versi yang lebih kecil dari mobil sedannya. Meskipun ada kekhawatiran bahwa 190 akan mengkanibal penjualan mobil yang lebih besar, basis pelanggan 190 punya Daimler-Benz yang diperluas. Model baru menarik pelanggan yang lebih muda, menurunkan usia rata-rata pemilik Mercedes dari 45 menjadi 40.

        Sebagai produsen mobil mewah, Daimler-Benz tidak begitu rentan dibandingkan kebanyakan produsen mobil lainnya terhadap perubahan permintaan selama awal 1980-an. Sebagian besar pelanggan Mercedes-Benz cukup kaya untuk mengatasi kekhawatiran tentang tingkat keuangan, inflasi, resesi, harga bensin, atau keringanan pajak. 

        Pada awal 1985, misalnya, anggota parlemen Jerman ragu-ragu atas keringanan pajak bagi pembeli mobil dengan emisi gas buang yang lebih rendah. Pada gilirannya banyak orang Jerman menunda pembelian mobil sampai mereka dapat melihat ke arah mana keseimbangan akan berayun. 

        Sementara pabrikan mobil lain menderita akibat jatuhnya penjualan. Daimler-Benz tidak terpengaruh. Tidak hanya mobil bertenaga diesel yang menghasilkan asap lebih sedikit, tetapi sebagian besar pengemudi Mercedes tidak peduli tentang tunjangan pajak.

        Selama pertengahan 1980-an Daimler-Benz dihadapkan pada peningkatan dramatis dalam persaingan untuk pasar mobil mewah, segmen bisnis mobil yang tumbuh paling cepat. Seiring dengan persaingan pasar ini pun semakin cepat dan canggihnya riset otomotif pesaing. Misalnya, insinyur perintis Daimler-Benz menghabiskan 18 tahun mengembangkan rem anti-selip agar pengemudi dapat mengontrol kendaraan mereka saat berhenti mendadak. 

        Persaingan dan tingginya harga penelitian dan pengembangan adalah dua faktor yang memicu gerakan mendadak Daimler-Benz di tahun antara Februari 1985 dan Februari 1986. 

        Analis industri terkejut ketika perusahaan tersebut mengakuisisi, secara berurutan, tiga konglomerat besar. Ini adalah penyimpangan dari tradisi pertumbuhan bertahap Daimler-Benz. Pada Februari 1985 Daimler-Benz mengakuisisi Motoren-und-Turbinen-Union, yang membuat mesin pesawat terbang dan motor diesel untuk tank dan kapal. 

        Daimler sudah memiliki 50 persen saham di perusahaan itu, dan ketika MAN (mitra Daimler-Benz dan produsen truk dan bus besar) ingin memperoleh uang tunai, perusahaan membeli saham MAN seharga 160 juta dolar AS. Penjualan Motoren-und-Turbinen-Union pada 1984 adalah 768 juta dolar AS.

        Akuisisi kedua menyusul pada Mei 1985. Daimler-Benz menghabiskan 130 juta dolar AS untuk 65,6 persen saham Dornier, produsen swasta sistem pesawat ruang angkasa, pesawat komuter, dan peralatan medis dengan penjualan sebesar 530 juta dolar AS pada 1984. 

        Pada awal 1986 Daimler-Benz melakukan akuisisi ketiganya. Mereka membayar 820 juta dolar AS untuk mengendalikan AEG, produsen peralatan elektronik berteknologi tinggi seperti turbin, robotika, dan pemrosesan data, serta peralatan rumah tangga. 

        Banyak pengamat industri meragukan diversifikasi perusahaan yang sudah berjalan dengan baik. Keuntungan meningkat setiap tahun kecuali satu antara 1970 dan 1985, dan meningkat lebih dari 50 persen pada 1985 saja. Beberapa analis juga mempertanyakan kecepatan pembelian Daimler-Benz, serta kemampuan manajemen untuk menyatukan perusahaan yang begitu besar dan beragam.

        Deutsche Bank (memiliki 28 persen dari saham Daimler-Benz) menjadi semakin terganggu oleh kurangnya program Breitschwerdt yang jelas untuk mengintegrasikan 5,5 miliar dolar AS perusahaan dalam akuisisi baru-baru ini. Werner Breitschwerdt adalah ketua dewan manajemen Daimler-Benz, mempertahankan kepercayaan penuh pada langkah diversifikasi itu.

        Pada Juli 1987, Breitschwerdt mengumumkan pengunduran dirinya. Meskipun ada rasa keberatan dari beberapa anggota dewan, tetapi dengan persetujuan penuh Deutsche Bank, Edzard Reuter, kepala perencana strategis perusahaan, ditunjuk untuk menggantikan Breitschwerdt. 

        Pada awal 1990-an, ekonomi Jerman memburuk. Dan, konsekuensi dari pengeluaran besar-besaran Daimler-Benz pada pertengahan 1980-an mulai berdampak. 

        Untuk pertama kalinya dalam sejarah, Daimler-Benz terpaksa merumahkan 14.000 pekerjanya (melalui pensiun dini dan pengurangan tenaga kerja) di divisi otomotifnya karena penjualan Mercedes anjlok dan keuntungan keseluruhan Daimler turun 25 persen pada 1992. Berharap untuk meningkatkan penjualan dengan ekspansi, Mercedes-Benz membeli lima persen saham di Perusahaan Motor Ssangyong Korea pada Desember untuk membangun kendaraan berpenggerak empat roda, van, dan kemudian mobil penumpang menggunakan mesin dan teknologi Mercedes.

        Angka kuartal pertama 1993 mencerminkan resesi yang semakin meluas di Jerman. Laba bersih Daimler-Benz anjlok 96 persen menjadi 12,4 juta dolar AS dengan penjualan seluruhnya sebesar 13,1 miliar dolar AS. 

        Namun dengan tujuan jangka panjang, Daimler-Benz mengumumkan dana cadangan sebesar 2,4 miliar dolar AS dalam upaya menjadi perusahaan Jerman pertama yang terdaftar di Bursa Efek New York (NYSE). 

        Pada pertengahan 1990-an, dengan menggunakan prosedur akuntansi AS yang ketat, Daimler-Benz melaporkan penjualan sebesar 69,6 miliar dolar AS dan kerugian pertamanya sejak akhir Perang Dunia II. Namun manuver keuangan perusahaan di awal tahun telah membuahkan hasil. Pada Oktober 1993, Daimler-Benz dengan penuh kemenangan mencatatkan sahamnya di Papan Besar NYSE.

        Daimler-Benz menyelesaikan 1993 dengan pendapatan keseluruhan sebesar 70 miliar dolar AS, dengan pengaruh penjualan dibatasi oleh tingkat suku bunga yang lebih tinggi, peningkatan pendapatan pajak pertambahan nilai, dan pasar Eropa yang lesu. Kerugian tahun ini mencapai 1,3 miliar dolar AS, termasuk defisit 88,3 juta dolar AS dari Deutsche Aerospace AG (DASA), yang terus mengalami pendarahan selama beberapa tahun berikutnya.

        Percaya telah melewati badai resesi terburuk, Daimler-Benz naik kembali ke profitabilitas pada 1994 dengan pendapatan 750 juta dolar AS. Sebagian karena peningkatan tajam dalam pembelian dan penjualan di luar Jerman. Namun 1995 membuktikan serangkaian pasang surut yang dimulai dengan pergantian pemimpin Edzard Reuter mundur sebagai CEO dan digantikan oleh mantan anak didik Jurgen E. Schrempp, mantan ketua DASA.

        Di antara langkah pertama Schrempp adalah membendung aliran tinta merah di Daimler-Benz. Dia mengatur merger 50/50 dengan ABB Swedia-Swiss Asea Brown Boveri Ltd. dengan imbalan 900 juta dolar AS tunai. Usaha baru, ABB Daimler-Benz Transportation, akan menjadi penyedia sistem rel internasional terbesar di dunia, menghasilkan penjualan di sekitar 4,5 miliar dolar AS per tahun. 

        Namun DASA dan Daimler-Benz yang bermasalah. Usai perusahaan diperkirakan rugi mencapai 2 miliar pada 1995, mereka masih menghadapi kemungkinan pengurangan tenaga kerja sebesar 20.000 atau lebih. Sisi positifnya, Daimler-Benz menandatangani kontrak dengan China dan Korea pada Mei untuk mengembangkan jet komersial baru senilai 2,4 miliar dolar AS (menampung sekitar 120 penumpang) untuk pasar Asia.

        Bertekad untuk mempertahankan Daimler-Benz di jalurnya, Schrempp berjanji untuk memperkuat perusahaan transportasi terintegrasi dengan menghilangkan 200 posisi manajemen atas di kantor pusat Stuttgart. Konglomerat yang masih menghadapi biaya produksi yang tinggi dan berharap outsourcing global lebih lanjut mesti dapat mengatasi masalah tersebut. 

        Selain itu, Schrempp memerintahkan anak perusahaan yang goyah seperti DASA dan Daimler-Benz Industrie untuk membentuk dan membendung kerugian atau menghadapi konsekuensinya. Namun, terlepas dari kemerosotan siklus di berbagai perusahaannya, Daimler-Benz bertahan tidak hanya sebagai induk dari Mercedes-Benz yang terus populer, tetapi juga sebagai contoh industri Jerman yang terbaik.

        Pada Mei 1998, Chrysler Corporation dan Daimler-Benz mengumumkan rencana untuk bergabung. Daimler-Benz mengakuisisi pembuat mobil AS tersebut senilai lebih dari 35 miliar dolar AS dalam pertukaran saham. 

        Para pemegang saham dari masing-masing perusahaan menyetujui kesepakatan tersebut pada bulan September, dan penggabungan diselesaikan pada 12 November 1998. Saham Daimler-Chrysler mulai diperdagangkan di bursa saham akhir bulan itu.

        Di bawah persyaratan perjanjian merger, akan ada dua markas besar dan ketua, dan bahasa resmi DaimlerChrysler adalah bahasa Inggris. Juga ditekankan bahwa identitas merek produk akan dipisahkan (yaitu, Mercedes tidak akan dijual di dealer Chrysler, tidak ada mobil Chrysler yang akan membawa lambang bintang berujung tiga Mercedes).

        Pada awal 2000-an Daimler-Chrysler berusaha memperkuat posisinya di industri otomotif. Perusahaan membeli 34 persen Mitsubishi Motors pada 2000, sebuah langkah yang membuat Daimler-Chrysler menjadi pembuat mobil terbesar ketiga di dunia (setelah General Motors Corporation dan Ford Motor Company). 

        Tahun berikutnya perusahaan tersebut menjual Adtranz, pemasok sistem rel, untuk berkonsentrasi pada bisnis otomotifnya. Kesepakatannya dengan Mitsubishi terbukti menguras finansial. 

        Dan pada 2005 Daimler-Chrysler telah sepenuhnya melepaskan sahamnya di perusahaan otomotif Jepang. Divisi Chrysler membukukan kerugian 1,5 miliar dolar AS pada 2006, mempercepat penjualannya ke perusahaan ekuitas swasta AS Cerberus Capital Management pada 2007. Daimler-Chrysler mengganti namanya menjadi Daimler AG pada Oktober 2007.

        Pada Juli 2019, BAIC Group membeli 5 persen saham Daimler, yang merupakan pemegang saham timbal balik di anak perusahaan BAIC yang terdaftar di Hong Kong. Pada September 2019, Daimler mengumumkan bahwa mereka akan menghentikan inisiatif pengembangan mesin pembakaran internal sebagai bagian dari upayanya untuk merangkul kendaraan listrik. Pada Februari 2020, Daimler bermitra dengan Opus 12 untuk menciptakan pilar C pertama di dunia yang dibuat dengan polikarbonat dari elektrolisis CO2 dalam upaya menuju armada netral karbon sepenuhnya.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Muhammad Syahrianto
        Editor: Muhammad Syahrianto

        Bagikan Artikel: