Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Ramalan BI Soal Rupiah dan Deflasi di Pekan Pertama September

        Ramalan BI Soal Rupiah dan Deflasi di Pekan Pertama September Kredit Foto: Antara/Reno Esnir
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Bank Indonesia (BI) mencatat nilai tukar rupiah dalam kondisi stabil memasuki pekan pertama September 2020 di tengah pandemi Covid-19 yang masih melanda Indonesia.

        Pada akhir Kamis (3/8/2020), rupiah ditutup pada level (bid) Rp14.760 per dolar AS. Kemudian pada Jumat pagi (4/8/2020), rupiah dibuka pada level (bid) Rp14.700 per dolar AS.

        Sementara yield Surat Berharga Negara (SBN) 10 tahun naik ke level 6,92% pada kemarin. Lalu pada hari ini, yield SBN 10 tahun naik menjadi 6,91%. Premi Credit Default Swaps (CDS) Indonesia lima tahun turun ke 85,72 bps per 3 September 2020 dari 93,41 bps per 28 Agustus 2020.

        Baca Juga: Resesi di Depan Mata, Orang Selevel Sri Mulyani Pasrah!?

        Baca Juga: Depresi Besar Bisa Terulang, Indikatornya Sudah Terlihat

        Terkait aliran modal asing, berdasarkan data transaksi 31 Agustus–3 September 2020, nonresiden di pasar keuangan domestik terjadi jual neto atau outflow Rp2,56 triliun, dengan beli neto di pasar SBN sebesar Rp1,57 triliun dan jual neto di pasar saham sebesar Rp4,13 triliun.

        "Berdasarkan data setelmen selama 2020 (ytd), nonresiden di pasar keuangan domestik jual neto Rp149,19 triliun," ujar Kepala Departemen Komunikasi BI Onny Widjanarko di Jakarta, Jumat (4/9/2020).

        Lebih lanjut, inflasi berada pada level yang rendah dan terkendali. Berdasarkan Survei Pemantauan Harga pada minggu I September 2020, perkembangan harga pada bulan September 2020 diperkirakan deflasi sebesar 0,01% (mtm). 

        "Dengan perkembangan tersebut, perkiraan inflasi September 2020 secara tahun kalender sebesar 0,92% (ytd), dan secara tahunan sebesar 1,46% (yoy)," kata Onny.

        Onny mengungkapkan, penyumbang utama deflasi pada periode laporan antara lain berasal dari komoditas daging ayam ras sebesar -0,05% (mtm), bawang merah sebesar -0,03% (mtm), cabai merah dan telur ayam ras masing-masing sebesar -0,02% (mtm),  serta cabai rawit, jeruk, dan emas perhiasaan masing-masing sebesar -0,01% (mtm).

        "Sementara itu, komoditas penyumbang inflasi yaitu bawang putih dan minyak goreng masing-masing sebesar 0,01% (mtm)," tambahnya.

        Ke depan, BI akan terus memperkuat koordinasi dengan pemerintah dan otoritas terkait untuk memantau secara cermat dinamika penyebaran Covid-19 dan dampaknya terhadap perekonomian Indonesia dari waktu ke waktu, serta langkah-langkah koordinasi kebijakan lanjutan yang perlu ditempuh untuk menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan, serta menopang pertumbuhan ekonomi Indonesia tetap baik dan berdaya tahan.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Fajar Sulaiman
        Editor: Rosmayanti

        Tag Terkait:

        Bagikan Artikel: