Kondisi persaingan dan perkembangan yang begitu cepat, membutuhkan kontribusi pendidikan dalam menghasilkan sumber daya manusia yang unggul dan berdaya saing. Salah satu indikator majunya suatu bangsa ditentukan dengan indeks pengembangan kualitas sumber daya manusia, yang hasilnya didapat dari proses pendidikan yang bermutu.
Beberapa waktu lalu Presiden Jokowi menyatakan bahwa pendidikan vokasi menjadi solusi untuk penciptaan sumber daya manusia yang berkompetensi, berdaya saing, dan siap bekerja profesional.
Pendidikan vokasi yang ada harus diperluas aksesnya, diberikan kesempatan yang besar kepada seluruh warga negara untuk mendapatkan akses keterampilan melalui pendidikan vokasi.
Baca Juga: Cari Job Seeker-Creator Andal, Kementan Link & Match dengan KIBIF
Baca Juga: PDIP Tuduh Rongrong Tolak Jokowi, PKS Meledak: Sangat Tendensius
Untuk itu Kementerian Pertanian (Kementan) melalui Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumberdaya Manusia Pertanian (BPPSDMP) terus meningkatkan kualitas pendidikan vokasinya.
Kementan memiliki enam Politeknik Pembangunan Pertanian (Polbangtan), satu Politeknik Enjiniring Pertanian Indonesia (PEPI), dan dua Sekolah Menengah Kejuruan Pembangunan Pertanian (SMKPP) yang tersebat di seluruh di Indonesia.
Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo mengatakan bahwa SDM pertanian harus dibentuk dengan karakter yang baik, ucapan yang santun, perilaku yang mencerminkan umat yang beragama, dan berkeahlian profesional serta memiliki rasa kebangsaan yang kuat. Untuk itu diperlukan pendidikan vokasi yang menggabungkan teori dengan praktik.
"Alumni atau lulusan pendidikan vokasi pertanian merupakan lulusan yang dididik untuk profesional, mandiri, berdaya saing, dan dapat bekerja di DU/DI (dunia usaha dan dunia industri)," kata Kepala BPPSDMP Dedi Nursyamsi melalui pernyataan tertulis (7/9/2020).
Dia menambahkan salah satu indikasi keberhasilan dari pendidikan vokasi adalah output atau alumninya dapat diserap oleh DU/DI. "Jika alumni pendidikan vokasi tidak bisa diserap oleh DU/DI, maka gagal menghasilkan SDM berkualitas yang dibutuhkan DU/DI," tegasnya.
Selanjutnya Kepala Pusat Pendidikan Pertanian, Idha Widi Arsanti menjelaskan bahwa saat ini Kementan telah menjalin banyak kerja sama dengan beberapa pihak. Tujuannya agar pendidikan vokasi lingkup Kementan dapat melakukan Link and Match dengan DU/DI, baik dari kurikulum maupun sistem pembelajarannya.
Ayu Yulia Azie merupakan salah satu alumni Polbangtan Bogor lulusan tahun 2019 yang diserap oleh DU/DI dan saat ini bekerja di Yayasan Dharma Bhakti Astra (YDBA).
YDBA merupakan yayasan yang didirikan oleh William Soeryadjaya pada 1980 dengan filosofi; berikan kail bukan ikan. YDBA didirikan sebagai komitmen Astra untuk berperan secara aktif dalam membangun bangsa.
Rekrutmen yang dilakukan oleh YDBA telah dilaksanakan sejak alumni Polbangtan Bogor tahun 2018, dan dilanjutkan oleh Ayu dan teman lainnya karena YDBA menganggap bahwa reputasi dari alumni Polbangtan baik dan dapat bekerja pada YDBA sehingga kerja sama antara Polbangtan dan DU/DI masih berjalan.
Ayu menjelaskan bahwa para alumni Polbangtan yang berhasil direkrut oleh Astra pada YDBA akan terjun langsung ke masyarakat untuk mendampingi dan membina UMKM atau kelompok masyarakat lainnya.
YDBA memiliki program khusus yang bernama Sektor Unggulan (Sekung). Menurutnya, Sekung yang dilaksanakan di Tabalong adalah produksi gula semut aren. Gula semut aren diproduksi dengan berbagai varian rasa, seperti gula aren kopi pasak bumi, gula aren temulawak, gula aren jahe merah, gula aren kunyit sirih, dan gula aren kunyit asam sirih.
Kegiatan pendampingan dan pembinaan yang dilakukan di YDBA sejalan dengan pendidikan yang diterima di Polbangtan karena kegiatan dilakukan dengan pendekatan langsung pada masyarakat.
"Sejalan dengan basis pendidikan sebagai penyuluh pertanian, kami telah terbiasa langsung menetapkan kepada petani, kini pada YDBA memiliki lingkup yang lebih luas yakni langsung diterapkan pada masyarakat (tidak hanya petani)," jelas Ayu.
Saat ini Ayu ditempatkan di daerah Tabalong, Kalimantan Selatan. Mayoritas mata pencaharian masyarakat Tabalong adalah sebagai penyadap karet dan penyadap pohon aren. Hal ini terjadi karena keadaan hutan yang sangat luas dan di dalamnya terdapat banyak pohon aren sehingga dimaanfaatkan oleh masyarakat sekitar untuk dijadikan gula semut aren.
Pohon aren yang berada di Tabalong merupakan pohon aren liar tanpa dibudidayakan oleh masyarakat. Menurut ayu, "pohon aren di sini bukan pohon yang dibudidayakan secara sengaja oleh masyarakat sekitar, tetapi menurut warga biji aren tersebut dibawa ke tempat lain oleh musang sehingga dapat tumbuh liar di dalam hutan."
Selain program Sekung, Ayu juga membina UKM lain seperti Kelompok Wanita Tani (KWT) Ratu Zaleha yang mempoduksi sayur-sayuran serta mendirikan rumah makan dengan konsep sayuran yang diproduksi akan diolah dan dijual oleh rumah makan tersebut.
Tidak hanya itu, di sekitar rumah makan terdapat banyak kolam ikan yang juga dijadikan daya tarik untuk menarik minat konsumen sehingga ikan yang dipesan konsumen adalah hasil memancing yang dilakukan mereka sendiri. (NRT/LL)
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Rosmayanti