Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Bahrain Berdamai dengan Israel, Palestina Seakan Ditikam Lagi

        Bahrain Berdamai dengan Israel, Palestina Seakan Ditikam Lagi Kredit Foto: Rawpixel
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Bahrain akhirnya membuka hubungan diplomatik dengan Israel. Kesepakatan ini dianggap sebagai tikaman baru oleh Palestina.

        Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) menyatakan, dikutip kantor berita Qatar, Al Jazeera, kesepakatan itu mengancam memperparah keadaan dan merupakan tikaman baru bagi Palestina. Presiden Palestina Mahmoud Abbas dengan tegas mengecam kesepakatan Bahrain-Israel tersebut, sementara Israel masih melanjutkan pendudukan militernya di wilayah Palestina.

        Baca Juga: Pertemuan Liga Arab Selanjutnya Bakal Perjuangkan Palestina

        Pejabat Palestina yang dekat dengan Mahmoud Abbas menyatakan, mestinya negara-negara Arab menyelesaikan masalah Palestina terlebih dahulu, sebelum berdamai dengan Israel.

        Sebelumnya, Jumat (11/9/2020) waktu setempat Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump turut mengumumkan hal ini. Dia bahkan memuji kesepakatan ini sebagai "terobosan bersejarah".

        Keputusan ini, diumumkan dalam pernyataan bersama antara Amerika Serikat, Bahrain dan Israel, setelah Trump berbicara dengan Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu dan Raja Bahrain, Hamad bin Isa Al Khalifa, Jumat.

        "Ini adalah terobosan bersejarah untuk perdamaian lebih lanjut di Timur Tengah," katanya, tentang perdamaian Israel-Bahrain.

        Kesepakatan itu muncul hanya berselang satu bulan, setelah Israel dan Uni Emirat Arab (UEA) mengumumkan kesepakatan yang sama. Bahrain, ujar Trump, akan bergabung dengan Israel dan UEA pada acara penandatanganan kesepakatan di Gedung Putih 15 September mendatang.

        “Tak pernah terpikirkan berhasil secepat ini,” lanjutnya.

        Penasehat senior Gedung Putih yang juga menantu Trump, Jared Kushner memuji perjanjian itu sebagai "puncak dari empat tahun kerja besar" pemerintahan Trump.

        "Kami sedang melihat awal Timur Tengah yang baru, dan presiden (Trump) benar-benar telah mengamankan aliansi dan mitra dalam upaya mewujudkannya," katanya.

        Perjanjian damai antara UEA dan Bahrain dengan Israel, lanjut Kushner, akan membantu mengurangi ketegangan di dunia Muslim. Juga memungkinkan orang memisahkan masalah Palestina dari kepentingan nasional mereka sendiri, dan dari kebijakan luar negeri mereka, yang harus difokuskan pada prioritas masalah-masalah dalam negeri mereka.

        Sementara dalam pernyataan berbahasa Ibrani, Netanyahu mengatakan, dia tergerak mengumumkan perjanjian dengan Bahrain, yang dia nilai menambah sejarah perdamaian dengan Uni Emirat Arab yang lebih dulu berdamai dengan Israel.

        Sedangkan Bahrain, dikutip dari kantor berita resmi Bahrain News Agency (BNA) menyatakan, pihaknya mendukung perdamaian yang adil dan komprehensif di Timur Tengah.

        “Perdamaian itu harus didasarkan pada solusi dua negara (Palestina-Israel) untuk menyelesaikan konflik Israel-Palestina,” kata Raja Hamad.

        Sejak menjabat, Trump selalu mengambil kebijakan pro-Israel. Mulai dari memindahkan Kedutaan Besar AS dari Tel Aviv ke Yerusalem hingga membuat marah Palestina, memerintahkan PLO menutup kantornya di Washington, DC, dan mengakui pendudukan Israel di Dataran Tinggi Golan, yang direbut dari Suriah pada Perang Enam Hari 1967.

        Trump terus memperjuangkan apa yang dia sebut proposal "kesepakatan abad ini", untuk menyelesaikan konflik Israel-Palestina. Negara-negara Teluk Arab [Uni Emirat Arab (UEA), Bahrain, Irak, Oman, Qatar, Arab Saudi dan Kuwait] pun didekati.

        Bahrain misalnya, menjadi tuan rumah konferensi yang dipimpin AS pada Juni 2019 untuk mengungkap sisi ekonomi dari proposal tersebut.

        Saat itu, UEA dan Saudi mendukung setiap perjanjian ekonomi yang akan menguntungkan Palestina. Namun, para pemimpin Palestina memboikot pertemuan itu, karena menilai, pemerintahan Trump bukanlah perantara yang jujur dalam negosiasi apapun dengan Israel.

        Pencitraan Jelang Pemilihan Presiden AS

        Wartawan Al Jazeera di Washington, DC Kimberly Halkett melaporkan, kesepakatan damai antara Israel, Bahrain dan UEA pada dasarnya tidak termasuk agenda prioritas utama bagi sebagian besar pemilih AS.

        Tapi bagi Trump ini tetap penting, karena sebagian besar pendukungnya adalah kalangan Kristen Evangelis yang mendukung sikap Trump yang pro-Israel.

        Karena itu, Trump pun menunjukkan kepada para pendukungnya, sebelum pemilihan presiden Amerika 3 November nanti, bahwa dia bisa menyelesaikan "kesepakatan abad ini" di masa jabatan keduanya. Meski Trump sama sekali tak pernah berbicara dengan Palestina.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Muhammad Syahrianto

        Bagikan Artikel: