Sebagai perusahaan berpengalaman di bidang properti selama lebih dari 30 tahun, Jababeka terus berinovasi mengembangkan kawasannya. Tidak hanya dikenal sebagai kawasan industri, Jababeka kini bertransformasi menjadi kota mandiri yang smart.
Berawal dari sebuah kawasan industri yang berkembang pesat di Cikarang Bekasi, seiring perjalanan mulai muncul perumahan karyawan, fasilitas rumah sakit, sekolah dan universitas, tempat belanja, yang terintegrasi dalam satu kawasan yang disebut Kota Mandiri Jababeka. Baca Juga: Covid-19 Masih Parah, PTPP Mulai Garap Proyek Properti Senilai Triliunan Rupiah
Untuk mengintegrasikan seluruh kegiatan di dalamnya, Jababeka kemudian merancang konsep Smart City, yang mampu menyelesaikan berbagai permasalahan kota secara efektif dan efisien, serta selalu memberikan pelayanan publik yang lebih baik dengan bantuan teknologi. Tujuannya adalah untuk efisiensi sumber daya, meningkatkan kualitas hidup, meningkatkan daya saing ekonomi, dan pemberdayaan warga dan meningkatkan kemakmuran warga. Baca Juga: BTN Gandeng Trans Property Tawarkan KPA Diskon 50%
Tjahjadi Rahardja, Direktur PT Jababeka Tbk, dalam keterangan tertulisnya, Senin (14/9/2020), menjelaskan, Jababeka Smart City memiliki 6 Area Utama, yaitu keamanan, infrastruktur, penduduk, lingkungan, sarana transportasi, dan pusat bisnis dan inovasi. Untuk menghubungkan seluruh area tersebut Jababeka telah didukung dengan jaringan fiber optik untuk layanan Internet berkecepatan tinggi.
Berbeda dengan konsep smart city yang digagas oleh pemerintah, yang fokus untuk memecahkan masalah dan mencari solusi, Smart City yang digagas oleh pihak swasta ada satu tahap bagaimana menghasilkan revenue dari solusi yang ditawarkan. Demikian juga Jababeka Smart City, yang berawal dari sebuah kota industri, revenue juga ditujukan untuk pelaku industri yang ada di kawasan tersebut.
Karena itu Jababeka Smart City berinisiasi untuk menciptakan sebuah ekosistem teknologi layaknya Silicon Valley. Dimana dalam ekosistem tersebut terdapat para pelaku industri startup, yang didukung dengan universitas, laboratorium, investor, akselerator, perusahaan, dan lainnya, termasuk juga pemerintah dan Transit Oriented Development (TOD).
“Startup di sini bukan hanya untuk membuat aplikasi, tetapi juga hardware yang mendukung kegiatan industri 4.0, contohnya membuat switch elektronik yang dapat dikontrol Internet,” jelas Tjahjadi.
Namun untuk mengimplementasikan semua itu tadi, lanjut Tjahjadi Jababeka membutuhkan sebuah platform yang menjadi penghubung antara infrastruktur meliputi jaringan Internet dan IoT dengan aplikasi yang dibutuhkan. Sebagai enabler tersebut, Jababeka menggunakan solusi Geographic Information System (GIS) yang ditawarkan oleh Esri Indonesia.
Achmad Istamar, CEO Esri Indonesia menjelaskan, solusi GIS menawarkan kemudahan dalam pengambilan keputusan, mengingat besarnya aset dan kompleksitas data yang dimiliki sebuah projek. Solusi GIS banyak digunakan oleh Kementerian Energi, Lapan, Tata Ruang, Pertanahan dan konsep Smart City. Di Indonesia sendiri, Esri telah dipercaya oleh lebih dari 3.000 pengguna dari berbagai macam industri.
Untuk kegiatan real estate seperti Jababeka sendiri, lanjut Istamar, dimanfaatkan untuk menghasilkan pendapatan baru dari industri yang ada. Dengan solusi GIS pengembang bisa mendapatkan kesesuaian dari segmen market yang disasar. GIS juga memberikan informasi sebuah lokasi apakah sesuai dengan tata ruang, dari aspek pemasaran berapa harganya, hingga dukungan infrastruktur.
“Sebelum ada teknologi Esri, berbagai macam format masih dikerjakan secara manual. Misalnya, mengurus tanah masih menggunakan gambar manual sehingga ketika Jababeka menggunakan teknologi GIS yang pada akhirnya akan memperoleh bentuk format elektronik, seluruh pekerjaan termasuk data-data dapat diintegrasikan,” jelas Istamar.
Terkait dengan konsep Smart City dan ekosistem layaknya Silicon Valley kuncinya adalah desain. Seperti yang dilakukan oleh Jababeka, menurut Istamar sudah sangat ideal dan sesuai dengan konsep.
Perkembangan teknologi dan situasi yang terjadi akan merubah cara orang mendesain kota. Jika dulu wabah kolera kemudian membuat orang sadar akan pentingnya saluran air, pandemi COVID menuntut kota yang tidak terlalu padat dan lebih sustainability.
“Kedepannya orang akan semakin selektif dalam mencari properti yang menerapkan berbagai best practice dan mendukung teknologi yang diterapkan,” jelas Istamar.
Ide Smart City dan konsep ekosistem Silicon Valley yang digagas Jababeka hingga berhasil mendapatkan penghargaan pada ajang Esri User Conference 2020. Penghargaan tahunan ini diadakan di Amerika dan diberikan secara virtual kepada lebih dari 300.000 kandidat yang memenuhi syarat, Jababeka menerima penghargaan untuk inisiatif inovatif atas pemetaan dan teknologi analitik serta kepeminpinan di bidang properti.
Dengan solusi GIS dari Esri, lanjut Tjahjadi, projek yang dimulai sejak 2014 itu, saat ini telah menampung seluruh informasi yang didapatkan dari solusi GIS. Data-data dasar sudah dimasukkan, data pertanahan, data kabel, data pipa. Aplikasi juga sudah dibangun, sudah bisa digunakan untuk menganalisa kebutuhan dari ekosistem yang ada.
Targetnya dalam beberapa tahun ke depan, Jababeka Smart City akan menjadi menjadi pusat komunitas orang-orang teknik berkumpul dan berdiskusi dan mengembangkan idenya untuk memoderenisasi industri di sekitarnya, dan menghasilkan solusi terbaik, seperti robot. Tidak berhenti sampai di situ, Jababeka juga akan terus berkembang, setelah industri 4.0 diharapkan akan terjadi citizen engagement yang lebih luas lagi.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Vicky Fadil
Tag Terkait: