Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Bio Farma: 90% Bahan Baku Obat Nasional Masih Impor

        Bio Farma: 90% Bahan Baku Obat Nasional Masih Impor Kredit Foto: Bio Farma
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Direktur Utama Bio Farma, Honesti Basyir, mengungkapkan bahwa 90% bahan active pharmacentical ingredients berasal dari impor. Honesti menyampaikan, hal ini disebabkan karakteristik industri farmasi nasional yang belum dapat diatasi oleh pelaku usaha nasional.

        "Industri farmasi nasional memiliki ketergantungan yang tinggi kepada produk-produk impor, khususnya produk farmasi terhulu. Impor bahan baku obat Indonesia mencapai lebih dari 90% dari total kebutuhan nasional," ujar Honesti dalam orasi ilmiahnya di Dies Natalis Fakultas Kedokteran Unpad, Kamis (17/9/2020).

        Baca Juga: Bio Farma dan Sinovac Siap Diproduksi 40 Juta Vaksin Covid-19

        Honesti menjelaskan, untuk menanggulangi hal tersebut, tentunya semua pemangku kepentingan harus berkolaborasi untuk dapat memunculkan terobosan yang dapat mendorong stimulus perkembangan industri nasional. Honesti mengutarakan, 90 persen bahan yang diimpor adalah untuk industri farmasi yang bergerak terhilir, yaitu formulasi, manufakturing, dan industri.

        "Selama ada dukungan regulasi industri farmasi, diharapkan farmasi dapat berkembang dan bergerak dari hulu ke hilir di masa depan," ucap Honesti.

        Selain itu, Honesti juga menyoroti perubahan model bisnis farmasi di masa pandemi Covid-19. Dirinya mengungkapkan, bisnis farmasi saat ini fokus kepada produk multivitamin dan higienitas.

        "Sebagai contoh, kita bisa melihat konsumsi atas produk-produk tersebut meningkat, terutama untuk obat-obat yang melakukan fungsi booster imun. Konsumsi alat kesehatan pun meningkat khususnya masker, hand sanitizer, dan disinfektan," kata Honesti.

        Meskipun begitu, di sisi lain terjadi penurunan dari obat yang diresepkan, disebabkan pembatasan di daerah terkait stok selama pandemi, khususnya untuk obat-obat impor.

        "Covid juga mendorong percepatan digitalisasi di berbagai industri. Industri didorong untuk melakukan transformasi model agar makin lincah. Telemedicine dan telehealth berkembang dengan cepat, juga big data analysist terkait data konsumen dan low economy cost," ujar Honesti.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Mochamad Rizky Fauzan
        Editor: Puri Mei Setyaningrum

        Bagikan Artikel: