Militer Turki Mejeng di Mediterania, Nyali Presiden Siprus Ciut
Bukan cuma Yunani yang tengah terlibat konflik sengketa wilayah dengan Turki. Siprus juga berang dengan tindakan Turki mengirim kapal bor Yavuznya, untuk melanjutkan eksplorasi minyak dan gas di lepas pantai Siprus.
Menurut laporan Al Jazeera, seperti hanya Yunani, Siprus juga mengadukan masalahnya kepada Uni Eropa (UE). UE pun merespons dengan peringatan agar Turki menarik kapal Yavuznya, yang diketahui dikawal oleh tiga kapal perang Angkatan Laut Turki (TDK), dari Laut Mediterania Timur.
Baca Juga: Turki Tangkis Serangan Rezim al-Assad yang Menyamar Jadi Warga Sipil
Pernyataan keras dilontarkan langsung oleh Presiden Komisi Eropa, Ursula von der Leyen. Menurutnya, Uni Eropa tahu bahwa tindakan Turki melakukan eksplorasi minyak dan gas tak lepas dari masalah keuangan negara. Ursula tahu jika Turki banyak menampung pengungsi dari sejumlah negara semisal Suriah dan Libya.
Akan tetapi, Von der Leyen menegaskan Uni Eropa tetap memberikan sejumlah dana yang cukup besar kepada Turki. Dan, Von der Leyen menyatakan bahwa hal itu tidak dibenarkan untuk dijadikan alasan mengintimidasi negara-negara di sekitarnya.
"Ya, Turki berada di lingkungan yang bermasalah. Dan ya, mereka menampung jutaan pengungsi yang kami dukung dengan dana yang cukup besar. Tetapi, tidak satu pun dari masalah ini adalah pembenaran untuk melakukan upaya intimidasi (negara) tetangganya," ucap Von der Leyen.
Desakan Von der Leyen itu tak lepas dari apa yang diutarakan Presiden Siprus, Nicos Anastasiades. Anastasiades membenarkan jika Turki melanjutkan penelitian minyak dan gas dengan mengirim kapal Yavuznya, dan dianggap sebagai tindakan ilegal.
Anastasiades mengatakan siap untuk melakukan dialog dengan Turki. Akan tetapi, ia meminta Turki untuk tidak terus menebar ancaman agar diplomasi yang berjalan lebih efektif.
"Turki terus melanggar zona maritim kami dengan pengeboran ilegal," kata Anastasiades. Nicosia selalu siap untuk berdialog. Tetapi agaar efektif, hal itu perlu didefinisikan dengan jelas berdasarkan hukum internasional, tanpa pemerasan dan ancaman," ujarnya.
Apa yang diucapkan Anastasiades juga berkaitan dengan pernyataan yang sebelumnya diucapkan oleh Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogn. Erdogan bersikeras melakukan riset minyak dan gas di wilayah yang masih masuk dalam teritorial Turki. Oleh sebab itu, Erdogan mengancam akan menempuh jalur mana pun untuk mempertahankan kedaulatan negaranya.
"Turki akan mengambil haknya di Mediterania, Laut Aegea dan Laut Hitam juga. Kami tidak menginginkan tanah, kedaulatan dan kepentingan orang lain. Kami tidak akan mentolerir mereka yang menargetkan tanah dan kedaulatan kami," ucap Erdogan dikutip dari Ahval News.
"Kami bertekad untuk melakukan apa pun yang diperlukan untuk ini di tingkat politik, ekonomi, dan militer. Kami ingin semua orang menyadari bahwa Turki bukan lagi negara yang menguji ketegasan, kemampuan, dan keberaniannya," katanya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Muhammad Syahrianto
Tag Terkait: